Sssssstttt ….

Dua hari lagi, tepatnya di hari Senin kita akan memasuki bulan Rajab. Di Bulan Rajab, kita diajarkan untuk banyak berdoa: “Allahumma baariklana fii rojaba wa sya’bana waballighna ramadhaan”. Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Syaban , dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan. Masih dua bulan lagi, tapi kita diajarkan untuk berdoa agar Allah memanjangkan usia kita sampai dengan bulan Ramadhan. Sebenarnya ulama terdahulu, membagi 12 bulan ini menjadi dua : 6 bulan pasca Ramadhan berdoa agar amal ibadah kita selama Ramadhan kita diterima Allah, dan setengah tahun menuju Ramadhan berdoa agar di-sampaikan pada bulan Ramadhan.

Maka, seharusnya memang bulan Rajab ini mejadi “early warning system” buat kita menyiapkan diri memasuki bulan Ramadhan. Membaca buku-buku mengenai fiqih maupun makna dan keistimewaan Ramadhan, perlu kita mulai. Demikian juga berlatih berpuasa, disunnahkan dimulai di bulan Rajab ini.

Saya sendiri, betul-betul ingiiiiin sekali diberi kesempatan sampai di Ramadhan tahun ini. Ramadhan tahun ini sangat saya rindukan karena…. saya rindu semangatnya. Ada satu keistimewaan ramadhan yang saya hayati akhir-akhir ini. Ramadhan mengajarkan kita semangat untuk menahan diri. MENAHAN DIRI. Sebuah kemampuan yang sepertinya “mahal” akhir-akhir ini.

Bayangkan ! hal-hal yang HALAL saja, di bulan ramadhan bisa di HARAMkan ! siang hari makan-minum, berhubungan seksual dengan suami/istri kita. Apa salahnya? itu baik ! itu benar ! Tapi tidak boleh…haram….kenapa? “Sign” apa yang Allah ajarkan melalui syariat ini?

Jawabannya buat saya pribadi adalah, kemampuan MENAHAN DIRI.

Ada masa, dimana BERBICARA itu ISTIMEWA. LANTANG itu bermakna BERANI. Itu adalah zaman saat siapa yang bicara, akan mendapatkan hukuman. Ada masa, dimana orang sulit mengatakan hal yang benar. Ada masa, dimana menulis itu sulit. Ada masa, dimana pengetahuan itu sangat sulit didapat.

Dan kini, kita sampai pada masa dimana setiap kita bisa bicara. Tak peduli siapa dan dimana kita, kita bisa bicara apa saja. Komentar apa saja. Menulis apa saja. Kini, kita sampai pada masa dimana kita bisa dapat pengetahuan apa saja, dari siapa saja, kapan saja.

Kini, kita sampai pada saat dimana mudah sekali mengatakan yang benar.  Mengatakan “kamu jelek” adalah benar. Apa salahnya? emang dia jelek kok. Mengatakan “i love you so much much much ” pada pasangan kita adalah benar. Malah harus bukan?

Tapi jaman ini bukan mengajarkan kita untuk HANYA berkata dan bertindak BENAR. Jaman ini mengajarkan kita untuk berkata dan bertindak BIJAK. Jaman ini mengajarkan kita untuk DIAM !!!! tutup mulutmu, buka hatimu. Berbincanglah dengan nuranimu. Menjadi-lah RADIKAL. Apa ultimate goal kita bicara? apa manfaat kita bertindak? tepatkah saya mengungkapkannya disini? sekarang? apa konteksnya? bagaimana nanti dampaknya?

Menahan diri. Diam. Merenunsilencegi apa yang akan kita lakukan. Itulah yang diajarkan Ramadhan pada kita. Karena sejatinya, diam dan tak berbuat apa-apa itu berbeda. Diam bisa berarti kita berhasil mengalahkan kekuatan hawa nafsu yang besar dalam diri kita. Diam bisa berarti kita punya hal lain yang lebih bermakna untuk dilakukan. Diam bisa berarti kita punya strategi yang lebih membawa kebaikan. Dan itulah yang diajarkan Ramadhan.

Itulah mengapa saya begitu merindukan Ramadhan tahun ini. Karena lewat RamadhanNya, Ia mengajarkan kita untuk menjadi lebih BIJAK. Untuk menarik diri kita dari segala keriuhan dan kebisingan yang seringkali….tak perlu kita berada di dalamnya, karena tak bermakna apa-apa buat hidup maupun mati kita.

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: