Selalu menakjubkan saat mencermati perkembangan anak. Kadang, ada fase dimana ia menjelma menjadi seseorang yang totally different dari dirinya sebelumnya.
Hal ini terjadi pada Mas Umar. Berbeda 180 derajat sama kakaknya, Kaka Azka, Umar adalah anak yang super lempeng. Kepekaannya pada lingkungan dan terutama pada penilaian sosial kecil sekali. Persis abahnya haha….
Salah satu PR ibu dalam mengasuh Umar adalah mengasah kepekaan dan kepeduliannya terhadap lingkungan. Makanya ibu cereweeeet banget agar mas Umar “care” dari hal-hal kecil: jembrengin handuk setelah mandi, buang sampah yang berceceran, nyimpen barang-barangnya yang gak di tempatnya, bantu adiknya….
Khusus untuk “kurangnya kepedulian terhadap penilaian sosial”, waktu di TK ternyata hal ini membuat si ibu malah jadi terkenal sebagai “mama Umar”. Kalau menyatakan pendapat atau tampil, dia sih cuek aja…seperti di hari pertama sekolah playgroup 3 tahun lalu……waktu bu guru bilang “sekarang, bu guru punya oleh-oleh untuk anak-anak pinter…… kodok!!!!” kata bu guru dengan riang sambil mengeluarkan origami kodok warna-warni. Lalu terdengarlah suara cempreng Umar; “ih, bu gulu….itu mah bukan kodok atuh, mukanya itu mah lebih milip tikus!”
Setiap kali pentas, setelah melewati casting, Umar selalu jadi “pemeran utama”. Waktu playgroup, dia dan 2 temannya berkostum profesi, Umar kebagian sebagai arsitek…..menerangkan arsitek itu kerjanya apa. Hahahaha…sampai sekarang ibu masih bisa ketawa terbahak-bahak setiap kali inget Umar yang dengan cueknya tampil di panggung, ngomong……..lalu…….ngupil !!!! wkwkwk….
Lalu waktu TK A, dia bersama 2 anak TK B berperan jadi bos penebang hutan…ibu juga masih bisa ngebayangin….dia dengan kostum eksekutif muda- jas lengkap dengan dasinya- lalu tertawa terbahak-bahak dan memerintahkan para traktor untuk menebang pohon-pohon di hutan ;). Dan terakhir, waktu pentas perpisahan, selain baca alQur’an dia juga jadi Raja ayahnya Purbasari, yang mukanya disulap jadi tua, lalu puter-puter di panggung dengan gestur bingung, siapa yang harus jadi ratu: purbasari atau purba larang 😉
Yang paling jelas dari kecuekannya adalah, waktu maulid nabi di TK nya. Tau gak….Umar sekolah sejak usia 3 tahun, playgroup. Tapi sejak masuk sekolah, sampai tengah semester TK B (berarti udah 2,5 tahun)….itu gak ada satu pun doa yang dia inget. Gak ada satu pun surat pendek yang dia hafal….ciyusss!!! waktu itu ibu ampe stress…;). Nahh…waktu maulid, bu guru salah daftarin Umar ikut lomba hafalan surat pendek. Tapi ya, dia cuek aja. Waktu namanya dipanggil, dia maju ke depan. Terus disuruh bismillah dan taawudz, dia kenceeeeeng banget suaranya. Disuruh baca Al-Ikhlas…dia dieeeem aja. Dituntut ama si jurinya, dia cuek aja ikutin kata-kata pak juri. Kalau pak Juri brenti, dia juga brenti … gak ada ingetnya sedikit pun…Begitu sampai dengan 2 surat selanjutnya…..
Tapi Umar yang itu, entah menghilang ke mana. Sekarang ada Umar yang berbeda….Waktu minggu setelah dibagi raport (2 minggu lalu), kan di sekolahnya ada kegiatan SSW (Special Student Week)…kalau jaman ibu mah namanya teh Porseni lah ;)…. isinya macem-macem lomba….nah, dia diminta gurunya ikut lomba adzan… Begitu tau begitu…dia keliatan cemas banget…maklum…dia gak hafal….terutama urutannya… sejak jumat sampai senin subuh….dia latihaaaaan terus. Dengerin tiap ada adzan di TV, lalu kepalanya ditutup keranjang dari kaleng biar suaranya bagus katanya;), sampai sama abahnya didonlotin beberapa versi adzan… Hari Sabtu….dia putus asa karena belum hafal juga… lalu dia membuat keputusan…”Mas Umar mau sakit aja ah Senin…mas Umar takut gak hafal…..” katanya…. kami sekeluarga terus mendorongnya…sampai senin subuh dia hafal urutannya, meskipun di ujungnya dia tambahin jadi gini:
…….”allahu akbar allahu akbar…..laaaailaaaha illallah…..huwallaahu akbar…..allahu akbar walillahilham….”
Wkwkwk…paket duo: adzan sama takbir…;)
Perubahannya ini, menjadi cemas saat akan menampilkan sesuatu, buat para pakar kreatifitas pasti dianggap negatif. “Penilaian sosial membuat anak menjadi tidak spontan menampilkan kreatifitasnya”. Tapi buat ibu, ibu senang. Soalnya, berarti penilaian sosialnya berkembang. Dia sadar bahwa apa yang akan ia tampilkan akan mendapatkan penilaian. Dan, di sisi lain, itu berarti tanda bahwa achievement motivation nya mulai muncul ! cihuy !!! 😉
Pulang sekolah, waktu ibu tanya, dengan bangga dia bilang: “tadi mas Umar urutannya masih ada yang salah, tapi tetep dapat 2 bintang…. kalau temen mas Umar yang gugup dan cuman jadi patung di depan mik, bintangnya satu karena udah berani maju…” Four thumbs up buat bu guru!!
Minggu lalu dia dikasih PR sama gurunya untuk membaca sebuah buku, lalu menceritakan kembali. Umar udah heboh….sejak memilih buku yang kemudian diputuskan akan cerita “Tiga Bersaudara”….lalu latihan menceritakan kembali. Belum lagi diganggu oleh Hana yang teriak-teriak: “Itu buku kesukaan kaka Hana ! mas Umar gak boleh baca dan gak boleh ceritain cerita itu sama temen-temennya! Itu cerita milik Kaka Hana !!!!”
Subuh tadi, dia tampak cemas.
Mas Umar engga mau bawa bukunya ah, nanti kalau bu Guru baca bukunya terus gak sesuai, nanti gimana kalau nilainya berkurang….
Gimana kalau nanti mas Umar gugup….
Gimana kalau nanti mas Umar lupa…..
Maka, subuh-subuh ibu udah melatih relaksasi…….”tarik nafas…bilang bismillah sambil tahan….lalu keluarkan”
Dan lalu ibu berusaha memparafrasekan teori stress-nya om Lazarus menjadi bahasa yang dipahami Umar: “kalau seseorang itu akan menghadapi sesuatu, bisa jadi dia engga takut, sedikit takut, atau takut banget….. orang yang sedikit takut, kayak mas Umar ini bagus….karena kalau kita sedikit takut, kita jadi latihan….kalau yang engga takut, engga latihan… nanti dia jadi gak bisa….kalau takut banget…dia juga bisa jadi lupa lagi…..engga apa-apa…semua orang juga suka sedikit takut kalau mau maju ke depan kelas. … (semoga parafrasing neustress, eustress dan distressnya tepat haha…)
Lalu ibu menyampaikan kata-kata andalan dari buku si Franklin: “anak yang pemberani itu, bukan anak yang gak pernah takut…..tapi anak pemberani itu adalah anak yang tetap melakukan apa yang harus ia lakukan meskipun ia merasa takut”……
Ibu gak sabar pengen denger cerita mas Umar pas ibu jemput dari sekolah nanti…..
Semoga pengalaman emosi ini membuatmu menjadi dewasa nak…;)
Recent Comments