45. Feels Like Home

Baru dua hari di Madinah ini, saya merasa sangat betah. Mungkin ga ya, pindah rumah ke hotel deket Masjid Nabawi? Mulai deh halusinasi kkkk…

Selain udaranya yang sejuk dan  mesjidnya yang super nyaman, secara keseluruhan situasi disini rasanya lebih enak dibanding dengan di Mekah. Jarak antara bangunan satu dengan lainnya dekat-dekat, kalaupun harus nyebrang jalan raya gak serem. Banyak restoran makanan indonesia.

IMG-20131106-01048Dan… setiap bangunan hotel bawahnya adalah commercial center, alias toko-toko…plus atm yang deket, saya jadi bisa sesuka hati jalan-jalan, mengamati dan bela-beli barang dan pernak-pernik lutu tanpa harus minta ditemenin mas haha….maklum, ibu-ibu dan bapak-bapak kala belanja bareng sama-sama stress bukan? 😉

IMG-20131106-01047Setiap pulang dari mesjid saya dan mas janjian ketemuan di gerbang no. 17. Nah, kalau saya udah nyampe tapi mas belum, biasanya saya “kabur” dulu ke pertokoan deket situ. Sampai-sampai setiap kali saya “pamer” hasil penemuan saya ke temen-temen sekamar, mereka heran kok bisaaaaa aja saya nemuin pernak-pernik itu haha…Sempet juga saya jalan-jalan sama mas cari gamis kecil buat Azzam, mas sampai heran kenapa saya hafal benget mana toko parfum yang murah, mana toko sajadah yang bagus, tempat kurma yang enak….hehe…

Tapi syukurlah saya belanja belanji yang banyak-nya udah di Mekah. Di sini harga-harganya lebih mahal dan sebelnya…gak bisa ditawar ! Hehe…

44. Pudarnya Semangat Ihrom

Saya paling suka saat kami berada dalam keadaan ihrom. Karena kami sadar betul akan larangan ihrom, maka kami jauh lebih menjaga. Siapa yang ingin melanggar larang ihrom yang beresiko hajinya batal, atau harus bayar dam atau fidyah? Saya juga suka waktu di Mekah, saat kami meyakini bahwa apapun yang kami lakukan, akan mendapat balasan langsung dari Allah.

Memang sih, banyak juga yang meskipun sedang berihrom, tetep we…parasea, memaki, dan melakukan hal-hal yang merugikan orang lain. Tapi….di Madinah ini saya merasakan betul bagaimana sebagian besar orang kembali “menjadi dirinya” dan secara psikologis meninggalkan kondisi ihrom yang seharusnya tetap dijaga seumur hidup.

Bapak-bapak mudah tersulut kalau senggolan dikit di lift. Saya gak bicara tentang jamaah Indonesia saja. Tapi juga jamaah bangsa lain. U know what? Sampai-sampai…lift itu dijaga ama petugas hotel. Kalau di hotel saya sih masih sebatas adu mulut. Tapi kalau di hotel teman saya, sampai adu jotos dan harus dijaga polisi!!!! Aduh…padahal kan mereka teh udah haji.

Kalau ibu-ibu, masalahnya teuteup…otoritas sajadah. Itulah sebabnya saya suka datang jauuuh sebelum waktu sholat. Bukan karena saya rajin…tapi itu karena…biar saya bisa dapet tempat di pojok depan, sehingga tak perlu menyaksikan suasana “panas” mulai 30 menit menjelang waktu sholat.

Ibu-ibu teh  jararutek dan garalak pisan kalau wilayah sajadahnya terganggu. Pernah saya menyaksikan, 3 orang ibu berteman yang tak mau bergeser sedikit pun, padahal jarak antara mereka masih sangat renggang. Mereka menolak seorang ibu yang mau sholat disamping mereka. Saat si ibu tetap mengambil tempat dan sholat sunnat, si ibu itu menyikutnya sambil marah, tetep gak mau geser. Aduuuuh…..pengen nangis liat yang gitu.

Pernah juga ada ibu yang masih tidur menjelang waktu sholat, yang tentunya mengambil tempat yang luas. Saat dibangunkan, ia marah. Ketika seorang Tunisia mengambil tempat disampingnya, ia pun marah dengan emosi yg tinggi. Sambil menunjuk-nunjuk si Tunis cantik, ia berteriak : “saya tau, kalian-kalian tuh dari tadi ada di luar…gak mau masuk…sana, cari tempat lain..jangan disini”. Aduuuuh…sebagai teman sebangsa saya sampai maluuuuu liat ekspresi wajah si tunis yang kaget dan berkali-kali beristighfar.

Saya juga melihat, prejudicenya tinggi banget disini. Kalau liat orang Turki, India, Bangladesh yang memang terkesan “kurang sopan”, ibu-ibu  ini langsung “siap tempur”. Sering orang-orang turki “mengomel” : “hai, we are sister, we are muslims,”….

Masalahnya, karena tak semua ibu-ibu jutek dan galak, sikap-sikap seperti itu menimbulkan “gelombang keburukan” : ibu-ibu lain ada yang “ngomongin”, ada yang negur dengan cara yang kurang baik (misal: kasih tempat dong bu..memang mesjid ini punya ibu, kalau mau sendirian aja jangan kesini dong…).  Tah, ini juga gak tepat. Messagenya bagus tapi embel-embel kata-kata selanjutnya menimbulkan reaksi defensif.

Ya…. kalau kita hayati, ritual ibadah haji sebenarnya mudah. Mudah sekali kalau kita lakukan sendirian. Tapi menghayati apa yang Allah latihkan pada kita saat melaksanakan ibadah haji, itu jauuuuh lebih sulit. Katanya, hakikat ibadah haji itu adalah melatih diri untuk meninggalkan ke-aku-an. Makanya dalam ihrom, laki-ali hanya boleh mengenakan dua lembar kain tak berjahit, perempuan tak boleh memakai wewangian (itu artinya segala jenis kosmetik tak bisa dipakai).

Berihrom, berhaji adalah latihan membuang sifat “aku”. SajadahKU, tempat sholatKU, AllahKU, AKU.

43. Raudhah Yang Luaaaaaaas

DSC_0032Banyak orang yang bilang mesjid nabawi itu indah dan nyaman. Ternyata mereka salah. Mesjid nabawi itu, indaaaaaaaah banget, cantiiiiiiik banget, dan nyamaaaaaan banget ;). Buat saya, seluruh masjid ini adalah taman syurga. Berada disini terasa nyaman….aman…tentram…tenang…tak hanya fisik dan psikologis, tapi juga spiritual. Bawaannya pengen nangis, tapi bukan nangis sedih. Entah apa namanya emosi ini. It’s a deep impact..

DSC_0028Entahlah, saya merasa Rasulullah, Abu Bakar yang terkenal kelembutannya dan Umar yang terkenal ketegasannya seolah ada di sini, bersama kami. Hidup. Duh, semoga di akhirat nanti bisa bertemu meraka. Amiiiin. Kalaulah ada obat yg bisa bikin gak batal wudhu dan ada obat yg bisa bikin kenyang, pengennya 24 jam disini.Selain payung-payungnya di luar yang terkenal mengagumkan, tadi ketika saya sedang tilawah tiba-tiba kubah diatas saya bergeser. Saya sudah sering mendengar … Tapi mengalaminya langsung, berada dimesjid tapi dibawah langit dan awan yang cantik, aduuuuuh itu rasanya tak terlukiskan.

Dan satu lagi…karena tempat laki-laki dan perempuan terpisah, maka saya bisa bebassss dengan posisi apapun disaat-saat masjid kosong. Tiduran, telungkup, enaaaak….

IMG-20131106-01039IMG-20131101-01013Tiap bada ashar, bada maghrib dan subuh, ada ceramah berbahasa indonesia dari ustadz-ustadz  yang pengetahuannya luaaaaasss banget. Kalau jelasin sesuatu, beliau jelasin dasar hukumnya, mana yang shohih mana yang lemah…banyaaaaak banget ilmu baru yang saya dapet disini. Penjelasannya sistematis dan clear. Meskipun saya tidak bisa menyaksikan orangnya karena beliau di tempat laki-laki, tapi apa yang beliau-beliau ucapkan kadang bikin nangis, bikin semangat, bikin tersepona we pokonya mah.

Saya baru tau ada program ini di hari kedua, karena tak semua bagian mesjid bisa mendengar. Mikrofonnya dilokalisir sehingga hanya daerah tertentu yang bisa mendengar. Saya sudah survey daerah mesjid mana yang bisa mendengar dengan jelas ceramahnya, dan sudah tau spot mana yang bisa nyender, dibawah kubah besar yang bisa geser, ga terlalu deket ac, sambil bisa dengerin ceramah hehe… Yaitu, tepat sebelah tempat sepatu no. 630, dari pintu Umar bin Khatab…di situlah tempat “nangkring” saya di sini…

Sekarang saya mengerti kenapa ada yang berusaha  tiap tahun umroh. I will miss it so much. Makanya…teman-teman…hayu urang berhemat…uang untuk ini itu yang gak perlu mending ditabung, lalu daripada liburan kesana-sini mending umroh kalau belum memungkinkan berhaji…..

It’s the best moment in my life. Semoga tahun depan dan setiap tahun kembali bisa berziarah kesini. Amiiin

Bada dzhuhur. 30 okt. Masjidnya Rasulullah

42. Taman Syurga

Rabu, 30 oktober 2013. 07.21.
Mesjid nabawi

Kami, saya dan beberapa teman sedang “mengantri” untuk masuk ke raudhah. Di sebelahnya ada makam tiga orang yang dijamin masuk syurga, Rasulullah dan dua sahabat terbaiknya, Abu Bakar dan Umar  Bin Khatab.

07.59
Kami berada di antrian tahap dua. Sudah dekat ke raudhah. Beberapa menit sebelum kami diminta bergerak tadi, ada keriuhan. Ternyata, ada serombongan ibu-ibu yang masuk dari pintu kiri, dan langsung duduk di urutan awal. Hal ini membuat rombongan ibu-ibu yang sudah mengantri lama protes. Ya, memang demikianlah adanya. Dimanapun, kapanpun, dalam konteks apapun, akan sangat sulit bagi kita untuk menemukan keadilan sejati di dunia ini hehe… Kalau kata tafsir al misbah-nya pak Qurais Shihab, itulah sebabnya ada hari perhitungan. Agar setiap individu mendapatkan keadilan sejati.

Begitu kami dipersilahkan bergerak, hadeeeuuuh… Ibu-ibu hajjah ini langsung berlarian, ada beberapa yang sikut sana sikut sini. Banyak yang tdk mengikuti arahan asykar, dilarang jalan sini, malah cuek…disuruh diam tunggu, malah masuk…jigana si asykar teh stress ngurus ibu-ibu indonesia mah haha…
Cik atuh lah bu hajjah… Gak mungkin kebaikan diraih dengan cara yang tak baik. Kalau saat ini Rasulullah menyaksikan, isin atuuh…

08.45
Kami berada di antrian tahap 3. Area raudhah terlihat semakin jelas.
Di depan kami langit berwarna biru dengan hiasan awan berarak. Kubah-kubah mesjid di bagian ini telah terbuka, menampilkan langit yang cantik dan udara yang segar.

09.13.
Antrian tahap 4. Kami sudah berada di area raudhah namun masih harus menunggu untuk memasukinya. Suasana semakin “panas”. Banyak yang tak sabar berdiri padahal diminta duduk. Perilaku minus (menyikut, dll), sama banyaknya dengan komentar minus yan diucapkan. Ya Allah…karuniai kami kesabaran dan keikhlasan.

DSC_0041

41. Berkah-Berkah Madinah

Senin, 28 Oktober 2013

Alhamdulillah, tepat ketika alarm pertanda saya harus minum pil kb yaitu jam 15, kami memasuki kota Madinah dan disambut oleh….hujan ! Alhamdulillah, semoga barokah yang menyambut kami, menaungi kami selama di Madinanh. Tapi pemandangan kiri-kanan kami masih berupa gurun pasir dan hujan batu. Penasaran, seperti apa “penampakan” kota ini….

16.18
Kami sampai di hotel tempat kami menginap. Namanya Al MajeediHotel. Memang hotelnya lebih sederhana dibanding hotel kami di Mekah. Tapi secara fungsional, lebih lengkap. Kamar-kamarnya model apartemen, satu unitnya terdiri dari dua kamar, satu kamar mandi besar yang ada bathtubnya dan dapur yang didalamnya ada kompor listrik, mesin cuci dan kulkas besarrr…

Kami dipasang-pasangkan. Satu kamar para istri, satu kamar para suaminya.

Dan, berkah yang kami dapat adalah….ternyata hotel kami ini berbatasan langsung dengan masjid nabawi ! Dari jendela kamar kami bisa melihat payung-payung  di pelataran masjid nabawi yang sangat terkenal itu. Subhanallah….

Tadi kami sudah sholat maghrib dan isya disana. Dibadingkan dengan di majidil haram, di nabawi lebih “disiplin”. Petugas wanita pengatur jamaah banyak, dan bisa berbagai bahasa, terutama bahasa indonesia. Petugas air zamzamnya ternyata banyak yang TKW Indonesia. Tadi kami berbincang berbahasa sunda karena salah satunya berasal dari Cililin 😉

Semoga kemudahan dan keberkahan mengiringi hari-hari kami disini…tak sabar berkunjung ke raudhah…

Madinah, selasa 29 okt, 21.31.

Di sini, karena konfigurasi jumlah tempat tidurnya berbeda dengan di Mekah, maka ada beberapa orang yang berganti teman sekamar. Saya adalah salah satunya. Sekarang, salah seorang teman sekamar saya adalah seorang ibu sepuh. Ah, bersama beliau, saya tercerahkan akan satu hal: bahwa seringkali saya tak mensyukuri nikmat “usia muda” yang saya miliki. Ternyata, kalau sudah sepuh itu, kekuatan dan kondisi fisik sangat terbatas. Sangat amat terbatas. Sehingga amalan-amalan yang bisa dilakukan pun terbatas pula. Selain itu, melihat keterbatasan beliau karena usianya, jadi tertanam niat untuk nanti bisa merawat mamah atau emak mertua saat mereka sudah sepuh…