((x*x)-x )/2

2015-03-01_09.44.11Hari minggu kemarin, saya berusaha mencari dua mainan truk Umar di gudang. Mainan truk yang saya beli waktu Umar berusia 3 tahunan dan tergila-gila pada semua jenis truk. Salah dua mainan yang saya ingat karena saya beli di Kidz Station dengan harga yang cukup mahal. Haha…biasa..ibu-ibu…sangat ingat dengan hal-hal yang berbau ekonomis 😉

Saya cari tadinya mau dikasihin ke Azzam. Ternyata gak ketemu,malah nemu dua pistol-pistolan air. Karena anak-anak belum pada mandi, yowis saya kasih dua pistol itu sama Azzam dan Umar. Mereka asyik banget main di balkon, sedang saya ketak-ketik kerjaan.

Setengah jam berlalu, saya lihat ke balkon ternyata sudah ganti pemain. Yang main sekarang Hana dan Azzam, tak kalah serunya. Sedangkan Umar nonton TV dengan baju setengah basah kuyup. Ketak-ketik lagi…saya tengok balkon setengah jam kemudian, eh…ternyata pemainnya udah ganti lagi. Kini Hana dan Umar lagi asyik bermain. Azzam ternyata sedang “berendam” di kamar mandi. Sepertinya dia berhasil dibujuk si abah untuk mandi. Saya lanjutkan ketak-ketik dan waktu saya lihat di balkon, pemainnya sudah berubah lagi…Azka kini yang lagi main sama Umar. Tak kalah heboh….Ternyata pistol air adalah permainan yang seru dimainkan anak usia 3 sampai 12 tahun ya….

Pasangan main yang berganti-ganti, mengingatkan saya pada “rumus” interaksi interpersonal yang harusnya terjalin dalam satu keluarga. rumusnya, seperti yang tertulis di judul. ((x*x)-x)/2. x adalah jumlah anggota keluarga.  Jadi kalau sepasang suami istri belum punya anak, relasi yang harusnya terjadi adalah ((2×2)-2)/2= 1. Ya satu, suami-istri. Nah, kalau keluarga saya yang jumlahnya 6 berarti relasi interpersonal yang harus terjadi adalah ((6×6)-6)/2=15 ! ibu-abah, ibu-azka, ibu-umar, ibu-hana, ibu-azzam, abah-azka, abah-umar, abah-hana, abah-azzam, azka-umar, azka-hana, azka-azzam, umar-hana, umar-azzam, hana-azzam. Haha…iseng banget ya…membuktikan bener gak 15 gitu kkk…..Nah, kalau yang anaknya 12 gimana? ((14×14)-14)/2 = ….? mangga itung sendiri.

Buat apa sih rumus ini? apa gunanya? …..

Satu hal yang bisa disimpulkan dari rumus tersebut adalah, semakin banyak anggota keluarga…berarti semakin banyak relasi interpersonal yang harusnya terbentuk. Yups ! that’s right ! Kenapa? dalam buku “Psikologi Keluarga” yang disusun oleh Prof. Kusdwiratri Setiono senior kami di Fakultas, jika relasi interpersonal salah satu, salah dua atau beberapa anggota keluarga mengalami “konslet”, maka akan mengganggu keharmonisan keluarga. Terutama akan terasa kalau udah pada besar nanti sih…. Dan pengalaman saya membantu permasalahan keluarga, teori tersebut terbukti betul.

Keluarga, dalam seluruh literatur dikatakan sebagai satu lingkungan, konteks, ikatan, yang paling awal dan mendasar dari seseorang. Hubungan darah, adalah satu hubungan yang tak bisa kita putuskan. Teman-teman yang terjun di dunia klinis dewasa, tau betul bagaimana konteks keluarga sangat penting dalam memahami persoalan psikopatologis kliennya. Hubungan anggota keluarga, bisa menjadi “protective factor” atau “risk factor” bagi kesehatan mental seseorang.

Dalam konteks umum, kebahagian keluarga akan sulit terbentuk jika ada satu hubungan interpersonal yang buruk. Dalam konteks agama, kalau kita ingin masuk syurga bersama keluarga kita, pengejawantahan operasionalnya, salah satunya menurut saya adalah ilmu tentang relasi interpersonal ini.

Jadi, sebagai orangtua kita perlu untuk mencermati relasi interpersonal setiap anggota keluarga kita. Jangan sampai bibit ketidakharmonisan terjadi, yang akan jadi bibit perpecahan dalam keluarga besar anak-anak kita nantinya. Caranya? beri kesempatan interaksi. Pada si remaja yang senang mengurung diri di kamar, berikan aturan tegas bahwa ada waktunya dia harus keluar kamar dan berinteraksi dengan adik-adiknya. Beri kesempatan si adik dan si kakak berinteraksi. Buat para ibu, berikan kesempatan pada si ayah untuk punya hubungan interpersonal dengan masing-masing anak. Kita sendiri pun, jangan terjebak untuk berlindung di balik kalimat: “dulu waktu kaka kecil, kan ibu sering main sama kaka, sekarang giliran adek dong”. Baik si kaka maupun si adik masih membutuhkan ibunya. Berapapaun usia anak kita, mereka butuh ibunya. Mereka butuh ayahnya. Hanya bentuk relasinya aja yang beda.

Waktunya gimana? saya sangat percaya kualitas dalam relasi. Mungkin hanya sepuluh, atau lima menit kita berduaan sama si remaja…di dapur sambil gorang-goreng…cuman dengerin kekesalannya pada temannya….mungkin cuman lima  menit kita sempat nyanyi-nyanyi sama si bungsu. Mungkin cuman sempet 15 menit nemenin anak kita belajar. Tapi itu cukup kok…

Semoga hubungan psikologis yang baik, akan membuat ikatan hati antar anggota keluarga kita semakin erat, semakin menghayati untuk saling mendoakan, dan kita bisa saling melindungi di dunia dan saling menyelamatkan di akhirat. aamiin…..

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: