Waktu saya mau pergi, seorang teman meng sms saya : “selamat berhoneymoon terindah ya…” katanya.
Literally, ini memang honeymoon buat kami. Sssst…sebelas tahun menikah, kami kan belum pernah honimun loooh. Waktu awal menikah, mana sempat honimun…lha wong sabtu menikah, kamis masih bimbingan n seninnya udah tancap gas lagi. Salah sendiri, nikah di semester pertama kuliah profesi. Lagi kuliah kasuistik. Seluruh mantan mahasiswa magister profesi unpad kalau ditanya tentang kuliah kasuistik pasti bergidik. Jangankan honimun…bernafas aja…syukur kalau masih inget haha…hiperbolisnya kumat.
Setelah beres sekolah, punya anak 1, lalu 2, 3 dan 4…gak kepikiran honimun. Maklum, walaupun beragam referensi menganjurkan pasangan untuk cari waktu berduaan…buat kami rumus itu gak berlaku. Guilty feeling yang kami rasakan saat meninggalkan anak2 untuk berduaan, intensitasnya terlalu besar. Di indonesia, jangankan 40 hari berduaan. 4 hari aja, atau 4 jam, atau 4 menit aja gak bisa. Maklum, ada polisi kriwil Hana, yag kalau ibu nempel dikiiit aja ama abah, langsung teriak “enak aja ibu dan abah pacaran”…lalu ia pun akan mengambil posisi diantara saya dan mas.
Bagi para pasangan, memang harus sangat sangat amat bersyukur bisa melaksanakan ibadah ini berdua. Harus diakui, emang romatis banget saat tidur saling bersender di pesawat dalam perjalanan, saat seorang suami melindungi istrinya pas thawaf, berjalan bergandengan dan berpegangan tangan pas sai, duduk di kursi taman terminal mahbas jin sambil makan sepulang dari masjidil harom, serta menangis berdoa bersama di multazam. So sweet banget deh…Dan pemandangan romantis yang saya lihat (dan akan terus saya lihat selama 40 hari) adalah….genggaman tangan para pasangan itu. Pasangan muda, pasangan “madya”, maupun pasangan senior….Mereka selalu saling bergenggaman tangan. Dimanapun dan kapanpun. Rasanya gimanaaaaa gitu.
Dan pasangan itu, termasuk saya. Di Indonesia, amat sangat jarang kami bergenggaman tangan di area publik. Tapi disini, entah ada aura apa yang membuat kami tak ingin melepaskan genggaman tangan kami. Dan efeknya luar biasa…kalau mengikuti teori emosinya James-Lange, genggaman tangan itu…menumbuhkankembangkan emosi cinta halah….haha…. Jadi kebiasaan ini harus diteruskan nih di tanah air ! 😉 Terus bener banget istilah GIGO itu ya….”Garbage In Garbage Out”. Kalau yang kita liat n denger perceraiaaaaan terus…menimbulkan pesimisme terhadap kebahagiaan pernikahan. Kalau yang kita lihat adalah puluhan pasangan yang saling bergenggaman tangan, rasanya optimiiiiis banget bahwa pernikahan ini akan membawa kita menikmati kebahagiaan…..Benarlah kata seorang ustadz-psikolog. Berhaji atau berumroh, adalah salah satu media re-commitment, re-attachment antar pasangan. Mengevalusi dan membicarakan hubungan kami berdua sambil menatap ka’bah, memang rasanya tak bisa diceritakan….
Tapi….jangan coba2 romatis2an pas naik bis umum. Misalnya seorang istri yang naik duluan lalu “ngetekin” bangku buat suaminya, atau suami yg cuek melihat nenek2 berdiri di bis demi duduk bersama istrinya…itu adalah perilaku yg menyebalkan. Gak ada romatis2nya sama sekali.
Konon katanya justru salah satu ujian berhaji ini adalah bagi pasangan. Banyak cerita suami istri yang bertengkar bahkan bercerai setelah berhaji. Dan menurut saya, bayangan tentang romantisme honimun ini menjadi salah satu faktor yang potensial membuat pertengkaran. Saya juga pernah mengalaminya looh di hari2 kemarin. Biasa, isunya tetep…saya yang superlebay dan mas yang super cuek. Tapi saya banyak belajar dari pasangan2 lain, yg sudah lebih matang. Misalnya seorang pasangan sepuh yang berbeda kondisi fisik, memutuskan untuk berpisah saat sai. “Nanti kita ketemu pas tahallul aja” kata mereka. Atau pasangan lain, yang kebetulan bersama salah seorang ortu mereka. Si ortu tidak mau mengikuti agenda si anak dan menantu, akhirnya mereka memutuskan untuk mengakomodasi keinginan si mertua dengan si suami duluan keMasjidil Harom, lalu istrinya menyusul saat si ibu sudah tidur.
Buat saya, sikap2 itu adalah sikap2 yang beyond romantic. Sayang yang matang.
Yes, it is a honimun. Tapi bukan honimun yang lebay, bukan honimun yang egois.
Nov 20, 2013 @ 12:46:02
Masya Allah fit.. baca note2 ini jadi bikin gw menyesal. Cara mendokumentasikan perjalanan haji yang bagus banget. nyesel kenapa gak melakukan hal yang sama. Bikin merinding dan juga menggugah orang2 untuk semangat daftar haji.