Innalillahi wa inna ilaihi Rojiuuun (in memoriam: Jekjek)

Pagi tadi ada hujan tangis di rumah kami.

Saat itu saya sedang mandi, terdengar suara heboh. Setelah saya keluar kamar mandi, tahulah saya bahwa si Jek-Jek, kelinci peliharaan mas Umar ketahuan mati. Beragam reaksi anak-anak. Azzam lempeng aja teriak-teriak : “bu,,,,,Jeje ati….Jeje ati…” katanya. Hana menghambur ke arah saya sambil menangis. “Dia mati karena kemarin Kaka kasih abon…” katanya. Saya coba meyakinkan Hana kalau si JekJek bukan mati karena abonnya. Tangisnya pun mereda.

Si abah meminta saya ke kamar Umar. Terlihat dia tengah telungkup di kasurnya, menangis sesenggukan. Karena tidak tahu apa yang harus saya ucapkan, yang saya lakukan hanya memeluk dia. Saya bisa menghayati perasaan Umar.

Sudah lamaaaa sekali, sejak bertahun-tahun lalu dia ingin punya binatang peliharaan. Ikan, kura-kura, kumang, hamster, kucing, kelinci. Dan saya selalu memberikan satu syarat : ” boleh, asal mas Umar sudah bertanggung jawab. Ngasih makan, buangin ee nya”. Saya lalu ceritakan kisah seorang wanita pada zaman Raulullah yang taat beribadah, namun masuk neraka karena menelantarkan kucingnya”. Memang konsistensi kepedulian dia sama “binatang peliharaan” belum terlihat. Ikan, satu hari aja dia inget ngasih makan. Kura-kura, gak peduli ilang atau engga. Kumang mah udah puluhan ilang atau mati. Selain contoh-contoh itu, saya juga punya “senjata” untuk meng-encourage kemandiriannya. Setiap kali bukunya ilang, saya bilang : “gimana mas Umar bisa peduli sama binatang peliharaan kalau mas Umar belum peduli sama diri sendiri?”

…………….

Desember lalu, dia melobi saya terus untuk diperbolehkan mmelihara kelinci. Ternyata itu karena, gurunya memberitahu bahwa pas fieldtrip ke little farmer, mereka akan “dibekali” kelinci yang boleh dibawa pulang. Upaya melobinya juga diiringi dengan peningkatan kesadarannya. Jarang kejadian buku ilang lagi. Jarang juga kejadian Kakanya marah-marah karena pagi dia belum beresin buku.

jekjekDan tanggal 18 Desember 2013, jam 14.32…saya menerima wa dari Azka. Gambar seekor kelinci. “bu, ini kelinci mas Umar” begitu tulisan kaka Azka. Pas saya pulang, aduuuuh…ternyata itu kelinci keciiiil banget. Belom bisa lompat. Masih bayi banget. Ternyata, di little farmer tadi, anak-anak diperbolehkan menangkap kelinci, dan hasil tangkapannya itulah yang bisa dibawa pulang.

Setelah itu, tiap malam mas Umar tidur…meluk kelinci yang kemudian diberi nama si JekJek. Tak hanya jadi kesayangan mas Umar, si JekJek juga selalu dipeluk Kaka Azka dan Hana. Umar dan Azka bergantian mengingatkan untuk memberi makan. Umar juga disiplin tiap pagi ganti alas di “kandang”nya. “Kandang”nya ada box plastik yang dibeliin si abah di Borma. Memang si Jekjek masih tinggal di dalam rumah, “Kalau di luar kasian dia kedinginan” kata anak-anak.

Waktu ke Gramedia, Umar juga beli buku tentang kelinci. Jadi dia tahu kalau si Jekjek adalah jenis REX, penghasil bulu. Bukan penghasil daging. Jadi gak bisa disate. Waktu mata si Jekjek sakit 4 hari lalu, dia juga tahu dari buku itu kalau obatnya adalah dikasih air anget.

Ketika anak-anak mendapat kabar kelinci temannya diserang kucing, mereka sangat aware. Kalau ada kucing radius 2 meter dari rumah, udah heboh aja….Makanya, pas tadi ditemukan si Jekjek mati, Umar sangat kehilangan. Dan saya juga sebenarnya.

Tadi Hana berbisik : “bu, si Jekjek masuk syurga kan, bareng si Sparky dan si Qithmir?” (si Sparky adalah kurban domba anak-anak tahun lalu, dan si Qitmir adalah anjing di kisah ashabul Kahfi). Saya menangguk.

Lalu Hana teriak ke mas-nya yang masih terisak: “Mas….jangan sedih….nanti kalau kita masuk syurga kita akan ketemu lagi sama si Jekjek…sama si Sparky juga….”

Amiiiin….

 

 

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: