Nostalgia 3, 6, 9, dan 12 tahun yang lalu

Pagi ini, pas saya terbangun, mamah yang lagi ada di rumah cerita kalau adik saya yang sedang “menghitung hari” untuk melahirkan putranya yang kedua di Cileungsi tadi menelpon. Katanya udah keluar lendir darah tapi gak mules. Jadi belum ke dokter. Saya langsung menelpon adik saya ….. bla..bla..bla.. “jangan berpatokan pada mules, teteh kan empat-empatnya melahirkan gak ngalamin mules di rumah”.

Abis nelpon, tiba-tiba pikiran dan perasaan saya kembali menyelami detik-detik kelahiran 4 anak saya, yang sudah lama tidak saya pikirkan dan rasakan. Hehe…sejak si bungsu lahir, saya sudah “memutuskan” : rasanya gak sanggup hamil lagi, melahirkan lagi … excitement hamil dan melahirkan sudah tak saya miliki …. Secara ikhtiar, stop 4 sajah. Makanya, meskipun si abah suka becanda : “mamah anaknya 5, emak 5, kita minimal 5 dong”… saya suka membalasnya dengan candaan juga : ” silahkan kalau mau menambah dari sumber yang lain” haha…

Tapi mengenai mules-mulesan, beneran loh, berpuluh kali baca buku kehamilan dan pernikahan, gak pernah ngalamin mules sejam sekali, setengah jam sekali, lalu teratur sekian menit sekali… di rumah. Saya masih terbayang detil kejadiannya :

18 Juni 2003. Jam 4, Saya kontrol rutin di Apotik Santi Jl. Merdeka, ke dr. Anita. Tak disangka tak dinyana, dokter bilang: “ibu, ini bayinya kecil, tapi ibu harus melahirkan sore atau malam ini. Ini rujukan ke rumah sakit”. Langsunglah saya nelpon mas, yang kebetulan saat itu sedang di luar kota. Menunggu mas datang menjemput sejam-an, sambil dagdigdug. Umur saya saat itu 24 tahun, akan melahirkan pertama kali. Akhirnya mas datang, kami pulang ke kontrakan kami di Tubagus, lalu berusaha tenang…mandi (seperti yang saya baca di buku), lalu shalat maghrib berjamaah, dan mengingat kata-kata “melahirkan itu bagai hidup dan mati” maka saya sudah bersiap andai itu sholat terakhir saya. Singkat kata singkat cerita, prosesnya dua jam, pake induksi, menjelang tengah malam lahirlah putri pertama kami: 2,4 kg, Azka Rahima. Saat itu saya masih berstatus mahasiswi program profesi psikolog UNPAD 😉

10 Maret 2006. Jam 4, Saya kontrol rutin di Apotik Alkautsar, deket jl. Belitung. Ke dr. Setyorini. Si abah lagi rapat di kantornya di Tubagus Ismail. Masuk, periksa dalem, tak disangka dokternya bilang: “Ibu, ini udah bukaan 6. Ibu gak merasa? harus langsung ke rumah sakit ya bu, gak boleh pulang dulu”. Haaaa? Langsung nelpon si abah yang terkaget-kaget. “Serius? sekarang?” . Singkat kata singkat cerita, prosesnya sejam dengan diiringi pertanyaan heran dari para suster : “Ibu, beneran gak sakit? ini udah bukaan 7 loh….ini bukaan 8 loh….bukaan 9 bu….serius gak sakit?” saya menggeleng. Bahkan sempet terima telpon dari temen yang saya jawab “bentar ya, gue mau melahirkan dulu”. Ah, Umar Abdurrahman. Memang spesial sejak saat dilahirkan. 3,0 kg jam 8 malam. Saat itu saya berstatus PNS dosen dengan masa kerja 3 bulan di Fakultas Psikologi UNPAD, berusia 27 tahun  😉

27 Juli 2009. Saya ingat kata-kata dokter seminggu lalu: Tanggal 27, harus ke rumah sakit. Mules atau gak mules. Eeeh…dr Anita, di RSIA Hermina,  yang mengatakan hal tersebut, lagi keluar kota. Tapi ditelpon, keputusannya tetap. Jadilah saya “honeymoon” berdua si abah di Hotel Hermina 2 hari, sampai tgl 29 Juli dini hari, ketika si mules mulai terasa. 2 jam yang rasanya panjang. Menjelang subuh, lahirlah Aisha Hanadia Rahima, 2,7 kg. Saat itu saya adalah mahasiswa magister Klinis Anak Fapsi UNPAD, berumur 30 tahun 😉

31 Maret 2012. Hari Sabtu, setelah pembagian raport kami akan ke Pizza Hut merayakan nilai-nilai Azka Umar yang bagus. Tapi jadwal kontrol. Jadi ke rumah sakit Emma dulu, periksa ke dr. Setyorini. Periksa, belum saatnya melahirkan. Trus saya yang bawel bilang gini : “saya tuh gak pernah ngerasain mules di rumah dok, bla..bla..bla..saya ceritain tuh 3 cerita di atas. Yang kedua malah sama dokter dulu diperiksa udah bukaan 6 saya gak ngerasa apa-apa dok…” mendengar itu si dokter bilang :“oh gitu? ya udah atuh sekarang periksa dalam”. Hasilnya : “Oh iya bu…ini udah bukaan empat..langsung masuk kamar ya bu” … menjelang isya, lahirlah si bungsu, 3,3 kilo. Saat itu saya PNS dosen dengan masa kerja 7 tahun haha…..Azzam Abdurrahman.

Saat-saat melahirkan adalah saat-saat istimewa. Dimana segala ketakutan berbaur dengan segala harapan dan kebahagiaan. Dan yang membuat saat-saat itu lebih istimewa, selalu ada seorang yang menemani saya. Yang mengelus-elus kepala saya saat rasa sakit tak tertahankan, sambil mulutnya mengucap doa. Kalau kontraksi sudah begitu intens, selalu ada momen saya menatapnya sambil bercucuran air mata menahan sakit, dan ia balik menatap saya sambil memegang tangan saya, memeluk saya dan mengusap-usap kepala saya. Dia adalah belahan jiwa yang tak pernah mengucap kata cinta, tapi cintanya begitu terasa.

I love you all…

Ah, sudah saatnya ke pasar …. mareeee

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: