Seribu Satu Jalan Mengaji….

Saya masih ingat 12 tahun lalu, waktu saya mengabari seorang “teteh” bahwa ada seseorang yang berniat melamar saya, teteh itu bertanya: “dia ngaji gak Fit?”…….Meskipun saya kemudian tidak terlalu setuju dengan definisi “ngaji” versi beliau – yaitu mengaji dengan cara tertentu, pada orang-orang tertentu- namun ya, saya setuju bahwa “mengaji” adalah salah satu syarat yang harusnya kita perhatikan saat kita mencari atau menerima jodoh.

“Mengaji”, secara umum punya dua makna. (1) Membaca Qur’an, (2) Melakukan “kajian” terhadap ilmu agama; mencari ilmu agama secara rutin. Yang ingin saya ulas dalam tulisan ini adalah makna yang kedua.

Sudah tak terhitung banyaknya “pepatah”, hadits, ataupun “quotation” mengenai anjuran mencari ilmu. Bahwa ilmu itu harus kita cari sepanjang hidup, bahwa ilmu itu harus kita kejar sampai ke ujung dunia. Ilmu apapun. Ilmu dunia, dan ilmu akhirat. Ilmu yang tak berhubungan dengan agama, ataupun ilmu yang berhubungan dengan agama.

Ada tiga alasan “kuat” kenapa kita harus berupaya mengaji secara rutin :

(1) Memahami ilmu agama, kunci kebahagiaan hidup di dunia.

Saya sangat setuju dengan hadits yang mengatakan bahwa kalau kita menguasai ilmu akhirat, pastilah kita pun “selamat di dunia”. Belajar mengenai  ilmu yang terkait dengan “ritual” hubungan kita dengan Allah, akan membuat kita paham bahwa seluruh ritual dalam agama kita, pada dasarnya adalah media bagi kita untuk “menggembleng” kepribadian kita, membuat kita bahagia dengan kondisi diri kita.  Sedangkan  ilmu-ilmu akhirat yang meng”guide” kita bahwa kita harus baik pada sesama manusia, pada alam, bahwa kita harus berprestasi, tolong-menolong, akan membuat kita menjadi bahagia karena punya arahan untuk hidup harmonis. Kalau “semboyan” sebuah sekolah favorit di Bandung ini adalah “knowledge is power, but character is more”, maka belajar ilmu agama akan membuat kita dapet dua-duanya: knowledge and character. Tambah lagi: kebaikan, kebahagiaan dan keselamatan 😉

(2) Kurang ilmu, pasti kurang amal.

Contohnya, kalau kita gak tau adanya yang namanya sholat syuruq, maka kita tak akan pernah melakukannya. Padahal, “Barangsiapa yang shalat shubuh dengan berjama’ah kemudian dia berdzikir kepada Allah Ta’ala sampai terbitnya matahari lalu dia shalat dua raka’at, maka pahalanya seperti pahala berhaji dan ‘umrah, sempurna, sempurna, sempurna,”. Saya jadi inget…ada seorang jamaah haji yang “protes” waktu disampaikan hadits ini : “kok enak banget dapet balasannya sempurna….lha wong kita aja yang capek-capek haji belum tentu sempurna dan diterima” katanya. Pak Ustadz yang bijak pun berkata: “Itulah rahmatnya Allah….itulah keadilan Allah bagi orang-orang yang belum memiliki kemampuan untuk berhaji”.

Itu satu dari sekian banyak contoh bahwa….banyak sekali keuntungan-keuntungan yang bisa kita dapatkan, sekaligus akan kita lewatkan kalau kita tak punya ilmu. Dan ilmu-ilmu ini, bisa kita dapatkan lewat mengaji.

(3) Memelihara motivasi.

Hidayah itu, ada dua. Hidayah berupa pengetahuan, dan hidayah berupa “kekuatan untuk melakukan”. Mungkin kita akan bilang: “ah, buat apa ngaji? Saya sudah tau kok …. bahwa kita teh harus sholat tepat waktu, dianjurkan tahajud, sholat rawatib, saya udah tau lah…”. Namun, “tahu” dan “punya energi” untuk melakukan, itu dua hal yang berbeda. Nah, dengan mengaji, walaupun pengetahuan kita tak bertambah, namun kita akan mendapatkan informasi dari sudut pandang yang beragam mengenai satu pengetahuan, sehingga dari beragam sudut pandang yang berbeda itu, moga2 ada satu sudut pandang yang “nyantol” dan menjadi mesin penggerak motivasi kita.

Misalnya … kita sudah tahu bahwa sholat rawatib itu sangat dianjurkan. Namun mungkin kita belum tergerak untuk melakukannya. Bisa jadi  suatu hari ada ustadz yang menceritakan bahwa Rasulullah itu, tidak pernah meninggalkan shalat rawatib. Bahkan ketika ba’da Dhuhur beliau ada tamu sampai ashar, beliau sampai mengqodho shalat sunnah ba’da dhuhurnya setelah ashar. Atau mengenai keutamaan sholat rawatib qobla shubuh, diriwayatkan suatu hari, dalam perjalanan pulang perang Rasul dan sahabat-sahabatnya bangun kesiangan untuk shalat Subuh, sudah terbit Fajar. Namun dalam keadaan itu, RAsul tetap melakukan sholat rawatib qobla subuh terlebih dahulu. Dari kisah-kisah itu kita bisa mengabstraksikan, betapa amat pentingnya shalat Rawatib itu.

Walaupun tahu begitu pentingnya mengaji, namun kita mungkin masih merasakan hambatan: (1) mengaji itu “membosankan (2) waktu uy waktu! kapan waktunya? sibuk sama kerjaan, sama anak-anak, sama hobi…..

mapiMmmhh…liat gambar di atas ini? percayakah kalau ini adalah suasana di pengajian?

Yups…ini adalah suasana pengajian. Setiap ahad jam 8-11, di Mesjid Al Murasalah Telkom Gerlong. Namanya Majlis Kajian Percikan Iman. Penceramahnya Pak Aam Amiruddin, seorang ustadz dan doktor di bidang ilmu komunikasi. Bicaranya sistematis dengan gaya komunikasi yang “cair” dan “humoris”. Sementara ibu-bapaknya bisa mendengarkan kajian, anak-anaknya bisa berlarian bebas dengan beragam mainan yang dijual di sana. Kalau saya dan mas sih, biasanya sambil dengerin kajian juga sambil makan pecel madiun yang maknyussss…..

Hambatan waktu? mmmmmhhh….media pengajan kini semakin beragam.Bisa undang ustadz privat ke rumah,  selain lewat TV dan radion, ada lewat streaming,  sms, fesbuk, twitter, bbm, whats app, radio, yutub ! sambil makan siang di kantor, menjelang tidur, kita bisa klik yutub dan bisa pilih sesuka hati, mau dengerin kajian ustadz mana yang nge-klik ama kita.

Kagum sama kajian tafsir Al-Misbahnya Pak Quraish Shihab? salah satu linknya adalah ini http://www.youtube.com/watch?v=uZY1NsenTRI

Terpesona sama konsep Shodaqohnya ustadz Yusuf Mansur ? salah satu linknya adalah ini http://www.youtube.com/watch?v=KG2ZUJKYhZM

Tersentuh sama pendekatan Qolbun Salimnya Aa Gym? salah satu linknya adalah ini http://www.youtube.com/watch?v=CCuuBD01KVU

Pas sama ilmunya ustadz Firanda ? salah satu linknya adalah ini http://www.youtube.com/watch?v=hAh-iTcPo60

Ngefans  sama pendekatan dzikrnya  ustadz Arifin Ilham ? salah satu linknya adalah ini http://www.youtube.com/watch?v=1g0rfmap0FI

Tetep suka sama nasihatnya alm. Zainuddin MZ? salah satu linknya adalah ini http://www.youtube.com/watch?v=3Z4UQr7AyaE

Dan beribu-ribu link lainnya…..

Masih ada satu alasan lagi : “ngaji itu ada yang bikin tersesat…nanti jadi NII, atau jadi aneh” …..Yups, tak dipungkiri ada kajian-kajian kayak gitu. Tapi nge-screening-nya gampang : ciri pengajian yang “gak bener” adalah : yang eksklusif (baik tempat maupun pesertanya), gak boleh dikethui orang, gak boleh diikuti sembarang orang dan yang nyalah2in pihak lain.

So, harusnya sih…ga ada alasan lagi buat gak ngaji. Di jaman ini, kita gak bisa lagi “bersembunyi” di balik alasan bahwa “kita tak tahu hukumnya” karena tak dapet paparan ilmu. Memang yang “engga tahu” tidak akan dikenai hukum, namun itu beda sama yang  “engga mau tahu” 😉