18. Yakinlah dengan JamuanNya ; “Ironi Mina”

Mina,09.01, 8 dzulhijah 1434

Kami masih menunggu di “tenda sementara”. Nasib kami belum jelas akan bagaimana. Di tenda yang super panas inilah kami menunggu … tiba-tiba saya begitu merindukan ruangan kami di hotel yang full ac…..

Setelah sampai di maktab kami, yaitu maktab 72 dan menuju tenda kami, kami berharap bisa melepas lelah. Namun ternyata tenda yang sudah disurvey dan ditandai oleh panitia dari KBIH kami telah “ditempati” kelompok lain. Tak hanya itu,  tanda-tanda dari KBIH kami berupa  spanduk, bendera dll yang telah dipasang, lenyap entah kemana berganti dengan tanda2 dari kelompok lain tersebut. Padahal ya, kelompok tersebut satu kloter dengan kami. Waktu survey pun bersama-sama satu kloter, masing-masing mengirimkan perwakilannya dan menyepakati pembagian sampai masing-masing ditandai.  Kini para panitia tengah membicarakan hal ini.

Pembimbing kami sudah pernah menceritakan bahwa peristiwa ini mungkin terjadi. Ya…rebutan…rebutan tempat, rebutan giliran, rebutan makanan-minuman…menjadi hal yg familiar dan menjadi bagian dari ujian perjalanan haji ini. Ironi memang…di tempat ini, Nabi Ibrahim dulu melakukan pengorbanan yang paling agung. Ketauhidannya diuji dengan permintaan untuk mengorbankan apa yang paling dicintainya. Saya setuju dengan tulisan Ali Syariati mengenai ujian ini. Bahwa ujian ini, permintaan untuk mengorbankan Ismail, jauuuh lebih berat dibandingkan jika Allah meminta NAbi Ibrahim mengorbankan diri dan hidupnya sendiri. Seorang manusia agung yang demikian ulet mencari Tuhannya dengan menatap bulan dan matahari, lalu dengan gagah beraninya menghancurkan berhala-berhala buatan ayahnya sendiri, dan begitu mudahnya mengorbankan diri untuk dibakar hidup-hidup oleh Raja Namrud, tak kuasa menjalankan perintah ini dengan mudah. Bahkan ia harus berhenti di tiga tempat untuk melempari syetan yang menggodanya.

Saya berpikir, kalau “cuman” menjalankan rukun dan wajib haji, kalaulah itu dilakukan oleh kita sendirian …amat sangat mudah. thawaf…sai…ihrom….sambil “merem” juga bisa….tapi justru ujianny adalah…karena ini dilakukan bersama jutaan saudara kita yang lain. Thawaf yang “hanya” memutari ka’bah 7 kali, menjadi perjuangan yang amat berat. Begitu juga dengan segala macam kegiatan lainnya. Ternyata benar….”berkorban” itu….yang detik demi detik dilatih dalam ibadah ini.

Kini, di Mina ini kami berniat untuk menapaktilasi perjuangan Nabi Ibrahim ini. Tak hanya napak tilas fisik. Tapi terlebih adalah napak tilas spiritual. Mengorbankan -bukan hal yang paling kita cintai- namun hanya mengorbankan sedikit kenyamanan untuk berbagi dengan orang lain. Kalau mau kesal, ya kesal …kalau mau ngedumel, ya ngedumel. Tapi…seperti kata pembimbing kami….untuk apa? toh tak akan mengubah situasi ….

Saya jadi ingat ucapan beberapa teman saat melepas kami : “Selamat menikmati jamuan Allah”. Saya tak tahu darimana asal istilah “jamuan” ini. Mungkin analogi ini  berasal dari pandangan bahwa kami ini adalah tamu Allah, yang pasti dijamu  oleh tuan rumah yaitu Allah.

Ya, saya baru paham maknanya. Jadi, yakinlah bahwa dalam perjalanan haji ini, Allah yang menjamu. Bukan manusia. Jangan merebut, jangan rebutan, jangan kotor hati dan ngedumel kalau giliran kita “direbut”. Karena jamuan Allah bagi para undanganNya, adalah suatu kepastian. Mari kita nikmati…

“Dodod” dan “Odot” : the “New Azzam”

Empat puluh hari ternyata waktu yang amat signifikan untuk tumbuh kembang seorang anak usia 1,5 tahun. Azzam yang saya tinggalkan 28 September dan saya temui lagi 8 November, hampir-hampir tak saya kenali dalam psikologisnya. Ini bukan hiperbolis. Secara fisik, memang benar kata Kaka Hana yang setiap kali nelpon saya bilang “perut de Azzam buncit banget” ;). Selain lebih gendut, dia juga lebih tinggi. Itu mah pasti.

IMG_2679Nah, secara psikologis yang saya terkaget-kaget. Setelah satu hari satu malam tak mau dan menghindari kontak mata dengan saya, juga tak mau saya sentuh…..(saya sudah “siap” dengan reaksi ini….mengingat “tiba-tiba” dia kehilangan sumber afeksi psikologis dan fisik, secara pas ditinggal dia masih nenen)…ketika Azzam membuka diri untuk berinteraksi dengan saya, terkaget-kagetlah saya.

Secara kognitif, selain kemampuan reseptifnya yang semakin okeh, yang saya kaget adalah kemampuan ekspresif-bahasanya. Ketika saya tinggal, dia cuman bisa bilang “bah” (abah), “au” (mau) dan “nenen”(itu panggilan buat saya), “dede” (panggilan buat dirinya sendiri). Maka, ketika saya kembali dia sudah bisa menyebut “na”(kaka hana), “tata” (kaka azka), “may” (mas Umar), “abah”, “Adam”(Azzam), “ati”(yangti), “nene”(nenek), “tate”(kakek)…dan, panggilan paling merdu adalah ….”mbu” (ibu). Dia juga sudah bicara banyak, dengan artikulasi yang belum sempurna dan ujung-nya aja. Hal ini membuat dia rewel beberapa hari karena saya banyak gak ngerti apa yang dia mau,  karena saya tak tau “sejarah” munculnya kata tersebut. Misalnya waktu dia bilang “ten”…. bingung tujuh keliling. Untunglah bahasa nonverbal dia juga bagus. Kalau saya bilang “ibu engga ngerti maksud dede apa”….dia akan menunjuk apa yang dia maksudkan. Ternyata eh ternyata, “ten” itu adalah “bantal”. Jadi PR ibu adalah, membuat kamus vocabulary Azzam haha….

Secara emosi, lebih mengagetkan lagi. Waktu saya tinggal, kalau saya “tegur” atau saya “larang”, dia akan “nyengir-nyengir” dan “iseng” “ngahajakeun”. Tapi kini…pas dia mainin laci dan saya larang karena takut jarinya kejepit, saya kaget ketiak dia langsung menunduk, menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca dan bibirnya yang “jebi” menahan tangis. Karena saya biarkan (secara saya masih kaget), beberapa menit kemudian pecahlah tangisnya dan dia pun memeluk kakanya…..Mmmmh…my new Azzam …

Secara motorik sih udah pasti…sia sudah sangat lihai memainkan mobil-mobilan yang bisa dinaikin…dan begitu saya belikan sepeda roda tiga, meskipun kakinya belum nyampe ke pedal, tapi dia seneng banget muter-muter, belok kiri-kanan dengan kaki menapak ke tegel. Main bole? itu hobinya, lengkap dengan gaya “ngawahan” saat menendang bola.

Self awarenessnya pun bagus. Kalau mau pup, dia akan bilang “ee” dan mengajak ke wc. Dan benarlah, beberapa menit kemudian dia akan menjerit jijik melihat yang “brojol”. Begitu pula kalau ngantuk, dia tidak akan rewel…akan bilang “bobo”…lalu dilakukanlah rutinitas bobonya, dan diapun akan terlelap.

Seminggu saya bersama dia….vocab dan kejelasan artikulasinya meningkat tajam. Hari demi hari, grafiknya meningkat tajam. Dia mulai “nagih” minta dibacain buku sebelum tidur, karena meskipun masih ada ASI yang saya produksi, namun dia sudah tidak mau. Buku kesukaannya adalah buku gambar-gambar binatang. Waktu saya tinggal dia memang sudah bisa menunjukkan binatang-binatang yang saya sebut namanya, namun masih terbatas: anjing, kucing, moh, ikan, harimau. Sekarang, gantia dia yang menyebutkan nama binatang-binatang tersebut. SAtu-dua hari saja saya menyebutkan nama binatang-binatang itu. Unta, kodok, guguk, ayam, bebek, dinosaurus, ikan, tikus, dll dll…setelah itu, dia hafal hampir semua nama binatang di buku itu. Kadang-kadang, kalau saya gantian lagi nemenin kakak-kakaknya, dia berinisiatif sendiri menunjukkan binatang-binatang itu dan menyebutkan namanya. Lucu deh liat dia bilang  sambil nunjuk-nunjuk : “enih….itan….enih…meong…enih..mooooh….enih….auuuuum” dengan ekspresi wajahnya.. dan kepala mirang-miring. Dia juga sudang bisa merangkai dua kata, meskipun tampak berpikir keras untuk mengatakan “teh ema”, “dede azzam”, atau “num cucu” (minum susu).

IMG-20131130-01163Itu good newsnya…bahwa perkembangannya menyerupai anak usia 2 tahun. bad newsnya…keukeuh sureukeuh suradimeukeuhnya pun, sudah kayak anak 2 tahun ! kalau sudah rebutan mainan sama kaka Hana, yang nangis adalah kaka Hana….rebutan ipad sama mas Umar, yang nangis adalah yang 7 tahun. Tapi afeknya udah berkembang juga. Kalau panggila “abah”, “hana” dan “masy” (mas Umar), dia akan mengatakannya dengan penuh antusias. Tapi kalau manggil “ibu” dan “tata” (kaka Hana), dia akan menggunakan suara rendah dengan intonasi yang lembuuuut …hehe…

Nah, tak dapat dipungkiri bahwa dialah STAR di rumah kami. Tiap hari, bada maghrib rumah kami sellau “riuh rendah” dengan ketawa-ketawa karena “nanggap” dia. Salah satu yang paling kita sedang senengin adalah mengajarkan dia kata-kata baru dengan benar. Kayak kemaren, kakaknya iseng ngajarin de Azzam untuk mengucap kata “pantat”. Anggota tubuh lainnya sudah dia bisa ucapkan. Waktu diajarin kakaknya, dia bisa ikutin suku katanya dengan benar: pan-pan, tat-tat. begitu diminta mengucapkan “pantat”, sambil nyengir dia bilang “atat” hahahaha…..lucuuu banget.

Yang paling lucu adalah kemarin dia bisa mengucap o dengan bulat. Aduuuuh….loat monyong mulutnya itu….lucuuu banget. Waktu saya tunjuk anjing, dengan mulut monyong dan teriak dia bilang : “DODOD”….waktu saya tunjuk kodok, dengan lantang dia bilang “ODOT” …si DODOT dan si ODOT itu terus dia ulang-ulang dengan eksprei wajah yang gemesiiiiin banget ….

Parompong-20131122-01114

we love u, de Azzam….

 

17. Hebatnya “Mantra” Ya Qowiyyu Ya Matiiiin

Mina, 8 dzulhijah 08.36 WAS

Alhamdulillah…sampailah kami disini, di Mina. Meskipun beberapa hari lalu sempet khawatir tidak bisa ikut tanazul jalan kaki ke Mina karena saya yang batuk flu dan mas sempet keseleo kakinya, Alhamdulillah dengan izin Allah kami bisa ikut.

Semalam, kami bangun sekitar jam 2-an. Maklum, kami yang sekamar ber-5 harus antri mandi besar, yaitu mandi ihrom. Setelah itu kami memakai “pakaian kebesaran” kami, yaitu pakaian ihrom.  Seperti yang sudah disepakati,  jam 6.15 tadi kami berkumpul serombongan untuk sholat sunnat ihrom bersama. Masing-masing kami membawa ransel berisi peralatan untuk di Mina dan Arafah selama 5 hari. Setelah doa bersama dan berniat haji, “labbaikallahumma hajjan”, kami pun diarahkan untuk turun dari hotel kami.  Sejak niat itu, larangan ihrom kembali berlaku. Teman-teman kami yang tidak ikut tanazul karena kondisi fisik, akan menunggu jemputan bis langsung ke Arafah, bermalam di sana. Jadi nanti malam kami akan “berpisah”, lalu bertemu saat wukuf.

DSC_0102Setelah siap bergerak, kami pun mulai berjalan. Diiringi gema talbiyah yang kami kumandangkan “Labbaik, Allahumma Labbaik Labbaik. laa syariika laka labbaik innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syariika laka …..” Aku memenuhi panggilanMu, ya Allah aku memenuhi panggilanMu. Aku memenuhi panggilanMu, tiada sekutu bagiMu, aku memenuhi panggilanMu. Sungguh segala puji dan nikmat adalah milikMu, begitu juga seluruh kerajaan, tiada sekutu bagiMu”

 

….Haduuuuh….itu rasanya gimanaaaa gituh..pokonya perasaan ini gak pernah saya rasakan sebelumnya. Gabungan haru, takut, bahagia, harap…ah, campur aduk lah….

DSC_0107Suami istri saling bergandengan tangan, saling menjaga. Begitu masuk ke jalan besar, Allahu Akbar…. tak terbayangkan…tumpahan manusia berbaju putih dari segala penjuru menyatu menjadi satu luapan yang besar. Beragam bangsa, warna kulit, ras…tua, muda, bahkan tak jarang anak kecil; baik dituntun maupun digendong ayah-ibunya, semuanya menyatu bergerak bersama. Lantunan talbiyah yang dikumandangkan saling bersahutan benar-benar membakar semangat kami. Saking semangatnya, saya sampai sering lupa meneriakkan talbiyah dengan suara lantang, padahal perempuan disyariatkan bersuara talbiyah dengan pelan.

1,5 jam perjalanan non stop sudah kami lalui dari Mekah menuju Mina ini. Benar-benar tokcer “mantra” yang dibekalkan oleh pak Ustadz. Kemarin kami yang ibu-ibu sempat takut kalau kami gak akan kuat….Dan pak Ustadz mengajarkan kami untuk berdzikir menyebut asmaul husna: “ya qowiyyu ya matiiin” ….”Allah yang maha kuat dan maha kokoh” saat kami mulai lelah.

Sampailah kami disini, di maktab 72.