20. Berkah-Berkah Mekah

…….Satu jam telah berlalu. Kami masih berada di tenda sementara, menunggu keputusan dimana kami akan ditempatkan. Sebagian dari kami tidur atau mencoba tidur. Sebagian mengobrol atau ngemil. Mas saya lirik tertidur pulas. Walaupun udara sangat panas. Saya? ah…nulis ajah….

Ada banyak berkah yang kami dapat di tanah haram ini

Dari segi fisik, alhamdulillah kami mendapat maktab, tempat penginapan berbentuk hotel dengan fasilitas dan pelayanan setara fasilitas haji plus. Kamar kami ber wallpaper, ada TV, full ac, kamar mandi bershower dan  dilengkapi hairdryer, ada welcoming drink, dll. Dari segi cuaca, sampai saat ini kegarangan cuaca Mekah yang sering kami dengar tidak kami rasakan. Krim2 untuk  kulit kaki pecah2 belum kami gunakan. Bahkan, beberapa hari lalu terjadi hujan! Hujan yang konon katanya langka terjadi di Mekah ini. Sungguh suatu berkah…

Secara psikologis, berkahnya lebih banyak lagi.

Karena kamar saya dan mas terpisah cukup jauh, maka setiap kali saya berkunjung ke mas saat jam makan, terlihat pasangan2 suami istri yangg sedang makan bersama, bahkan tak jarang sepiring berdua. Hubungan mereka “mesra”, harmonis, begitu saling menjaga….

Di hari2 awal, saat beberapa kamar di dekat kamar kami masih kosong, saya dan teman sekamar sering makan berjamaah dengan suami2 kami di depan kamar kami. Dalam salah satu waktu, saya mendengar “celetukan” seorang bapak2. “Asik ya, disini mah dilayani sama istri. Kalau di rumah mah dilayani sama pembantu…” Haha…sebuah ucapan yg ringan tapi cukup bermakna. Ya, saya juga menyadarinya. Terutama buat diri saya sendiri. Karena di rumah mas meminta saya untuk memprioritaskan “pelayanan” pada anak2, maka sudah lama tidak bisa “khusyuk” melayani keperluan mas. Nah, disinilah berkah itu saya dapatkan kembali. Menyiapkan dan menemani makan, mencucikan baju, …. Hal2 “kecil”, tapi semoga barokahnya besar.
Disini juga saya “menyadari” kebaikan suami yang menjaga, membimbing dan menemani saya. Alhamdulillah, doa untuk dipertemukan dengan “imam” baik secara fisik, psikologis dan spiritual dulu saat blm menikah,  telah Allah kabulkan.

Satu berkah lagi yang tak terkira nilainya adalah…disini kami berkumpul dengan sebagian orang yang benar-benar memancarkan aura kebaikan dan keshalihan. Mereka2 ini, adalah orang2…pasangan2, yang ibadahnya…gile benerrrr… Baru tiga minggu kami disini, ada yang sudah khatam alqur’an sampai 4 kali !!! Trus sholat malamnya, semangat ke masjidnya, kekhuyukannya saat berdoa…bikin saya gubrak… Haduuuh,,,gak sanggup bersaing sama orang2 ini…. Dari obrolan2 saya dgn mereka, kekuatan tauhid mereka yahud banget…”Value” hidup mereka, menempatkan penilaian Allah jauuuh, dimata manusia.

Saya juga belajar banyak dari setiap “person”. Ada seorang bapak yang sangat menonjol kasih sayang pada ibunya yang telah renta, ada menantu yang banyak “mengorbankan” kesempatan ibadah ritualnya untuk melayani dan mendampingi mertua, ada istri yang memberikan pelayanan super spesial pada suaminya, ada suami yang begitu terpancar kasih sayang pada istrinya (tapi gak lebay ;)…
Haduuuuh….bertekad untuk tak memutus silaturahmi dengan org2 sholeh ini…

Semoga berkah ini terus terbawa sampai ke tanah air. Amiiin…

Masih menunggu. Mina, o9.39

BAGAIMANA CARANYA AGAR KITA BISA MERASAKAN NIKMAT SYURGA BERSAMA ORANG-ORANG YANG KITA CINTAI (KELUARGA)

Pahala yang didapat oleh haji mabrur: tidak hanya mendapatkan pengampunan dosa (seperti baru lahir dari rahim ibunya),  tapi juga mendapat syurga dari Allah.

Syurga tak bisa kita bayangkan. Gambaran dalam Al-Qur’an hanya agar mempermudah kita, namun sebenarnya tak terbayangkan. Namun ada nikmat yang lebih besar, yaitu melihat Allah. Tapi akan lebih sempurna kalau nikmat itu bisa kita rasakan bersama keluarga kita. Bisa terjadi keluarga kita terpisah, ada yang di syurga ada yang di neraka. Kalaupun semua di syurga, bisa jadi tidak di level syurga yang sama.

Q.S. At Thuur ayat 21 : “Orang-orang yang beriman dan diikuti oleh anak cucunya (keturunannya) dengan keimanan, Kami perhubungkan (kumpulkan) kepada mereka anak cucunya itu dan tiadalah Kami kurangkan (pahala) amalan mereka sedikitpun. Tiap-tiap manusia tergadai (terikat) oleh usahanya masing-masing”.

Firman Allah tersebut menunjukkan anugerah Allah pada keturunan karena amal orang tua. Dengan demikian, orang tua menjadi pemberi syafaat bagi anak dan keturunannya dengan izin Allah. Ini merupakan kabar gembira bagi kita.

Sebaliknya, anak pun bisa menjadi pemberi syafaat bagi orangtuanya dengan izin Allah. Nanti akan ada orang-orang  yang merasa heran kenapa kedudukannya lebih tinggi dari yang seharusnya. Allah menjawab : “Karena anakmu beristighfar untukmu”. Hal ini menunjukkan anugerah Allah pada orang tua akibat kesolehan anak.

Syaratnya:
Meninggal dalam keadaan iman-islam, baik kita dan anak-keturunan  kita. Sepertinya mudah. Namun sebenarnya, tak ada jaminan bagi kita dan anak-keturunan kita wafat dalam kemadaan iman-islam. Itulah sebabnya minimal 17 kali sehari kita memohon  ihdinassirotol mustaqiim.

Ada hal-hal yang kalau kita lakukan, bisa jadi kita keluar dari islam tanpa kita sadari . Kita harus hati2, karena “keluar dari islam” itu tidak harus murtad dan pindah agama.
Hal-hal tersebut disebut pembatal-pembatal keislaman; yaitu:

(1)       (1) Syirik. Menyekutukan Allah.

2.      (2) Memperolok Allah, mengejek Al qur an, mentertawakan  ayat Qur an dan memperolok Rasulullah.

3.      (3) Melakukan/belajar sihir, datang kepada dukun/paranormal, lalu percaya pada apa yang ia ucapkan.

4.      (4) Meyakini bahwa islam sama baiknya dengan yang lain atau ada sistem yang lebih baik dari islam. Amalan hati lebih besar efeknya daripada amalan anggota tubuh. Kafir kecil: tidak bisa mengubah Undang-Undang  tapi tetap meyakini bahwa sistem islam yang terbaik

5.      (5) Meninggalkan sholat – diselisihkan oleh para ulama.

 

Anak-anak  kita butuh doa dari kita. Doa orang tua mustajab.  

3 doa yang mustajab tanpa ada keraguan :

1.     (1) Doa orangtua untuk anak

2.      (2) Doa orang yang safar

3.     (3)  Doa org yg didzalimi.  

Org sholeh : dijaga keturunannya oleh allah.

Kalau menemukan orang yg jatuh pada nawaqilul islam (islamnya menjadi batal), kalau ia tidak tahu, semoga  Allah memberikan “toleransi”. Oleh karena itu, jangan asal mengkafirkan. Tugas para ulama memberitahu.  Tidak boleh menjudge dan mengatakan seseorang kafir. Ilmu yang benar tidak boleh membawa ke praktek yang salah.

Maksiat pada Allah ada 3 tingkatan:
1. Syirik
2. Bid ah
3. Maksiat

Kuliah Subuh @Nabawi, 5 November 2013