Simulasi Poligami

Obral-obrol tentang poligami selalu membuat suasana menjadi seru. Dalam tataran apapun, dengan siapapun, pro kontra dari topik ini selalu bikin perbincangan menjadi bergairah. Begitu pula saat topik ini dibicarakan oleh abah dan ibu

Contohnya adalah seperti ini :
Abah:
“Aneh deh kenapa dirimu gak mengijinkan aku poligami? Padahal kalau aku poligami kan…. yang repot aku. Gak ada pengaruhnya sama dirimu. Dirimu kan tetep dapat nafkah lahir batin dari aku…kalau aku gak adil tinggal protes.. kalau aku… aku harus jelasin ke mama papa Purwakarta, jelasin ke keluarga kediri, trus kalau  ada keperluan bareng antara dua istri misalnya undangan di waktu yang sama, atau sakit bareng, atau pas bagi raport anak dari istri pertama dan kedua barengan……kan repot bener aku… dan yang aku gak kebayang banget adalah… kalau mudik lebaran gimana ya? Belum kepikiran aku solusinya”

….haha….
Jawab Ibu:
“Makanya bah, aku tuh tidak mengizinkan karena aku sayang sama dirimu. Berpoligami itu berat… adil itu berat….makanya kalau dirimu berpoligami, aku harus memastikan bahwa dirimu menjalankannya dengan baik dan benar, jadi kita bisa kumpul bareng lagi di syurga nanti… Aku harus memastikan dirimu memiliki bekal dan kualifikasi yang memadai untuk menjalankan  poligami…. Kalau engga, berarti aku menjerumuskanmu..”

Abah:
“Emang kualifikasi yang memadai itu kayak gimana? harus terukur dong….”

Ibu:
“Pertama : aspek finansial. Indikatornya gak ada cicilan apapun, udah punya uang untuk umroh sekeluarga tiap bulan…
Kedua : aspek kematangan emosi. Indikatornya 1 tahun berturut-turut gak bikin istri nangis. Kalau istri satu aja dibikin nangis….gimana kalau lebih dari satu…
Ketiga : aspek kekuatan spiritual. Indikatornya  tilawah satu juz per hari plus tahajud tiap malam. Sekurang2nya setahun berturut turut. Kalau kualifikasi itu sudah terpenuhi, baru kupertimbangkan apa akan mengijinkanmu atau engga”

Abah:

“Finansial….bisa lah… Terus dirimu perasaan udah lebih dari satu tahun deh gak nangis karena aku. Berarti aspek itu udah lulus ya… Yang berat yang ketiga nih….”

Minggu lalu, ibu punya argumen baru tentang poligami ini. Ini dia speech ibu :

“Bah… kata teori ya, sesuatu yang baru itu selalu menumbuhkan excitement, karena ada harapan akan sesuatu yang lebih baik. Jadi, kalau punya istri baru… walaupun mungkin dia gak lebih oke dari yang lama…. si suami pasti lebih excitement ke istri baru. Apalagi kalau emang lebih oke. Misal masakannya lebih enak… atau lebih penurut.. …Berat bah untuk adil pada situasi itu”. “Terus bah ya… ini pengalamn langsung ibu. Teori itu teh bener loh bah… itu abah beliin ibu laptop baru… walaupun yang lama sebenarnya masih oke, tapi setelah dateng yang baru, ada pembanding… yang lama jadi keliatan butuuuut banget. Jadi susah banget bah bisa adil itu.

Abah : “ah,itu mah dirimu aja… aku mah bisa adil …”

Ibu : “Nah……sini abah ikut ibu ke depan… ”

( di depana rumah kami, saat itu tengah hujan rintik-rintik. Ada dua mobil terparkir. Satu mobil kantor, ada di garasi dan tertutup cover mobil. Mobil merk baru yang langsung keluar dari dealer. Satu lagi Taruna kami. Kami beli second hand tentunya. Tak tertutup kanopi garasi dan tak bercover).

Ibu:

“Coba abah lihat perlakuan abah…. mana mobil yang lebih berjasa untuk kita dan anak-anak? Taruna bukan?  dan dia dibiarkan di luar…kehujanan… . Sedangman mobil baru? Di garasi, ditutup cover lagi… itu simulasi dari sikap  abah kalau berpoligami…”

Abah : “Hahahahaha….”

Ibu kenal jenis tawa itu. Tawa pengakuan …..ibu pun tersenyum penuh kemenangan…
Huhuy…. mari kita tunggu argumen kocak si abah berikutbya