Rasanya saya pernah menulis note tentang sistem reward di sekolah Azka…Ga apa-apa deh…saya tulis lagi ajah …;)
Sabtu lalu Azka kenaikan kelas. Saya tau bagian yang saya suka dan bagian yang tidak saya suka saat acara kenaikan kelas di sekolah Azka. Bagian yang tidak saya suka adalah … pas bagian pentas… garing ! hehe….jauh lah dibandingkan dengan pentasnya TK Umar dan Hana…;) Tapi saya menghayati sih…anak SD kan karakteristiknya beda ama anak TK…mereka udah punya rasa “malu” untuk ekspresikan diri baik melalui tarian, nyanyian atau performance lainnya. Satu lagi…mereka sudah tak tampak lucu haha….Kalau anak TK dan PG kan…berdiri di panggung aja udah lucu gituh…;)
Bagian yang paling saya sukai adalah bagian pemberian penghargaan. Sesuai dengan konsep sekolah ini yang tidak terlalu menekankan prestasi akademik (meskipun siswa-siswanya sering mendapat nilai tertinggi di kota tersebut), maka anak-anak yang berprestasi di luar akademik tidak menjadi “nomor dua”. Kemarin, dari setiap kelas diumumkan 3 anak yang masing-masing paling berprestasi di bidang: (1) nilai akademik (2)TTQ (3)Afeksi. Yang menarik adalah kategori afeksi. Tahun lalu, Kategori afeksinya ada 10. Ada kemandirian, kedisiplinan, persahabatan, suka menolong, Inisiatif, dll…Dan, mereka mendapat piala yang sama besar dengan yang juara akademik.
Saat pembagian raport di kelas, ternyata semua anak dapat bungkusan hadiah dari bu Guru. Kreatifnya bu guru, ia membuat 23 kategori penilaian: “yang paling sering bertanya”, “yang paling jago futsal”, “yang paling sering menolong teman”, “yang paling berani”, “yang paling rapi” ….. sampai “yang paling manis senyumnya”…. Bungkusan hadiah itu sama besarnya. Dan yang paling saya hargai adalah….”bahasa non verbal” dari bu guru saat memberikan hadiah itu pada masing-masing anak, menunjukkan penghargaan dan kebanggaan yang sama pada tiap anak. Karena, kadang ada juga yang berupaya untuk menerapkan konsep “penghargaan pada semua anak” ini, namun si juara akademis hadiahnya jauuuuh lebih besar, dan bahasa nonverbalnya berbeda…jadinya agak terkesan basa-basi gituh;)
Dan…memang “prestasi”, “juara” itu seringkali adalah konstruk/konsep yang dibangun oleh orang dewasa dan disematkan pada diri anak. Kalau saya amati…teman-teman Azka yang diumumkan peringkat terbaik; biasa-biasa aja tuh….demikian juga yang lainnya. Mereka semua happy ketika mendapat hadiah dari gurunya, dan terpancar kebanggaan saat bu guru memanggil dan menyebutkan “prestasi” mereka.
Yups…pada dasarnya setiap anak adalah memang juara…..Lha wong dia udah mengalahkan jutaan sperma lain untuk memenangkan si ovum…Maka, kita sebagai orang dewasa yang harus belajar untuk menghargai mereka, dengan tulus, bukan hanya “basa-basi” atau sebagai “defense” …. Dan anak, pasti bisa merasakan mana penghargaan yang tulus, mana penghargaan yang “basa-basi”.
Recent Comments