Bagi yang memiliki anak lebih dari satu, pastilah kita sebagai orangtua menyayangi mereka sama besarnya. Akan tetapi, hubungan seorang ibu atau seorang ayah dengan setiap anak tidak pernah sama. Hubungan itu bersifat personal dan unik.
Dengan segala perbedaan, kelebihan dan kekurangan dari ke4 anak ibu, ibu yakin cinta dan sayang ibu pada Kaka Azka, Mas Umar, Kaka Hana dan de Azzam sama besarnya. Namun rasa dan warna cinta dan sayang itu, berbeda. Karena pengalaman yang ibu rasakan bersama mereka pun berbeda.
Ibu menghayati, Allah yang maha sempurna sudah sangat sempurna mengatur keurutan kelahiran anak-anak ibu. Kaka Azka… amat sangat tepat diposisikan sebagai anak pertama. Zaman dahulu kala, seorang psikolog, Adler pernah mengeluarkan teori mengenai “Personality Characteristic as a Function of Birth Order”. Beliau menggambarkan Basic Situation, Favorable Outcome dan Unfavourable Outcome dari setiap urutan kelahiran anak. Kalau melihat situasinya sekarang, Alhamdulillah Azka menunjukkan favorable outcome, yaitu “takes resposibility, protecs and cares for other”.
BISA DIANDALKAN. Itu frase yang tepat untuk menggambarkan Kaka Azka. Dia bisa mengurus dirinya sendiri, dan sangat peduli pada adik-adiknya. Sifat “nurturing”nya yang menonjol….Kalau lagi di Purwakarta atau di Kediri, dia pasti jadi favorit anak-anak kecil. Kemandiriannya, sudah pasti. Self help sudah pasti. Belajar…sekarang ibu cuman ngecek aja, udah atau belum. Motivasi internal untuk berupaya maksimal sudah terlihat. Dan, plus nya Azka, dia juga care sama adiknya. Tanpa disuruh, tiap malem dia cek tas mas Umar. Kalau pagi-pagi, dia bantu ingetin mas Umar untuk lebih cepet… Kalau de Hana atau de Azzam rewel, pasti dia inisiatif menghibur dan mengalihkan.
Karena itu, ada saat-saat dimana baik secara praktis maupun emosional, ibu sangat mengandalkan Kaka Azka. Yups…hubungan ibu dan Kaka memang berbeda dibanding hubungan ibu dengan Mas Umar, Kaka Hana dan de Azzam…. Selama 8 bulan sejak lahir, kita hanya bertiga, sama abah. Ibu masih ingat….paliiiiing seneng kalau nidurin Kaka di atas dada ibu. Kaka akan tengkurep, tidur dengan nikmat dan kalau ngompol, seluruh badan ibu basah kuyup *selalu berkaca2 mengingat momen ini*. Kaka lah yang selalu ibu bawa-bawa kemana-mana. Ke BIPSIS, ke sekolah alam, ke kampus, ke siaran radio….sampai2 ibu ingat, ibu ditegur sama produser radio “bu, kalau bisa nanti jangan bawa anak waktu siaran ya…” waktu itu Kaka usia 1 tahun. Gak heboh kalau ibu minta diam. Sejak kecil, rasanya Kaka memang selalu “pengertian” 😉
Minggu lalu ibu melihat sebuah adegan yang memilukan. Seorang ibu yang renta dan tengah sakit, dengan anak pertamanya yang juga sudah menjadi nenek. Konon, si ibu yang renta ini selalu memposisikan anak pertamanya sebagai “kakak yang harus selalu mengalah, kakak yang selalu salah” pada adik-adiknya. Ibu melihat, bahasa tubuh si anak pertama ini….tak menunjukkan adanya hubungan hangat yang mendalam….
Semoga hal itu tidak terjadi pada ibu dan Kaka. Oleh karena itu, maafkan kalau tanpa sadar, ibu mungkin menuntut Kaka….tapi, satu hal yang selalu ibu coba ingat adalah; ibu tak akan minta Kaka untuk selalu mengalah dan Kaka tak selalu salah kalau ada konflik dengan adik-adik….Semoga saat ibu renta dan Kaka juga sudah punya keluarga sendiri, Kaka masih tetep sering telpon ibu dan cerita detiiiiil tentang pengalaman Kaka. Kalau nanti ibu sakit, semoga Kaka bisa memeluk ibu dengan tulus…..dan ibu bisa merasakan rasa indah seperti ketika memeluk Kaka kecil di atas dada ibu…..
Oleh karena itu, Kalau Kaka minta ibu peluk Kaka, ibu gak akan bilang “masa udah besar minta dipeluk” ….. Karena ibu tak punya alasan untuk tak memeluk Kaka…biar pun waktu ibu sudah terbagi dengan adik2, tapi Kaka masih punya hak penuh dipeluk ibu….
*love u, princess rahima*
Recent Comments