14. Cemas Menanti Hari Wukuf

Hari ini, hari terakhir bis menuju Masjidil Haram beroperasi. Seluruh jamaah haji dari seluruh dunia sejumlah kurang lebih 2,5 juta sudah berada di tanah haram ini hari ini. Masjidil Haram menjadi sangat penuh, dan kami pun dihimbau untuk shalat di masjid sekitar hotel agar bisa menyimpan energi menjelang pelaksanaan puncak haji yaitu wukuf di padang arafah yang akan berlangsung tgl 9 dzulhijah, hari senin.

Apalagi KBIH kami, akan melaksanakan tanazul; yaitu keluar dari program pemerintah. Program pemerintah, dari maktab langsung ke arafah menggunakan bis. Sedangkan KBIH kami ingin melaksanakan sunnah rasul yaitu bermalam dulu di Mina sebelum ke Arafah. Karena diniatkan untuk menghayati “napak tilas” perjalanan haji Rasulullah, maka kami akan berjalan ke Mina tgl 8 Dzulhijah, bermalam di sana lalu berjalan ke Arafah untuk melaksanakan wukuf di tgl 9-nya. Jaraknya puluhan kilo. Laaa haula walaaa quwwata illa billah..semoga kami sanggup.

Jujur saja, adrenalin di tubuh saya meningkat. Dan mungkin kecemasan ini dirasakan juga oleh seluruh jemaah haji. Bagaimana tidak? Alhajju Arofah. Haji itu, “pengesahannya” adalah saat wukuf di Arofah. Walaupun secara teknis, wukuf itu “hanya”lah berdiam diri di padang arafah selama 6 jam, dari dhuhur sampai maghrib; namun secara fikih, ritual inilah yang membuat seorang dikatakan melaksanakan ibadah haji atau tidak. Itulah sebabnya, jamaah haji yang sakit di rumah sakit ataupun koma, akan dibawa ke padang Arafah menggunakan ambulans. Namanya safari wukuf. Secara esensi,  saat wukuf adalah saat Allah membanggakan para umatnya di hadapan malaikat. Riwayat al-Hakim bersumber daripada Abu Hurairah, dalam hadits Qudsi Allah berkata: “Lihatlah kepada orang-orang yang menziarahi rumah-Ku, sesungguhnya mereka telah mengunjungi-Ku, hingga kusut masai keadaannya dan penuh debu.” Pada saat itu pintu ampunan dibuka dan ribuan malaikat turun ke bumi. Itu adalah saat terbaik dalam hidup seorang manusia. Kalau kata ustadz pembimbing kami, semakin gembel penampakan kita, semakin Allah cinta pada kita.
Beberapa hal yang menambah kecemasan saya adalah, bukan hanya situasi personal  misalnya kesehatan. Tapi suasana di sekitar saya  juga rasanya semakin “memuncak”. Setiap hari ada berita duka. Jumat lalu, 7 orang wafat akibat rebutan bis dari masjidil haram.  ADa juga berita jamaah yang kehilangan seluruh uangnya, ada berita di maktab kami seorang suami yang istrinya dibawa kabur di taxi, beberapa kabar mengenai jemaah haji yang wafat… Bahkan ada seorang dari rombongan kami yang juga wafat…innalillahi wa inna ilahi rojiun… Di berita melalui internet, kami membaca sekitar 40an jemaah haji mengalami gangguan jiwa.   Barusan, kami mendengar halo-halo dari speaker informasi bahwa ada seorang bapak yang tersesat di lobi. Bayangkan… Di hotelnya saja tersesat dan tdk bisa menemukan kamarnya !!!

Salah satu perasaan yang khas disini, yang jarang ditemukan di tanah air, adalah perasaan bahwa kematian itu begitu amat sanat dekat. Penghayatan bahwa “kita tidak tahu besok, satu jam lagi, sepuluh menit lagi dari sekarang kita masih hidup atau engga” itu begitu kuat.

Ya Allah… Sampaikan kami pada hari wukuf..hari pengampunanMu…

arafat-start-here
Kamis, 10 oktober 2013

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: