Yaaaah…..anak kita tinggal dua …

Ada beragam reaksi dan “komentar” orang-orang ketika pertama kali mengetahui saya, si “ibu bekerja yang masih muda” ini udah punya anak empat. Pertanyaan lanjutannya biasanya ” emang umurnya berapa?” , “nikah umur berapa?” dan komentar-komentarnya antara lain “hebat ih..”, “kebayang repotnya…”, “waaah, rame banget pastinya ya..”…dll. Kalau yang senior dan puteranya banyak, biasanya melanjutkan; “tapi gak akan kerasa loh, nanti teh udah pada besar aja….nanti teh jadi sepi lagi, berdua lagi ”

Untuk komentar yang paling terakhir, yups….jangankan “nanti”. Sekarang saja, kami – saya dan mas- sudah mulai merasakannya. pernah suatu saat saya dan beberapa orang teman ngobrol tentang “kehebohan” mangatur waktu antara tugas kampus dan profesi vs domestik terutama anak. Teman-teman saya yang pada umumnya memiliki 2 anak, bilang “gue dua anak aja udah pengen pingsan …kebayang elu 4 anak..”. Saya bilang …. engga… secara “fisik”, sebenarnya saya cuman punya 2 anak saat ini. Cuman si 2 anak itu, umurnya 5 tahun dan 2 tahun. Itu yang bikin “pusing”.

Dua kakaknya, si 11 tahun dan si 8 tahun, secara “fisik” udah bener-bener saya lepas tangan. Pagi-pagi…paling mereka “setor muka” untuk tanya sarapan aja dan cium tangan pas pamit. Sarapan,  kadang mereka inisiatif bakar roti sendiri, atau bikin sereal sendiri kalau lagi gak mau makan nasi. Sejak ada teteh yang nginep, senin-kamis mereka sahur sendiri, bangunin teteh sendiri. Pulang jam 4…kalau gak ngobrol, mereka baca buku atau nonton TV. Nah, si 5 dan 2 tahun ini yang masih harus “dilayani” segalanya. Dimandiin, disuapin, dibacain cerita, plus…..dilerai saat berantem.

Daaaan…. sekarang yang lagi kerasa banget adalah, si dua kakak itu, udah sering gak mau diajak keluar. Kalau mau diajak jalan, pertanyaannya segambreng: “mau kemana?”, “ngapain nanti disana?”, “berapa lama?”, kalau mau ketemuan…”ketemuan sama siapa?”. Daaan…kalau mereka memutuskan “tidak ada benefitnya buat mereka”, dengan tegas mereka akan mengatakan milih di rumah aja.  Untuk beberapa kegiatan, seperti acara keluarga memang saya dan mas tegas mereka harus ikut. Tapi di luar itu? kalau saya atau mas berusaha membujuk mereka dengan segala macam cara dan iming-iming, Umar akan bilang “kan kata di pengajian juga walaupun masih kecil, anak itu harus dihargai pendapatnya”. Ya..ya…ya…. ini “salah” kami juga siiih…. tiap ahad pagi ngajak anak-anak ke pengajian Percikan Iman yang diasuh Ustadz Aam. Suatu hari, bahasannya adalah “mendidik anak”. Dan memang, pak Ustadz menyampaikan apa yang Umar sampaikan tadi. Tumben dia menyimak…biasanya asik main bola haha…

Suatu hari, kami akan ketemuan sama temen mas. Di suatu tempat makan. Mas berusaha membujuk Azka dan Umar. Mereka tetep memilih di rumah, sampai Umar mengeluarkan jurus “kata di pengajian kan…..”. Yo wis…..kami “menyerah”. Di garasi, sebelum masuk mobil, saya masih inget banget kata-kata dan ekspresi mas: “Yaaaah…. anak kita tinggal dua ya de…” . Hahaha…..

Yah, waktu…seringkali tak terasa cepat berlalu. Umar si 8 tahun, semalam menangis karena sarung kesayangannya jatuh dan masuk selokan waktu kemaren dia dijemput pake motor. Dengan tersedu-sedu dia memeluk saya dan minta tidur di kasur ibu. Saya peluk dia erat, mumpung masih bisa …. Saya gak mau tiba-tiba menyadari sudah tak bisa memeluknya lagi, sebelum saya puas. Saya juga terkadang, kalau malam suka ke kamar Kaka Azka, memeluk dan menciumnya …. mengenang saat-saat dulu kami masih berdua …setiap ba’da maghrib menunggu suara motor si abah datang di rumah kontrakan di dago…..

I love u all….Kaka Azka, Mas Umar, Teteh Hana, de Azzam…. Semoga kita bisa menikmati setiap detik kebersamaan kita menjadi kenangan indah nanti…

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: