Mmmhhh … judulnya jelek banget …. gak menjual …. kerjaan mengolah nilai mahasiswa blom beres-beres, jadi gak bisa mikir berbunga-bunga neeeh….
Teman-teman yang punya anak…pernah gak mengalami anaknya “lelet” kalau ngapa-ngapain? Saya pernah (hehe…siapa yang nanya…siapa yang jawab….). Apa yang saya lakukan? saya kasih dia batasan saat melakukan kegiatannya. Dikombinasi sama reward and punishment. Misalnya mandi. Saya kasih waktu lima belas menit. Kalau engga tercapai, jatah main ipad dikurang 15 menit. Saya perlihatkan jam. “Sekarang jarum jamnya ke angka 1. Jarum panjang ke angka tiga harus udah beres ya”….begitu kata saya. Berhasil? Cukup berhasil. Karena, selama 15 menit itu, saya terus-terusan mengingatkan dia. “Mas, jarumnya udah ke angka 1…..”….”Mas, jarumnya udah ke angka 2…”
Berdasarkan pengalaman itu, demikianlah yang saya sarankan pada ibu-ibu yang memiliki masalah yang sama; anaknya lelet. “Karena anak belum punya sense of time, penghayatan terhadap waktu, maka kita harus bantu dia untuk memahami secara konkrit dengan menunjukkan angka-angka di jam” begitu kata saya. Saya pikir itu sudah cara yang paling “canggih”, meskipun saya tidak bisa menjawab pertanyaan seorang ibu : “cara itu tidak berhasil bu….saya sampai tempel jam di kamar mandi, biar dia ngeuh…tetep telat juga….”
Nah, pertanyaan ibu itu terjawab saat saya ikut workshop “solution focused therapy” sebulan lalu. Saat itu, Gertjan van Hinsberg sang trainer tengah mengajarkan kami mengenai “Scaling”. Scaling adalah salah satu teknik dalam SFT untuk membuat klien menghayati “derajat” persoalan yang ia rasakan, dan “derajat” mana yang ingin ia capai. Saya suka menggunakan teknik Scaling ini untuk membuat anak-anak saya menghayati perasaannya.
Misalnya kalau Umar marah, setelah diredakan saya tanya, marahnya sebesar apa…. dulu waktu masih kecil dia jawab pake ukuran binatang. Sebesar gajah. Sepuluh menit kemudian….sebesar badak. Terus…..nanti kalau mulai reda dia akan bilang “marahnya udah sebesar semut” .Agak gedean, karena dia suka banget IPA dan ruang angkasa-ruang angkasaan, analogi dia pake planet. Marah sebesar Jupiter katanya….terus….sampai nanti bilang marahnya sebesar atom kkkk….
Nah, waktu membahas soal Scaling ini, trainernya menjelaskan bahwa untuk diterapkan pada anak, anak harus punya “penghayatan” dulu. “sense of feeling”. Karena itu kan abstrak. Memang sih, ada alat bantu pake banda konkrit. Di bukunya saya baca bisa pake balon. Anak diminta meniup balon sesuai dengan besaran “perasaan negatifnya” dia.
Ia menjelaskan dengan sangat CLEAR mengenai “penghayatan” anak ini mengambil contoh sense of time. Dia memberi ilustrasi kasus “lelet” yang saya ungkap di atas. Kenapa walaupun kita kasih jam di depan anak, anak tetep gak bisa “memacu diri” sesuai dengan waktu di sana ? karena sense of time-nya belum berkembang. Kita, orang dewasa….kalau janjian terus dibilang “tunggu setengah jam”. Kita gak setiap saat melihat pergerakan jarum jam bukan ? kita sudah punya “sense of time”, kira-kira setengah jam itu segimana sih….3 jam itu segimana sih, 5 menit itu segimana sih…. Beda sama anak. walaupun diliatin jamnya secara konkrit, tapi dia belum bisa menghayati…..selama apa sih, bergeraknya jarum panjang dari satu angka ke angka lainnya itu…..
Cara untuk menumbuhkan penghayatan anak terhadap sesuatu adalah …. dengan “guessing”. “Menebak”. Oooo…itu toh, kenapa kalau di kurikulum matematika dari luar negeri itu, selalu ada activity itu. Guessing. Menebak jumlah benda tanpa menghitungnya, menebak berat benda tanpa menimbangnya, menebak panjang benda tanpa mengukurnya….menebak lama waktu … Dengan cara itulah, “sense of” number, time, itu tumbuh. Demikian pula sense of feeling. Penghayatan tentang perasaannya.
Kenapa penghayatan perasaan ini penting, dalam pilar Emotional Quotion, mengenali emosi diri termasuk intensitasnya, adalah dasar pertama.
Jadi, mari kembangkan penghayatan anak terhadap perasaannya dengan sering membantu anak “mengenali” perasaannya, sebagai dasar “mengolah” perasaannya nanti. Jangan biarkan perasaan kita-marah, benci, senang, kesal, bosan, dll- tidak kita “kenali”. Karena kalau tak kita kenali, akan sulit kita kendalikan.
Nb: permainan guessing ini bisa jadi ide bermain bersama anak. Gampang tapi seru….Perhatikan…lama-lama, “guessing” anak akan lebih akurat. Itu artinya, “penghayatannya” pun berkembang.
Jun 27, 2014 @ 10:01:33
contoh penerapan guessing time nya gimana mbak fit???