46. Hajj : If You Fail to Plan, You Plan to Fail

Sejak manasik di tanah air, ada satu hal yang dipesankan oleh guru kami, yaitu….menurut beliau, berdasarkan pengamatan bertahun-tahun  mendampingi jemaah haji, kesuksesan berhaji sangat ditentukan oleh : apakah kita punya “program”/planning individual yang bertarget ga nanti disana.

Jadi harus ada target yang “smart” : spesific, measurable, attainable, result oriented, time limits.

Tausyiah itu beliau ulang lagi begitu kami selesai melaksanakan ritual haji, setelah thawaf ifadah.

“Di tanah air, susah banget dapetin waktu 40 hari tanpa diganggu urusan kerjaan, urusan rumah, urusan anak-anak ….Mumpung disini…ayo…belajar… targetkan benerin bacaan alqur’an, targetkan jumlah tambahan  hafalan, targetkan mau khatam al qur’an berapa kali, baca-baca buku agama; tafsir, siroh…”

Ah, moment tausyiahnya pas banget…beliau tau betul kondisi psikologis kami, yang begitu selesai hajian, pengen cepet pulang, kangen rumah, kangen anak-anak.

Dan para pembimbing kami langsung menanggapi tausyiah itu dengan program tahsin, membetulkan bacaan alquran kami, yaitu Alfatihah dan three Qul: Qul huwallahu ahad, Qul audubirobbinnas dan Qul audzu birobbil falaq 😉 biar nanti bapak-bapak haji ini bener kalau diminta ngimamin sholat, dan gak cuman berani ngimamin sholat dhuhur ama ashar aja haha…. Setiap ba’da syuruq kami berkunpul di lantai 3 masjidil haram.

Di masjidil haram sendiri, ada program “qur’an education for pilgrim”. Beberapa orang berkafiyeh akan duduk di sudut-sudut  mesjid, di depan banner bertuliskan “qur’an education for pilgrim”. Disana ada mikrofon, dan siapapun boleh “setor” bacaan al qur’annya untuk dikoreksi oleh mereka. Ah, seneeeng banget liat orang Afrika minta dikoreksi bacaan alfatihah, orang Amerika baca al ikhlas, orang Malaysia baca annas, orang india baca annaba, orang cina baca al quraisy… Berbeda “penampakan” tapi ternyata kita membaca qur an yang sama !!!! Subhanallah…

Adanya target individual itu,  amat terasa terutama di Madinah ini. Memang waktu di Mekkah, itikaf di masjidil harom tidak terlalu nyaman. Selain sangat berdesak-desakan, udaranya juga sering gak pas. Yang pake kipas kepanasan, yang pake ac kedinginan. Dan di masjidil haram, kita selalu tergoda tak melewatkan kesempatam emas berthawaf.

Di Madinah ini, sangat nyaman…mana ada tausyiah berbahasa indonesia ba’da sholat lagi…kalau gak punya target individual, bisa jadi 40 hari disini kita gak khatam Alqur’an satu kali pun. Gak nambah ilmu apapun. Di hoteeel…aja…belanjaaaa aja…atau di mesjid nonton perilaku orang lain aja….just killing the time. Padahal, begitu pulang ke tanah air, seiring dengan panggilan “pak haji” dan “bu hajjah”, tak bisa dipungkiri ada penilaian dari masyarakat kalau para haji dan hajjah ini punya ilmu agama yang bagus.

So, buat temen-temen  yang akan berhaji….. Waktu nyiapin koper, don’t forget…selain makanan  fisik  : abon, dendeng, rendang, sambel pecel, dll. Ingat juga makanan ruhani. Buku tafsir, buku tentang sholat, siroh, buku yang tidak sempat kita baca di tengah kesibukan kita di rumah.

Seperti tausyiah subuh tadi, kalaulah dosa-dosa kita tak diampuni karena kita tak dapat pahala mabrur, semoga kita dapat pengampunan karena pahala belajar sungguh-sungguh di tempat-tempat dimana kebaikan kita nilainya 100ribu kali dan seribu kali.
Amiiiin

H-3, senin 4 nov 2O13, bada dhuhur @ mesjid nabawi.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: