Selama beberapa minggu ini saya dan mas mendapatkan kesempatan untuk mengikuti “peregangan otot spiritual” dari beberapa ustadz. Dianalogikan dengan otot tubuh yang kalau capek harus diregangkan biar jadi segar kembali, begitupun otot spiritual. Harus dilakukan peregangan kata salah seorang ustadz. Salah seorang ustadz yang saya suka banget adalah seorang dosen di sebuah perguruan tinggi islam. Kenapa saya suka banget? karena …beliau itu menjelaskan konsep-konsep islam dengan pendekatan filsafat. Penjelasan beliau membuat konsep-konsep islam menjadi begitu logis sekaligus filosofis sehingga begitu….mempesona…. selama 7 jam beliau memberikan materi, saya benar2 tak berkedip…sampai deg-degan….sering juga saya terguguk menangis…karena apa yang beliau sampaikan begitu menelisiiiiiiik…ke lubuk hati paling dalam.
Salah satu materi yang sangat keren buat saya adalah….saat beliau menjelaskan bahwa islam itu, memiliki 3 sisi yang tak bisa dilepaskan satu dengan yang lainnya. Tiga sisi itu adalah :
(1) Iman; yang lalu turun menjadi akidah dan turun lagi menjadi ilmu kalam/ushulludin.
(2) Islam; yang turun menjadi syariah dan turun lagi menjadi ilmu fiqih–>bicara tentang hal “teknis” dalam beramal
(3) Ihsan; yang turun menjadi akhlak, lalu turun lagi menjadi ilmu tasawuf –>bicara tentang “makna”
Jujur saja, saya tak pernah merasakan sebangga ini menjadi seorang muslimah….saat beliau menjelaskan bahwa setiap ibadah dalam Islam itu, mengandung tiga hal tersebut….. lalu beliau menjelaskan satu demi satu aspek ilmu kalam, fiqih, dan makna dari setiap rukun islam: syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji.
Penjelasan beliau membuat saya jadi mendapatkan jawaban dari segala macam hal yang berkecamuk dalam pikiran saya. Sebenarnya, tiga aspek ini bisa menjadi indikator bagi kita untuk menilai apakah suatu amalan itu telah benar atau tidak. Tidak hanya amalan yang sifatnya ritual, namun dalam setiap kegiatan kita, seharusnya kita menimbang apakah masing2 sisi di atas telah terpenuhi atau belum….mulai dari hal-hal besar seperti bernegara, berpartai, lalu ke hal-hal yang lingkupnya lebih kecil: menikah, berpoligami, berpakaian, berkomunikasi…..kalau hanya salah satu atau salah dua yang terpenuhi, ia bukanlah amalan yang benar. Jadi teman-teman kita yang menganggap “yang penting berbuat baik, Allah kan maha pengasih” tanpa sholat dan menjalankan ibadah ritual, itu tidaklah benar. Demikian juga teman-teman yang biasa sholat, puasa, namun tak menghayati makna dari ibadah yang dilakukannya….seperti yang sekarang banyak terjadi….abis taraweh, tawuran….dll… atau misalnya laki-laki yang menikahi wanita satu malam saja sehingga secara fiqih ia merasa tidak berzina…..(menurut saya, kelompok yang seperti ini adalah kelompok yang mencoba “ngibulin Allah”)
Lalu, apa efeknya kalau amalan yang kita lakukan itu memenuhi ketiga syarat diatas? nah…ini yang saya suka banget…karena nyambung sama ilmu saya….terutama bagian yang ketiga. Tentang “makna” yang kita hayati saat melakukan ibadah-ibadah kita. Tentang “penghayatan”… apa penghayatan kita saat kita membasuh bagian2 anggota tubuh kita saat berwudhu? apa penghayatan kita saat mengucap masing2 doa sholat? apa penghayatan kita saat kita merasakan laparnya puasa? apa penghayatan kita saat melakukan thawaf? sa’i? melempar jumroh? berkumpul di padang arafah? tahallul?
Penghayatan-penghayatan itulah yang akan menjadikan ibadah dan amal yang kita lakukan itu media untuk “menterapi” diri kita, sehingga kita menjadi pribadi yang kuat….dimata Allah dan di mata manusia. Dengan pendekatan madzhab manapun dalam psikologi, amalan-amalan ibadah dalam Islam, jika dihayati maknanya, akan membuat seorang yang menjalaninya menjadi orang yang berkepribadian baik. Itulah perfect nya Islam. Bahwa ia menjadi suatu nilai yang menggerakkan ke arah kebaikan…dengan bahasa dan indikator apapun. Ga ada ceritanya orang yang nyebelin di mata manusia tapi mulia di mata Allah… ajaran Islam itu, adalah ajaran yang menjadi jaminan bagi siapapun yang mengamalkannya dengan benar, akan selamat dunia akhirat. bahagia dunia akhirat, baik di mata manusia dan di mata Allah.
Salah satu bagian dari nilai Islam itu adalah kebaikan universal. Jadi gak ada ceritanya… seorang muslim/muslimah melakukan kebaikan menurut versinya, tapi orang tidak memandang itu sebagai kebaikan….Seorang pribadi muslim/muslimah yang baik di mata Allah, pasti baik pula dimata manusia. Dan ia akan bisa mengkomunikasikan kebaikan Islam dengan bahasa kebaikan universal. RAsulullah….mengapa ia dulu “didengar” oleh kaum jahiliah…karena ia adalah seorang yang jujur….dan jujur itu nilai kebaikan universal.
Haduuuuh…..baru kali ini saya speechles…hati deg2an tapi gak bisa menjelaskan apa yang sebenarnya ingin saya sampaikan….
I just wanna say…I’m proud to be a muslimah …..
Jul 03, 2013 @ 20:36:38
Pengajian dmn teh?