Naik ke kelas lima kemarin, akhirnya resmi lah sudah Kaka Azka memiliki handphone sendiri. Si abah membelikan Azka hape cina yang harganya 500rb tapi fungsinya segala macem ada. Selain layar sentuh, fiturnya kayak android. Ke sekolah, jelas gak boleh dibawa. Tapi via sms dan whats app, ibu bisa berkomunikasi untuk mengingatkan Azka masak nasi, ngingetin untuk motongin sayur dan ngluarin daging dari freezer saat jam 5 ibu masih di jalan ;). Azka juga bisa wa-an ngingetin ibu beliin ini-itu pesenan adik2nya kalau ibu kluar rumah. Apalagi pas ibu di luar kota…si wa itu epektip membuat jarak yang jauh terasa dekat.
Sebelumnya, ibu masih agak ragu untuk meng-oke-kan si abah beliin hape Azka. Apalagi yang bisa ol. Tapi akhirnya, ada satu hal yang membuat ibu mantap memberikan acc. Begini…ibu baca bahwa salah satu tugas perkembangan penting di usia Azka ini adalah mengembangkan keterampilan sosial dalam bergaul dan menjalin pertemanan atau persahabatan. Jujur saja, untuk keempat anak ibu, terutama 2 yang sudah masuk SD, prestasi akademik adalah nomer 2. Mungkin karena ibu tau kalau untuk masalah kognitif, anak-anak ibu punya potensi yang lumayan lah, tidak perlu dikhawatirkan. Tinggal mengasah skill dan motivasi belajarnya aja. Tapi yang ibu concern banget adalah… masalah sosial ! Setiap kali bagi raport dan ada konsultasi perkembangan anak, pasti yang ibu tanyakan ke guru : “Azka berani bertanya atau mengemukakan pendapat gak di kelas? Azka kalau istirahat sendirian atau sama temen? Umar suka berantem sama temen gak? Umar kalau ada persoalan masih nangis atau bisa mengatasi?” bla..bla..bla..
Makanya, ibu jauuuh…lebih seneng denger Kaka dicurhatin temennya, dibanding denger Kaka nilainya 100. Ibu jauuuh lebih seneng denger Umar yang cerita kalau tadi dia ngobrol ini-itu sama temennya, main ini-itu sama temennya…. Karena keterampilan sosial itu; menjalin pertemanan dan persahabatan, bekerjasama, mengelola konflik, memimpin, dipimpin, … itu, mahal harganya….pengalaman menunjukkan, bahwa di real life, keterampilan sosial inilah yang menentukan kesuksesan, kebahagiaan dan optimalisasi menyebar kebaikan.
Nah, kembali lagi ke handphone Azka….setelah Azka punya hape, terlihat betul bahwa ia menjadi terkoneksi dengan teman-temannya. Memang sih, teman2nya pada pake bb. Tapi dengan adanya fesbuk dan wa, ternyata cukup juga. Seneng banget denger dia dan teman2nya saling curhat degdegannya mau jadi petugas upacara besok, saling curhat dan mendukung “gak enaknya” yang udah haid, dll.
Selain itu, hal yang belum pernah kepikiran sama ibu sebelumnya…ibu bisa tahu dan lebih bisa menghayati “dunia” Azka dan teman2nya. Melalui page pesbuk temen2 Azka, ibu bisa tahu bagaimana perkembangan anak2 jaman sekarang … Maklum..kalau gak gitu, udah gak “intouch” sama dunia anak jaman sekarang. Pengetahuan itu bermanfaat untuk tetap menjalin komunikasi terbuka sama Azka. Mengantisipasi hal2 negatif dari lingkungan. Mensupport hal-hal positif dari teman-temannya….Karena ibu emang belum punya pengalaman punya anak di usia preadolescence, seru juga ngikutin cara pandang, minat dan dunia anak 10 tahun ituh. Melalui percakapan2 wa, chat fesbuk maupun melalui telusuran di halaman fesbuk mereka.
Ada sebagian besar ortu belum mengkhawatirkan anaknya jika terlalu dini menggunakan social media. Yups, ibu menyadari hal itu. Itu sebabnya ibu dan abah memberikan “pembekalan” penggunaan pesbuk untuk Kaka. Mulai dari nulis status, mengomentari status, merespons friend request, merespons inbox, dll dll… Meskipun pengen ketawa juga denger pembekalan si abah sama Kaka tentang status pesbuk: “Kaka, kalau nulis status itu gak boleh mengeluh, gak boleh curhat, gak boleh ngomongin orang, gak boleh bilang lagi dimana, gak boleh marah-marah, gak boleh pamer…..” Dengan polos Azka menjawab : “jadi Kaka nulis statusnya tentang apa dong?” wkwkwk….
Tapi yups… menurut ibu, emang ilmu penggunaan social media ini perlu banget kita ajarin ke anak-anak kita. BIar mereka dapetin manfaatnya tapi gak kena imbas efek samping negatifnya. Gak cuman ke anak-anak sebenarnya…juga buat orang dewasa. Ibu bisa paham kenapa MUI jawa timur mengeluarkan fatwa mengharamkan fesbuk. Tak dapat disangkal akibat2 negatif akibat penggunaan fesbuk yang tak ber-ilmu. Tak hanya fesbuk aja sebenarnya. Semua media lain. Seorang teman psikolog bercerita, ia menangani kasus suami istri yang akan bercerai hanya karena…si istri tak berkonsentrasi saat berhubungan sexual karena ingin segera baca bb nyah.
Yups, bila tak disertai ilmu, segalam macam teknologi ini bisa merusak kebahagiaan diri dan keluarga. Apalagi untuk kultur Indonesia yang sangat “membuka diri”. Beberapa tahun lalu, sempat berdiskusi dengan teman di luar negeri, kenapa fesbuk gak terlalu laku di negaranya, karena mereka menyeleksi betul siapa yang akan mereka confirm untuk jadi teman mereka. Hanya yang mereka kenal saja. Kalau di Indonesia, semakin banyak friend list, semakin bangga….padahal yang dikenal cuman 1/3nya meureun…Begitu pun saat menulis status, mereka benar2 berpikir, apa tujuan dari penulisan ini.
Ya….gitu deh… tapi refreshing pembekalan penggunaan socmed untuk Kaka Azka sekaligus juga mengingatkan ibu untuk juga menjadi lebih dewasa dalam bersocial media. Emang cara terbaik belajar adalah dengan cara mengajarkan ya…hehe….ayo kita belajar sama-sama Ka…
Recent Comments