Alhamdulillah, sekitar pukul setengah 5 waktu Saudi, kira2 jam setengah 10 waktu Bandung, rombongan kami sampai di Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Kemarin, setelah dilepas di Mapolda Jabar pukul 9, kami berangkat menuju Asrama Haji Bekasi. Kami menginap semalam, lalu dibagi gelang identitas dan uang living cost sejumlah 1500 real. Jadi kalau dihitung2, dari ONH 35 juta itu, 5 juta dikembalikan pada kami.
Oh ya …untuk ibu-ibu usia subur, untuk kesekian kalinya kami di test urine, untuk memastikan bahwa kami tidak hamil. Dan itu stressfull banget buat sayah !!!! 😉 Buat teman-teman yang masih akan melengkapi perlengkapan, di asrama haji bekasi ini ada penjual-penjual yang lengkap menjual kain ihrom, penutup tangan buat wanita, “daleman”, colokan yang lubangnya 3 untuk di Mekah nanti, semprotan wajah, tempat minum dan talinya, dll dll. Yang belum tukang real pun, banyak disana. Meskipun kalau yang punya atm sih, lebih baik bawa kartu atm aja untuk menghindari al-hal yang kurang diinginkan kalau bawa uang tunai.
Mandi ihrom dan mandi besar untuk masuk kota Mekkah sudah kami lakukan saat akan berangkat dari asrama haji Bekasi. Tahun ini adalah pertamakalinya kami diberangkatan dari Bandara Halim Perdanakusumah. Seluruh urusan check barang dll semua dilakukan di Asrama Haji. Di Halim, kami langsung masuk pesawat. Two thumbs up buat penyelenggara haji tahun ini. Efektif dan efisien banget. Bapak2 sudah memakai kain ihrom. 100%. Artinya, full hanya memakai dua lembar kain putih tak berjahit. Dengan pakaian itu, tak ada lagi status sosial yang melekat. Gak kliyatan lagi mana yang lulusan S3, S1, SMA atau lulusan TK hehe…. Gak kliyatan lagi mana yang pangkatnya direktur, manajer atau buruh. Semuanya sama. Sedangkan kami yang wanita, sebenarnya tak ada aturan syar’i bahwa pakaian kami harus berwarna putih. Yang penting menutup aurat dan tidak menarik perhatian. Tapi kami semua memilih baju putih karena secara psikologi melambangkan “kesucian”.
Sepanjang perjalanan menggunakan Saudi Airlines ini, kami dianjurkan bertalbiyah. Dan kurang lebih 10 menit menjelang landing, ada pengumuman bahwa kami tepat berada di atas miqot Yalamlam. Kami pun mulai niat berihrom (karena kami mengambil haji tamattu). “Labbaikallahumma umrotan”. Lalu kami sholat sunnah ihrom 2 rakaat.
Sejak saat kami berniat itulah, mulai berlaku larangan ihrom, yaitu:
1. Mengadakan hubungan intim (jima’) antara suami dan isteri. 2. Bercumbu rayu, mencium dan memandang dengan penuh syahwat serta segala sesuatu yang merupakan penyebab terjadinya hubungan intim, sebab perbuatan-perbuatan itu dapat menjerumuskan ke-pada jima’.3. Mencukur rambut kepala. 4. Meminang, dipinang dan melakukan akad nikah. 5. Membunuh binatang buruan. 6. Memakai wangi-wangian, baik dibadan dan pakaian . 7. Memakai pakaian berjahit yang membentuk tubuh. 8. Menutup kepala dengan sesuatu yang me-nempel padanya secara langsung, seperti peci, topi dan sorban.9. Khusus untuk wanita dilarang memakai niqab (sejenis penutup wajah) dan sarung tangan. 10. Mendekati perbuatan maksiat. 11. Permusuhan dan berbantah-bantahan. 12. Makan sebagian dari daging binatang buruan yang ia ikut andil dalam perburuannya, seperti dengan memberi isyarat kepada para pemburu ke arah binatang tersebut
Sesaat sebelum landing, awak pesawat mengumumkan bahwa udara di bandara sekitar 34 derajat celcius. Alhamdulillah…di pintu keluar pesawat, petugas mengatakan bahwa “jarang” di Jeddah udara sesejuk itu. Alhamdulillah…memang udara arab yg terkenal “garang” belum kami rasakan saat turun dari pesawat. Selanjutnya kami diangkut oleh bis bandara, menuju pemeriksaan imigrasi. Sudah sejak lama saya mendengar info bahwa pemeriksaan imigrasi akan membutuhkan waktu yang lama. Awak pesawat pun tadi sudah mengingatkan dengan menyarankan snack terakhir yg kami terima 30 menit sebelum mendarat, disimpan saja untuk nanti dimakan saat menunggu pemeriksaan imigrasi.
Selain info mengenai waktu yang lama saat pemeriksaan imigrasi, Dari beberapa buku yang saya baca, dinyatakan untuk tdk kaget saat menghadapi sikap2 jutek para petugas imigrasi. Alhamdulillahnya, 2 info itu tdk kami alami. Waktu menunggu tidak terlalu lama rasanya. Total rasanya hanya 2 jam sampai pengambilan koper besar kami. Para petugas dari Indonesia sangat membantu dengan memberikan arahan apa2 yang harus kami lakukan. Halaman mana yang harus dibuka, lembar mana yang harus disobek, disimpan dimana, dll. Disini juga diperiksa buku kesehatan di bagian vaksin meningitis oleh dokter arab sono.
Nah, pada kesempatan ini, saya merasa sekali manfaat dari materi “bening hati di tanah suci” yang kami dapat beberapa kali saat manasik. Terutama buat yang pertama kali atau yang sudah sepuh, biasanya proses pemeriksaan ini menjadi stressor tersendiri yang dirasa amat berat dan mencemaskan. Stressor tersebut membuat seringkali pada lupa bahwa mereka sedang berada dalam kondisi ihrom. Saya menyaksikan sendiri ada dua orang ibu yang bertengkar. Yang seorang menitipkan tas tentengannya pada temannya saat ia mencari tas kopernya, si teman rupanya meninggalkan tas tentengan yg dititipkan padanya karena mencari kopernya juga. Ketika kembali si ibu A langsung panik karena tdk menemukan tas tentengan di tempat ia menitipkan tadi. Langsung lah ia memarahi temannya, dengan rasa panik yg luar biasa. Meskipun ditenangkan oleh petugas dan diyakinkan bahwa tasnya tidak mungkin hilang, namun kepanikan si ibu lebih intens. Saya tidak terbayang bagaimana hubungan mereka selanjutnya. Semoga akan tetap baik. The point is… Jagan sampai itu terjadi pada orang yang kita kenal. Minimal yang satu rombongan or regu dengan kita.
Pada saat antri, janganlah rebut2an, salib2an….itu menciptakan suasana egositis yang sangat tidak menyamankan. Kita persilahkan dulu yang sepuh. Apalagi para sepuh yang berangkat sendirian, temani dan tenangkan mereka. Saat mencari koper, carikan koper para sepuh. Insya allah kita akan mendapat pertolongan yg jauh lebih besar daripada yang kita lakukan. Saat menunggu bis untuk perjalanan ke Mekkah, hati2…jangan menggunjing. Kalau bisa hindari berdekatan dgn ibu2 yang suka komentar ini itu apalagi menggunjing. Kalau bisa dengan pasangan kita aja, membicarakan yg baik2.
Suasana letih jg memungkinkan para karu (ketua regu, jamaah haji juga yang mengkoordinir 10-15 orang) atau karom (ketua rombongan, “boss”nya karu, dari jamaah juga, mengkoordinir karu dan 45an jamaah) menjadi lebih lelah, dan menegur jemaah yg terlambat atau tidak mengikuti aturan. Empati amat diperlukan disini. Jangan sampai menjadi kesal atau beradu mulut.
Karena baru berihrom beberapa jam, wajar bila ada lupa2 terhadap larangan ihrom. Apalagi wanita, terkait dgn larangan penggunaan wangi2an atau lartangan memperlihatkan aurat meskipun pada sesama wanita. Ada ibu2 yang pas wudhu langsung buka seluruh kerudungnya, ada juga teman saya yang otomatis pake sabun yang memang tersedia di tempat wudhu. Saling mengingatkan! Itu intinya.Jangan lupa, dampingi juga para sepuh yang bingung gimana cara mengeluarkan air dr kran, bingung gimana cara matiin air kran (krannyta otomatis berhenti dalam jangka waktu tertentu). Satu hal yang juga tadi banyak saya lihat adalah banyak yang ketinggalan barang di tempat wudhu. Ada jas, ada kerudung, dl. Oleh karena itu, sebisa mungkin jangan banyak bawa ini itu. Jas, kerudung, jam jangan dibuka. Tas cukup tas paspor yg menempel di badan.
Kini kami sudah di bis menuju Mekkah Almukarromah. Perjalanan akan selama 6 jam katanya. Diperkirakan kami akan sampai sekitar pukul 2 di maktab. Kami akan beristirahat dulu, lalu besok jam 7 kami akan melaksanakan umroh.
Can’t wait to see kaaba…
-September 29, Jeddah menuju Mekkah 21.30 WAS-
Recent Comments