Buat ibu-ibu yang mempunyai banyak anak (banyak=lebih dari dua;)…melatih kemandirian anak-anaknya sangatlah penting. Mengapa??? karena ramuan polijus hanya ada di kisah Harry Potter, tidak ada di dunia nyata. Artinya, seorang ibu tak bisa mencabut sehelai rambutnya, lalu memasukkannya ke dalam ramuan polijus yang diminumkan pada beberapa orang yang berbeda….lalu…tringgggg….si orang2 yang berbeda itu berubah bentuk jadi si ibu. Kalaulah si ramuan polijus itu ada, ibu tinggal sewa orang yang mau berubah bentuk jadi si ibu, maka masing2 ibu bisa melayani kebutuhan tiap anaknya. Kenapa harus pake ramuan polijus? hire aja beberapa asisten……di atas kertas sih bisa gituh…tapi dalam situasi nyata, ada banyak situasi dimana beberapa anak ingin “sama ibu” di saat yang bersamaa. “ibu, dengerin dong….”; “mau disuapinnya sama ibu….”: “mau dibacain buku sama ibu !”; “oa….oa…..” (yang terakhir adalah suara bayi yang pengen dinenenin ibu ;). Nah, kalau situasinya udah kayak gitu…susah untuk tidak berubah nada suara menjadi lebih tinggi;)
Ibu punya 3 status kemandirian buat anak-anak ibu:
Kaka Azka berstatus “0 sampai +1”. Artinya, ia sudah bisa mengurus diri dan membantu ibu mengurus adiknya. Seluruh kegiatan self help, sudah dia kerjakan sendiri, mandiri, tanpa disuruh. Seringkali dia udah bisa mengalihkan perhatian de Hana kalau rewel, udah bisa ganti pampers dan ngajak main Azzam.
Mas Umar, masih berstatus -1 sampai 0. Sebagian besar kegiatan self help sudah bisa dilakukannya. Namun belum konsisten sehingga dalam situasi tertentu, masih harus dibantu. Makan pagi, misalnya….atau situasi-situasi dimana segala macam aturan yang ada dia protes abis …
De Hana dan De Azzam, tentu saja statusnya -1. Gak bisa gak diurusin ibu….
Jadi, target ibu adalah…membuat Kaka Azka konsisten di status +1, dan membuat mas Umar stabil di posisi 0.
Kalau melihat perilaku Kaka yang sudah konsisten dengan status 0-nya, bahagiaaaaaaa banget. Setelah dibangunkan subuh, sholat, mandi, sarapan….minta uang tabungan dan infaq, tiba-tiba cium tangan sudah siap berangkat sekolah. Lalu malam, dengan teratur nyiapin buku dan minum buat besok, ngerjain PR, belajar, ngecek alat tulis, nonton TV lalu tidur. Bener2 udah gak membutuhkan energi ibu untuk mengingatkan.
Makanya, sekarang ibu lagi berakit-rakit dahulu nih…tiap hari “bertempur” menaklukkan Mas Umar untuk mau melakukan rutinitas kayak Kaka. Tiga minggu pertama sekolah, ibu harus selalu berpuluh2 kali mengingatkan mas Umar untuk siapin peralatan sekolahnya. Prinsip ibu satu: TIDAK AKAN PERNAH MELAKUKAN HAL YANG SEHARUSNYA MENJADI TANGGUNG JAWAB ANAK-ANAK. Maka, kalau mas Umar udah ngantuk di malamnya, “oke…ibu temenin nanti subuh buat nyiapin bukunya ya mas….”. Demikian juga dengan “belajar”. Walaupun berdasarkan hasil pemeriksaan psikologi taraf kecerdasan mas Umar memungkinkan untuk mas Umar dapet nilai bagus tanpa belajar, namun yang ibu tuju bukanlah nilai akademis. Tapi habituasi positif, sikap mental. Maka, tiap malam – atau kalau gak sempat shubuh, mas Umar harus belajar. Yang namanya belajar adalah menulis satu dua kata untuk melatih menulis, baca satu-dua kalimat, tanya jawab 1-5 soal…apapun…tapi spending time untuk belajar tiap hari adalah keharusan.
Untuk sholat, haduuuuuuuh….susyahnya…..di sekolah Azka-Umar ada buku kontrol ibadah, yang nilainya terintegrasi dengan nilai akademis. Ada jadwal sholat yang harus “dicontreng” untuk menunjukkan sholat atau tidak di rumah. Seminggu pertama, mas Umar gak peduli, gak mau ngisi, sampai diingetin gurunya. Minggu kedua, dia marah-marah tapi tetep gak mau ngisi. Minggu ketiga, dia ngumpetin buku itu dari ibu. Pas ibu cek..akhirnya dia ngaku…”Mas Umar ngisinya ngarang…”Dia contreng tuh…seolah2 dia sholat 5 waktu tiap hari. Padahal masih bolong di Isya atau Shubuh. Kreatip kriminil sekali..pasti nurun dari abahnya haha….Untunglah disitu ada kolom ttd ortu. Ibu jelaskan bahwa tanpa ttd ibu, itu gak sah, gak akan diterima bu guru. Dan ibu pun berusaha menyempatkan diri untuk “mencontrengkan” sholatnya setiap hari, sesuai yang ia lakukan.
Sekarang, minggu keempat aktif Umar sekolah…tanda-tanda perjuangan ibu mulai terlihat (halah, lebay;). Setiap setelah maghrib, dia langsung ngeluarin buku paket yang ada di tas, ganti sama pelajaran besok. Air minum masih harus ibu cek pagi hari. Lalu, sambil matanya 5 watt dia akan mendatangi ibu: “bu, ayo temenin mas Umal belajal”…cihuy….;) Dan yang paling menggembirakan, sekarang ini dia sering bertanya…”bu, kapan sih adzan isya? mas Umal mau sholat Isya telus contleng”…huhuy…..
Seperti kata pepatah, tampaknya ibu mulai berubah status dari berakit jadi agak-agak berenang….
Mudah2an perubahan status ini tak hanya berguna buat ibu, tapi akan sangat berguna buat Mas Umar kelak…
Karena menurut ibu, kemandirian ini adalah hal penting yang harus ibu dan abah bekalkan pada mas Umar, pada Kaka, de Hana dan de Azzam 😉
Recent Comments