Mengapa ibu itu selalu mulia …

mothers-day-clip-art-4Beberapa minggu  yang lalu saya membaca sebuah tulisan yang di share oleh salah seorang teman facebook saya. Tulisan itu adalah tanggapan terhadap “mom war” antara ibu bekerja dan ibu tidak bekerja, yang ditulis oleh seorang pria. Mungkin fenomenanya sudah “basi”, mengingat tampaknya “mom war” gak sedang jadi hot topic sekarang ini. Tapi tulisan itu ….saya suka gagasannya, saya suka gaya bahasanya, dan saya suka kalimat terakhir di tulisan itu. Di akhir tulisan itu, sang penulis menyebut, menjadi ibu bekerja atau tidak bekerja, seorang ibu itu selalu mulia kok.

Yups, agama menyebut nama ibu tiga kali untuk dimuliakan. Tak ada lagi yang meragukan kemuliaan seorang ibu. Saya menghayati satu dimensi lagi kenapa seorang ibu itu selalu mulia. Adalah karena mereka “invisible”. “Invisible” sampai ada dua hal yang terjadi: anak mereka BERPRESTASI, atau anak mereka BERMASALAH.

Beban berat seorang ibu adalah, saat anak mereka mengalami masalah. Seorang teman saya pernah berseloroh pada saya, bilang gini: “gampang jadi psikolog anak mah Fit….pokoknya apapun kasusnya, yang salah ibunya  kan…ibunya terlalu keras, ibunya terlalu permisif, pola asuh ibunya pasti yang salah”. Memang itu hanya seloroh, sayangnya, memang demikianlah yang terjadi di masyarakat. Saya sering sekali menerima informasi mengenai permasalahan anak yang dikeluhkan oleh guru atau tetangga, dengan akhir kalimat gini: “soalnya ibunya kerja sih…”. Nah lo…ibu bekerja langsung jadi tersangka. Saya suka bertanya balik; “emang kenapa kalau ibunya bekerja?” Aaaah…teman-teman yang pro-ibu di rumah pasti lega. Eits…jangan lega dulu … ungkapan “soalnya ibunya kerja sih” itu, sama seringnya saya dengar dengan kalimat : “padahal ibunya di rumah loh” …kkk.

Intinya… saya menghayati, beban yang diberikan masyarakat pada seorang ibu itu beurat loh…dan ada hukum gini kayaknya: “Kalau ibu berhasil mendidik anak-anaknya tanpa masalah, itu sih wajar. Kalau ibu gak berhasil mendidik anak-anaknya, nah, itu mutlak kesalahan ibu” … itulah mengapa menjadi ibu itu selalu mulia. Karena berbanding berbalik dengan kebutuhan manusiawi untuk “dihargai”, ibu-ibu tak mendapatkannya.

Ibu bekerja, sepenting apapun pekerjaannya, seketat apapun deadlinenya, tak akan dapat toleransi dari siapapun kalau misalnya dia lupa nyiapin makan untuk anak-anaknya. Ibu di rumah, berapa ribu kali dia beresin rumah, invisible…orang-orang hanya “ngeuh” kalau rumah berantakan karena ibu gak beresin rumah.

Yups, menjadi ibu memang selalu mulia. Entah itu berpendidikan tinggi, berpendidikan rendah, berpenghasilan tinggi, tak berpenghasilan, mau lembut, mau galak… semakin kesini, semakin banyak saya bertemu ibu yang anak-anaknya “bermasalah”, semakin saya menghayati satu hal: Apapun perilaku ibu pada anaknya, itu adalah cara yang yang menurut pemikiran dan perasaannya, untuk kebaikan anaknya.  Hanya bahwa caranya kurang pas, itu karena mereka tidak tahu. Seluruh ibu punya mimpi yang sama, ingin memberikan yang terbaik untuk keluarganya, untuk anak-anaknya. Kalau cara mereka kurang pas, mari kita bantu mereka. Jangan dihakimi.

Buat para ibu di seluruh dunia… kemuliaan kita bukan terletak pada hal-hal BESAR yang kita lakukan, tapi justru ada pada hal-hal KECIL keseharian yang “invisible” di mata orang lain, bahkan mungkin di mata anak kita sendiri. Maka, nikmatilah hari-hari sajadah panjang kita untuk keluarga dan anak-anak.

Selamat hari ibu…

sumber gambar : http://november2013calendar.org/happy-mothers-day-clip-art-and-images.html

1 Comment (+add yours?)

  1. Ratri Fadillah S
    Dec 22, 2014 @ 20:54:16

    Reblogged this on Wanita Biasa | Milik Allah and commented:
    Being special mom, not only about position but also a little thing what you’ve done for your children

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: