28. Antri Surantri

Masih ngantri mandi …… Mina, 12 Dzulhijah.

Pernah liat keresek, odol dan sabun  berbaris rapi mengantri di depan kamar mandi???? Saya pernah. Disini, di Mina ini. Sayang banget uy gak sempet difoto sebagai bukti otentik…. haha…..moga-moga bisa kembali ke Mina untuk memotretnya tahun-tahun  depan.  Amiiiin….

Memang benar, situasi “terpaksa” dan “terbatas” bisa memunculkan kreatipitas. Contohnya ya kresek yang antri itu… Jadi, begini ceritanya.  Seperti sudah menjadi rahasia umum, satu hal yang khas saat mabit di Mina adalah keterbatasan kamar mandi. Pada saat “peak” yaitu jam 3an sampai menjelang subuh, antrian satu kamar mandi bisa sampai 30 loh… Biasanya, di saat mengantri dengan kebutuhan biologis yang mendesak, sering terjadi hal-hal yang bisa mengotori hati. Itu yg saya hindari ……selain tentunya sangat membutuhkan kesabaran mengantri berjam-jam dan digedor-gedor orang untuk cepat-cepat.

Biasanya saya antri untuk mandi bada sholat Dhuha. Jam 9an. Relatif kosong. Antrian paling 5 sampai 6 orang. Hanya, memang jam segituan panas matahari sudah lumayan terik. Nah….karena sangat tidak menyenangkan mengantri sambil nyengir kepanasan, terutama buat kami yang warna kulitnya sudah tak perlu di tanning lagih 😉 , entah siapa yang memulai ide ini, maka sebagai ganti orang, yang mengantri adalah kresek bajunya. Sedangkan orangnya, berteduh di tempat-tempat  yang agak teduh.

Haduh, hoyong seuri deh liat kresek, panyiuk, odol, sabun, atau kadang batu yang mengantri dengan rapi….

Tiap ada yang masuk kamar mandi, para pemiliknya lalu menggeserkan antrian mendekati kamar mandi… I will miss it ! 😉

Ngomong-ngomong soal antri, akhir-akhir ini banyak keresahan yang mengungkapkan bahwa budaya antri  sudah pupus dari orang Indonesia. Tapi disini saya justru gak liat hal itu. Di Mudzalifah, saat antrian amat sangat panjang, orang Indonesia rapi mengantri. Kalaupun ada yang udah kebelet banget, dengan sopan mereka akan minta izin untuk maju duluan.  Malah orang-orang India/Pakistan/Banglades yang suka dengan lempengnya menyela …..dan menyelanya teh langsung ke antrian paling depan. Hadeeeeeuuuuh….ditegur, mereka lempeng ajah.

Nah, ini potensi positif bangsa ini….harus kita hargai dan harus kita apresiasi…..

Hidup antri !!!!

27. Ternyata Mantra Pak Tarno Tak Berlaku

Masih menunggu antrian mandi, Mina 12 dzulhijah, waktu dhuha.

Sehabis melempar jumroh aqobah 2 hari lalu, kami bertahallul. Secara fiqih, lepas sudah larangan  ihrom kami, kecuali larangan berhubungan suami istri bagi yang belum thawaf ifadah. Entah karena sudah tak berbaju putih lagi, saya mencermati…obrolan ibu-ibu hari kemarin mulai “gak kontrol”. Mulailah ghibah, mulailah candaan-candaan tak perlu, bahkan beberapa ada yang ngobrol dengan tema seksual yang cukup vulgar.

Saya jadi inget. Dulu, saya suka heraaaan banget sama yang sudah berhaji, tapi tak ada perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dulu saya menduga, setelah hari wukuf yang begitu amat sangat istimewa itu, TRINGGGG…semua orang berubah jadi sholeh.  Setelah lempar jumroh, langsung syetan-syetan tak lagi berani mendekat.

Ternyata tidak demikian. Saya sampai konsul sama pak ustadz. Kenapa perasaan saya “biasa2” aja setelah wukuf, saya pikir akan ada perasaan gimanaaaa gitu…atau tiba-tiba saya jadi sholehah gitu…Ternyata eh ternyata, mantra pak Tarno “sim salabim haji mabrur…prok prok prok” itu tak ada.

Kebetulan sekali siangnya, ustadz kami memutar kaset tentang haji mabrur. Kata mas yang mendengarkan sampai tuntas (saya cuman dengerin sepotong, sepotong lagi sudah di alam mimpi hehe), pak Muchtar Khalid yang menyampaikan materi tersebut, mengatakan bahwa haji ini seperti pagar. Ia akan memagari kita dari kecenderungan untuk melakukan keburukan. Masalahnya, si pagar ini tak permanen. Ia harus kita pelihara terus, agar tetap kuat bahkan semakin kokoh. Tanpa upaya menjaganya, maka pagar itu bisa mudah rapuh dan lapuk.

Ya, ya, ya…saya mengerti sekarang. Mie ada yang instan. Bubur ada yang instan. Tapi keshalihan, tak ada yang instan.

Saya juga mengerti, tak ada yang otomatis dalam kesalehan. Jadi haji-hajjah tak otomatis jadi baik. Jadi ustadz? Tak otomatis berarti kebal terhadap godaan duniawi. Jadi propesor? Tak otomatis selalu menjaga sikap etis ilmiah.Tak akan ada jejaknya semua “peran” yang ia sandang, selama tak diiringi penghayatan terhadap peran dan amanah tersebut.

Jadi, kita harus selalu melihat secara objektif perilaku orang lain. Entah itu ustadz, profesor, siapapun. Dan kita juga harus selalu ingat. Ibadah ritual kita-syahadat, sholat, puasa, zakat, berhaji- tak akan otomatis mengubah sikap mental kita, jika kita tak menghayati makna dan manfaat syariat itu untuk kesehatan mental dan kebahagiaan hidup kita. Ibadah ritual itu bukan tujuan, tapi media. Maka, kita harus selalu evaluasi apakah media yang kita gunakan berhasil mengantarkan kita ke tujuan dari media tersebut?

26. “Be Your Self” dalam beribadah

Menunggu antrian mandi, Mina- 12 dzulhizah, Bada syuruq

Subuh ini, tausyiah yang diberikan dua ustadz kami adalah mengenai “menyikapi perbedaan”. Hal ini sebaga respons terhadap situasi aktual yang terjadi.

Begini…. Hari ini, seluruh KBIH di kloter kami melaksanakan nafar awal. Artinya, mereka  melempar jumroh sampai hari ini saja. Berarti melempar 49 batu. Setelah itu mereka pulang ke Mekah.

Secara fiqih, memang ada dua alternatif lama waktu melempar jumroh.  Ada yang disebut nafar awal yaitu melempar jumroh tanggal 10,11 dan 12 Dzulhijah. Jadi total 49 batu. Sedangkan nafar tsani, adalah melempar jumroh tgl 10,11,12 dan 13. Total 70 batu yang dilempar. Kedua cara ini dalilnya adalah QS Albaqoroh ayat 203. Artinya: “Dan barang siapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barang siapa menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya bagi orang yang bertaqwa (yang memiliki nafar awal atau tsani karena taqwa bukan dengan alasan lain)”.

Keputusan ber-nafar awal atau ber-nafar tsani, biasanya diputuskan oleh masing-masing KBIHnya. Seperti barusan, saya mengobrol dengan seorang ibu sepuh dari kloter lain. Katanya 2 hari kemarin, sehabis melempar jumroh beliau pingsan. Tapi KBIHnya memutuskan untuk ber-nafar tsani.

Sedangkan KBIH kami, memberikan beragam pilihan. Yang nafar awal boleh, salah satu ustadz akan mendampingi yang nafar awal. Sedangkan yang nafar tsani pun difasilitasi, dengan adanya ustadz yang juga mendampingi. Kondisi fisik menjadi salah satu hal yang menjadi pertimbangan.

Namun memang obrolan tingkat ibu-ibu sambil menunggu giliran antri mandi cukup memanas. Ada kelompok mazhab nafar awal yang membid’ahkab kelompok yang bernafar tsani.

Akhirnya, tausyiah bada Subuh sambil menunggu waktu Syuruq tadi adalah tentang menyikapi perbedaan. Memang “satu dalam perbedaan” adalah tema yang “diusung” sejak awal manasik di KBIH kami. Dan tema ini terus direinforce, diingatkan terus setiap pertemuan kami. Khususnya saat ada tema aktual hari ini. Dan tidak hanya dengan kata-kata, satu dalam perbedaan ini pun dicontohkan langsung oleh ustadz-ustadz kami. Dua ustad pembimbing kami, yang satu ber-qunut saat sholat shubuh, yang satu tidak berqunut. “Warna” amalan-amalan nya pun berbeda. Demikian pula, setiap pilihan jamaah yang berbeda akan difasilitas, setelah dijelaskan landasan dalilnya.

Yups, seperti masalah nafar awal dan nafar tsani ini, QS Albaqoroh 203 menjelaskan, tidak ada dosa antara keduanya, dengan syarat: keduanya bertakwa ! Tapi kalau merasa benar, menyalahkan orang lain, debat kusir, maka mau nafar awal mau nafar tsani, tak ada pahala sedikit pun….

Ustadz kami menjelaskan, bahkan pada zaman Rasulullah pun, saat Rasulullah masih hidup pun terjadi perbedaan penafsiran ini. Contoh nyatanya adalah saat Abu Bakar dan Umar berbeda dalam memaknai shalat witir. Abu Bakar berpendapat dan mengamalkan witir sebelum tidur, sedangkan Umar berpendapat dan mengamalkan witir setelah tidur. Ketika mereka berdua menghadap Rasulullah, Rasulullah mengatakan keduanya benar.

Yups, yang membedakan penafsiran adalah kepribadiannya. Abu Bakar adalah seorang yang berhati-hati, sedangkan Umar adalah seorang “risk taker“. Ah, saya sukaaaa banget dengan pembahasan mengenai kepribadian ini. Buat saya yang bergelut di bidang kepribadian, saya meyakini kebenaran hal ini. It make sense!!!! Dan Rasulullah itu, tau betul kondisi psikologis kepribadian sahabat-sahabatnya. Misalnya… Meskipun Khalid Bin Walid dan Umar Bin Khatab sama-sama seorang yang pemberani, namun Khalid yang ditunjuk sebagai panglima perang dan Umar yang ditunjuk sebagai gubernur. Lalu dalam biografi Umar Bin Khatab, dijelaskan bahwa suatu saat, Rasul akan mengirim seorang negosiator dengan pihak non muslim. Pemilihan dilakukan bada sholat. Nah, saat itu Umar menjulur2kan kepalanya agar ia terlihat dan ingin “terpilih” oleh Rasul. Tapi Rasulullah tau betul bahwa Umar bukanlah seorang yang tepat untuk menjadi seorang negosiator.

Ah, contoh peristiwa-peristiwa ini, membuat saya selalu bangga menjadi seorang muslimah. Karena menjadi seorang muslimah, kita bisa tetap berada di jalan yang benar tanpa mengkerdilkan atau menghilangkan jati diri, cara pikir, perasaan dan pilihan pribadi kita…

25. Grup Bringka : Kenangan Manis Mina

Kalau ditanya sama yang sudah berhaji, pengalaman apa yang paling berkesan? Mungkin banyak yang akan menjawab… “pengalaman mabit di mina”.

Antrian kamar mandi untuk sekedar pipis yang bisa mencapai puluhan orang, tenda-tenda yang spacenya terbatas (di malam ketiga, saya tidak bisa tidur telentang karena ruangnya gak cukup. Jadi kami harus tidur menyamping, kalau mau telentang harus gantian), udara super panas (si ac bagai tak berfungsi), tak adanya personal space….makan yang lauknya tak berasa…Gak akan ditemui pengalaman seperti itu kecuali mungkin kalau kita dapat musibah sehingga harus hidup di pengungsian.

Tapi….kalau dinikmati, apalagi dengan kebersamaan, suasana yang secara objektif menyengsarakan itu bisa jadi hepi secara subjektif. Bersyukur teman-teman yang dekat dengan saya orangnya asik-asik. Jadi don’t worry be happy hehe…

Ada satu pengalaman lucu yang tak akan saya lupakan. Begini ceritanya…karena kamar mandi cukup jauh letaknya dari tenda saya, maka kalau cuman untuk wudhu saya suka males…biasanya saya wudhu pake air Aqua aja…saya selalu nandon air zamzam di botol-botol Aqua. Air zamzam ini bisa kita temui di pinggir-pinggir jalan di Mina ini. Nah, suatu siang, menjelang Dhuhur saya akan wudhu. Kebetulan air zamzam saya habis. Tak begitu jauh dari  tenda, saya melihat ada beberapa kran air. Bersama seorang teman, kami menyangka itu adalah kran untuk air wudhu. Kami coba putar kran-nya…ups…panas banget…saking panasnya udara kali ya….kami pun cuek berwudhu di sana. Malamnya, menjelang isya saya batal. Saya keluar kamar menuju si kran-kran itu. Betapa amat kagetnya saya, melihat seorang Afrika, pelayan di maktab kami, sedang mengisi tempat air panas yang biasa kami gunakan untuk menyeduh teh atau kopi atau menyeduh mie, dari kran ituh !!!! Untuk meyakinkan diri, saya pun bertanya pada dia: “is it a hot water?” …”yes” jawabnya….Ya ampuuuun….Jadi tadi siang saya sama temen wudhu pake air mendidih !!!! haha….gak nyangka punya bakat debus ginih 😉

Kebersamaan kami yang cukup lama, membuat saya dan teman-teman serombongan memiliki ikatan pertemanan yang cukup kuat antar kamar. Misalnya kami memiliki nama “grup” kamar.  Nama grup kamar saya adalah “manis manja” haha. Nama grup suami kami adalah grup “modus” kkkkkk (lucu banget sejarah nama grup ini). Yang paling tenar di kelompok kami adalah grup beberapa orang ibu-ibu senior single (suami mereka rata2 sudah wafat) yang super kompak, bernama grup “bringka” singkatannya adalah… bring ka ditu, bring ka dieu hahaha…. Maklum, kalau kami yang berangkat bersama pasangan kemana-mana selalu berdua, mah grup ini kemana-mana selalu ngabring bersama. Baik saat thawaf di ka’bah maupun thawaf di beragam pasar Mekah hehe….

Yups, kalau dinikmati dan disyukuri, kita bisa asik-asik aja…misalnya, suka ada pembagian permen. Oleh salah seorang teman kami, permen-permen  itu “disawerkan” dan kami pun pada rebutan untuk mendapatkannya, sambil ketawa-ketiwi. Hadeeeuuuh…ibu-ibu hajjah tehDSC_0144 meni carentil…mumpung gak ada yang tau cenah…pan di tanah air mah nanti harus jaim haha….