“Uji Publik” Generasi “Isyhadu bi anna muslimun”

Setelah melalui rangkaian Munaqosah atau ujian dan dinyatakan lulus, hari ini Azka dan Umar mengikuti “uji public” dan “sidang terbuka”. Untuk Umar hafalan, untuk Azka Tajwid dan Ghorib. Ghorib adalah bacaan al-Qur’an yang sifatnya “exceptional“, yang harus kita hafal.

Alhamdulillah seperti tahun lalu, saya bisa menyempatkan hadir di acara istimewa ini. Dan seperti tahun lalu, air mata saya mengalir deras. Mulai ketika anak-anak kelas 2-3 masuk panggung diiringi doa khatam Qur’an. Doa ini dilantunkan oleh para guru dan teman-temannya yang belum lulus, yang ikut “menonton”. Doa khatam Qur’an ini, adalah salah satu doa favorit saya. Karena indaaaaah banget dan “powerfull” rasanya.

“Allahummarhamna Bil Quran, Waj’alhulanna Imaaman Wa Nuuran, Wa Huda Wa Rohmah, Allahumma Dzikkirna Minhu maa Nasiiha, Wa’allimna Minhu maa Jahiilna, Warzuqna Tilaawatahu, Aana Al Laili Wa Aana An Nahaari, Waj’alhulanna Hujjatan, Yaa Rabbal Alamin”

“Ya Allah turunkan rahmat qur’an. Jadikan Qur’an cahaya petunjuk kebenaran. Allah ingatkan kami semua yang kami lalai, berikan ilmu yangg bermanfaat, jadikan qur’an bacaan yang kami cintai di malam dan siang. Jadikan Qur’an penerang. Ya Tuhan penguasa Semesta alam” C360_2015-04-09-10-24-36-356

Setelah membaca beberapa doa bersama di depan, mulailah “uji publik”nya. Para orangtua dipersilahkan “menguji” hafalan anak-anaknya dengan meminta anaknya menyampaikan hafalan surat tertentu.Pada ujian gharib dan tajwid, modelnya berbeda. Anak-anak itu akan diperlihatkan ayat Al-Qur’an yang cara membacanya “exceptional”, lalu ia diminta membaca, menjelaskan mengapa bacaannya berbeda, dan diuji tajwidnya. Jujur,saya juga banyak yang baru tahu.

Waktu ujian Umar, Saya tidak sanggup ngacung; karena air mata saya terlalu deras. Jauh lebih deras dari tahun lalu.

Mungkin karena … saat memandang anak-anak itu, mendengarkan lantunan hafalan mereka, terbayang pula “ujian” yang akan mereka hadapi. Di jaman mereka besar nanti, tak terbayang ujiannya akan seberat apa. Saya ingat pertanyaan mas Umar beberapa hari lalu: “Ibu, ibu mending meninggal sebelum hari kiamat atau hidup sampai hari kiamat?”. Waktu saya tanya kenapa ia bertanya seperti itu, Umar menceritakan betapa dahsyatnya kiamat. Sebenarnya, dalam pikiran saya, setelah ia menceritakan dahsyatnya hari kiamat, saya pun teringat bahwa semakin dekatnya hari kiamat, beratnya ujian bagi yang ingin berpegang teguh pada ajaran Nya juga akan semakin berat.

Dan “tanda-tanda” semakin beratnya ujian itu, kini mulai terasa. Anak-anak kita digempur oleh kenyataan yang kemudian ditegaskan oleh pendapat-pendapat “kritis”. Apa gunanya menghafal Qur’an? Banyak yang hafal Qur’an tapi nyontek, membully, korupsi…. Sebaliknya banyak muslim/ah yang tidak bisa membaca Qur’an tapi berprestasi, peduli pada orang lain….

Bahwa kenyataan itu ada, saya tak menafikkannya. Tapi bahwa membaca dan menghafal itu tak ada korelasinya dengan kualitas akhlak, saya tak setuju. Pertanyaan “mana yang lebih baik : beragama tapi tak berprestasi vs tak beragama tapi berprestasi” menurut saya pertanyaan yang pesimistis. Seolah kita tak punya pilihan lain. Seolah hanya dua kondisi itu saja yang bisa dicapai oleh anak-anak kita.

Saya tidak suka pertanyaan sejenis itu, karena membatasi kita dari pilihan lain yang seharusnya menjadi aspirasi kita : beragama dan berprestasi. Hafal al qur’an dan peduli pada orang lain.

Maka, pada semua anak-anak di panggung itu saya ingin berkata :

Yups, kita bisa menjadi UNGGUL DAN BERMANFAAT tanpa harus kenal Al Qur’an. Tapi itu hanya bila kita percaya jika kehidupan kita selesai saat kita menghembuskan nafas terakhir.

Itu bukan yang kita yakini…

Yang kita yakini adalah,  bahwa setelah nyawa kita terlepas dari raga, ada kehidupan lain nak….

Kehidupan yang abadi. Selamanya. Dalam kehidupan abadi itu, bukan hanya prestasi dan kebermanfaatan kita yang akan dinilai. Tapi apa yang mendasari prestasi dan kebermanfaatan itu. Dan buat kita sebagai muslim/muslimah; ajaranNya lah yang harus menjadi dasar keunggulan kita.

Maka, teruslah membaca Al Qur an nak, teruslah menghafal. Yakinilah adanya kehidupan setelah kematian.

Menjadi UNGGULlah, menjadi BERMANFAATlah, menjadi HEBATlah, lalu setelah itu, teriakkan: “Isyhadu Bi anna muslim/muslimah !” Saksikan bahwa aku seorang muslim/muslimah! Jangan banyak buang energimu untuk tersulut saat Robb kita direndahkan.

Bekerjalah, berkaryalah, peduli-lah, dan tunjukkan indahnya Islam dengan akhlakmu. Yakinkan pada dunia bahwa Al Quran  adalah benar-benar mukjizat. Sumber kekuatanmu. Sumber prestasimu. Sumber kasih sayangmu.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: