Minggu lalu, Fakultas kami kedatangan tamu. Seorang Profesor dari Kurume University, Jepang. Prof Akira Tsuda namanya. Beliau adalah profesor biopsikofarmakologi dengan latar belakang eksperimental. Saya berkesempatan menemani profesor sipit (ya iya lah….jepang gituh loh…) yang ramah itu hari Rabu lalu. Saya menemani beliau untuk melihat alat-alat dan fasilitas laboratorium psikologi eksperimen. Dan karena hari itu saya juga membimbing mahasiswa mata kuliah psikologi eksperimen lanjutan, sekalian saya ajak beliau menemui 4 kelompok mahasiswa bimbingan saya.
Sebelum membawa beliau jalan2 ke laboratorium, paginya saya menemani beliau sarapan. Di sana kami berbincang mengenai riset-riset beliau dan gagasan riset saya. Ada satu gagasan yang beliau sampaikan yang menurut saya, keren banget … itu loh, gagasan untuk melihat kompleksitas manusia secara lebih “komprehensif”. BIO-PSYCHO-SOCIAL. dan bahkan ia menambahkan satu lagi. SPIRITUALITY. LALu beliau pun menunjukkan dan memberikan beberapa paper beliau terkait hal itu. Yang sayangnya….berbahasa jepang…hiks…hiks… Kenapa gagasan ini keren? saya ingat…suhu saya di Pengantar PSikologi, Bang Peter, selalu bilang ke mahasiwa yang kami ajar dalam topik sejarah psikologi: …. “perkembangan psikologi di masa depan itu, memiliki dua sayap. Satu sayap adalah pendekatan biopsikologi, satu sayap adalah pendekatan sosial-indigeneous. Ternyata…. “masa depan” itu telah kita alami kini. Dua sayap itu telah menyatu…menerbangkan psikologi lebih tinggi…lebih tinggi….sehingga pemahaman kita terhadap perilaku makhluk Tuhan yang paling sempurna ini kian lebih lengkap.
Lalu saya pun cerita tentang gagasan riset saya buat S3 nanti. Saya bilang, saya pengen banget “mengawinkan” topik family khususnya attachment dan super khususnya father attachment dengan pendekatan eksperimental. Bla..bla..bla… dengan latar belakangnya. LAlu beliau pun menunjukkan beberapa gagasan yang bisa dilakukan. Dan sudah dilakukan. Misalnya, beliau bilang…. salah satu muridnya, membuktikan konsep attachment (kelekatan emosional) dengan pendektan biopsychology. Prosedurnya adalah…dengan mengukur hormon cortisol (hormon stress) pada bayi. Ternyata eh ternyata…. bayi yang dari observasi dan kuesioner memiliki kelekatan rendah, kadar hormon kortisolnya lebih tinggi dibanding bayi yang dari observasi dan kuesioner tergolong memiliki kelekatan yang tinggi. Buat saya yang kuper….hal ini menarik dan super keren banget……SAya juga cerita salah satu paper yang pernah saya baca, bahwa ayah yang melibatkan diri dalam pengasuhan anaknya ternyata hormon prolaktinnya lebih tinggi dibanding ayah yang tak melibatkan diri. Hormon prolaktin dipercaya sebagai hormon yang bertanggung jawab terhadap “maternal behaviour”…..
Lalu jam 11, kami mulai naik ke lantai 3. Sebelumnya, saya mempertemukan dengan kelompok eksperimen lanjutan bimbingan saya. Saya minta mahasiswa saya mempresentasikan topik penelitiannya. Ada yang tentang “pengaruh mozart efek terhadap tugas spatial”, ada yang “pengaruh emosi positif terhadap kemampuan recalling”…. WOw… tanpa saya duga, beliau terbelalak saat saya bilang mahasiswa itu adalah mahasiswa semester 4. Apalagi saat ada kelompok yang bimbingan dan mempresentasikan reliabilitas alat ukurnya menggunakan spss, beliau terkagum2 lagi……”wow, they are so familiar with statistical analysis using spss…” katanya. Lebih takjub lagi saat melihat laporan yang dibuat mahasiswa tahun lalu…”oh my god, they are very clever…they can make a very good research report like this” katanya berdecak-decak. Begitu saya cerita kalau mahasiswa kita juga sangat memperhatikan informed consent dan belajar membuat protokol penelitian pake format APA…. saya tak bisa melupakan wajah takjubnya…”it’s a very high level compared to my students” katanya….
Dan…bagian paling seru adalah ketika salah satu kelompok eksperimen bimbingan saya yang tengah mengambil data untuk penelitian mereka yang berjudul “pengaruh time pressure terhadap penyelesaian tugas spatial” memberi kesempatan pada beliau untuk jadi subjek penelitian …hua ha..ha..ha.. “i never be a participan..i always be an experimenter” katanya….. sampai-sampai, mahasiswa saya bilang “kapan lagi ya mbak, kita bisa ngerjain profesor hahaha…” SAtu hal lagi yang beliau kagumi dari para mahasiswa adalah….”their english is very good, they are very expressive, i think your student is more ready to go international than my students” katanya…
Saat saya menunjukkan, menjelaskan dan memberi kesempatan beliau mencoba alat-alat di laboratorium pun, ketakjubannya tak menurun. “You have such a very good facilities. You have no more to conduct any kind of experimental studies, because you have a very basic apparatus” katanya. Dan saya pun terbengong-bengong saat di setiap alat dia bilang….ini bisa dipake ngukur ini, ini bisa dipake ngukur itu, bla..bla..bla…
Dalam perbicangan selanjutnya saya amat sangat setuju dengan beliau bahwa…”many people out there doesn’t believe the questionare..so, they need more objective marker to describe behaviour. we can combine psychometry with bio metry. we can prove that our questionare is valid and we have more comprehensive understanding of human behaviour” katanya.
Yups..yups..yups… sudah saatnya kita mempraktekkan siklus ilmu yang tak terputus. praktek-riset-teori-praktek-riset-teori-dst… JAngan ada lagi kotak-kotak klinis-perkembangan-pendidikan-sosial-eksperimen-pio. JAngan ada lagi pengkotakan psikologi-non psikologi. Dan pendekatan BIO-PSYCHO-SOCIAL ini adalah awal yang baik, mari kita terbangkan psikologi dengan dua sayapnya….
Dan buat mahasiswa-mahasiswaku… profesor dari jepang, doktor dari maastricht, jelas2 mengagumi kalian…. Maaf ya, kalau kami suka lupa kalau kalian itu…HEBAT !!!!
Mar 29, 2013 @ 12:45:49
Tetap semangat untuk membimbing dan memaksimalkan adik-adik kita yang hebat ya Fit…. 🙂
Sep 01, 2014 @ 13:26:37
Melakukan imunitas spitual untuk mencegah addiction