Di tulisan ini saya akan berbagi mengenai Age Trends in Antisocial Behavior. Tipe dan frekuensi perilaku agresi, berubah sesuai tahap perkembangan anak. Kita harus mengetahui hal ini agar bisa menilai, perilaku apa yang “wajar” di satu tahap usia karena merupakan bagian dari perkembangannya, dan perilaku mana yang “tidak wajar” sehingga anak harus “dibantu”.
Berikut adalah perkembangan perilaku antisosial (termasuk perilaku agresi) pada anak:
Early Childhood (bayi-usia 5 tahun)
Bayi belum memiliki kemampuan untuk melakukan perilaku agresi, namun di usia 4 tahun bayi sudah bisa “marah”. Agresi pada teman atau kakak, biasanya mulai muncul di usia sekitar 1 tahun. Anak di usia 2 tahun, akan sangat sering melakukan “instrumental agression”, yaitu perilaku agresi (biasanya fisik) untuk mendapatkan keinginannya (biasanya mainan). Pada anak usia 2 tahun, melakukan perilaku agresi untuk mendapatkan apa yang ia inginkan adalah perilaku yang normal. Ada istilah “happy victimizer”, yaitu anak merasa senang setelah melakukan perilaku agresi. Di usia 2 tahun, perilaku ini wajar. Namun hati-hati jika ada anak usia sekolah (mulai kelas 1) masih menujukkan perilaku happy victimizer.
Agresi fisik berkembang mulai anak berusia 1 sampai 2 tahun, puncaknya pada usia 2 tahun, dan menurun di usia 4 tahun. Di usia 2-3 tahun, anak belajar berbicara dan berkomunikasi, biasanya agresi fisik mereka digantikan dengan agresi verbal. Tapi pada umumnya, di usia 4 tahun perilakua gresi anak benar-benar menjadi sangat minim. Kenapa? karena mereka telah memiliki kemampuan komunikasi untuk menyampaikan apa yang mereka inginkan tanpa harus memukul, merebut, atau berteriak.
Saya, sedang mengalami fase ini. Si bungsu Azzam yang berusia 2 tahun 1 bulan, sedang dalam fase agresi banget. Fisik. Dan saya kaget karena hal ini tidak terjadi di kakak-kakaknya. Seperti kata para ahli, yups…saya setuju itu bagian dari perkembangan. Bagian dari eksplorasinya. Memukul, merebut….Namun dikaitkan dengan pemahaman akan aturan, di usia 2 tahun anak harus mulai dikenalkan pada aturan. Saya terus berusaha konsisten untuk memberikan umpan balik bahwa yang ia lakukan salah. Kalau ia memukul kakaknya atau saya, akan saya “tangkap” tangannya, saya bilang tak boleh dengan bahasa tubuh saya juga bilang “gak boleh”. Saya minta di aminta maaf ke kakaknya. Saya bacakan buku “alhamdulillah aku punya tangan” yang di dalamnya ada tentang gunanya tangan dan apa yang tidak boleh dilakukan tangan. Kalau lagi “insyaf” sih Azzam suka bilang “ini tangan. engga boeh buat putun” (engga boleh buat pukul). Alhamdulillahnya, anak usia segini rentang perhatiannya masih pendek. Itulah sebabnya teknik mengalihkan, selalu jitu untuk diterapkan pada anak usia ini. Kalau dia merebut mainan yang sedang dipegang kakaknya, memindahkan dia ke ruangan lain dan mengajak main hal lain selalu bisa menyelesaikan masalah.
Middle Childhood (6-12 tahun)
Anak anda sudah berusia 8 tahun tapi masih suka tantrum (mengamuk)? membangkang? membantah? sangat mudah marah? itu lampu merah….bisa merupakan tanda dari masalah perilaku yang serius. Anak usia sekolah, seharusnya sudah tak menunjukkan perilaku agresi fisik. Biasanya, yang muncul adalah agresi sosial. Sebagian para ahli berpendapat bahwa agresi fisik, agresi verbal dan agresi sosial merupakan satu kontinuum, dari bentuk yang “tidak matang” Sampai “paling matang”. Jadi kalau pasangan kita masih suka melakukan agresi fisik atau verbal….itu lampu merah bangets…..!!!!
Nah, di usia sekolah ini, anak yang melakukan perilaku agresi biasanya bukan bersifat intrumental atau untuk mendapatkan sesuatu yang ia inginkan. Di usia sekolah ini, biasanya “Self esteem” atau “harga diri” yang menjadi dasar perilaku agresi. Secara teoretis, di usia SD ini perilaku bullying kemungkinannya sangat rendah.
Adolescence (13-19 tahun)
Di usia ini, seharusnya perilaku agresi benar-benar sudah sangat minim. Perilaku agresi di usia ini, biasanya mengarah ke perilaku kriminal.
……………………………….
Mmmmmhhh…jadi kalau baca perkembangan perilaku agresi pada anak, banyaknya kasus bullying di SD, banyaknya kasus tawuran di SMA, kasus penganiayanan junior di perguruan tinggi, “pembunuhan karakter” oleh para politisi itu, harusnya tidak terjadi ya….berarti kalau terjadi…itu adalah masalah perilaku yang “tidak wajar” dan berarti, untuk mencegahnya, kita harus mundur ke sebelumnya, yaitu…usia prasekolah.
Satu poin yang penting disini menurut saya adalah, si kontinuum jenis agresi tadi. Agresi fisik pada anak usia 2-3 tahun wajar, tapi tak wajar untuk anak usia di atas itu. Ini poin pentingnya. Dan jika anak remaja kita atau pasangan atau rekan kerja kita masih melakukan agresi verbal apalagi fisik, itu tanda dia harus mendapatkan bantuan…urgent !
Recent Comments