upacara bendera

WhatsApp Image 2016-08-15 at 10.49.17 AMIndonesia tanah airku,
Tanah tumpah darahku,
Di sanalah aku berdiri,
Jadi pandu ibuku.

Indonesia kebangsaanku,
Bangsa dan tanah airku,
Marilah kita berseru,
Indonesia bersatu.

Hiduplah tanahku,
Hiduplah neg’riku,
Bangsaku, Rakyatku, semuanya,
Bangunlah jiwanya,
Bangunlah badannya,
Untuk Indonesia Raya.

Setiap hari Senin kalau kebetulan punya waktu agak luang, saya selalu menyempatkan menunggui acara upacara bendera. Biasanya di sekolah si bungsu, di TK. Seruuuu banget rasanya liat para ibu guru mengkondisikan sedemikian rupa anak-anak usia 2,5-6 tahun itu untuk mengikuti sebuah prosesi selama kurang lebih 30 menit. Saya suka senyum-senyum sendiri sambil berkaca-kaca melihatanak-anak kecil itu menyanyikan lagi Indonesia Raya dan lagu-lagu wajib nasional dengan penuh semangat. Dan bagian “sambutan pembina upacara”; sama sekali tidak membosankan seperti saya merasa jaman dulu pas sekolah. Lha wong Ibu Kepala Sekolah akan mulai dengan kata-kata: “Assalamualaikum….selamat pagi teman-teman…..gimana kabar hari ini? siapa yang tadi pagi bangun pagi? siapa yang tadi pagi mandi dan gosok gigi? Siapa yang mau cerita kemarin sabtu minggu pergi kemana sama mama papanya?” … asiiiik banget.

Setelah upacara bendera selesai, biasanya akan diputar musik lagu-lagu anak-anak yang menggembirakan. Maka, anak-anak itu pun bersama para gurunya, akan dengan riang bernyanyi. Lagu “ayo sekolah”, lagu Mars dan Hymne TK itu, saya juga suka ikutan nyanyi dan ikutan riang hehe…. Pernah suatu kali saya ngobrol sama ibu Kepala Sekolah, katanya prosesi upacara itu sengaja karena selama 2 hari weekend anak-anak gak masuk sekolah, rutinitas terganggu, biasanya senin pagi anak-anak agak rewel. “Biar dipanaskan dulu Mam” kata ibu. Saya jawab pake dua jempol.

Pagi tadi, karena kebetulan abahnya tidak ke luar kota, kami bersepakat si abah yang anter si bungsu, ibu sekalian ke Jatinangor anter si bujang kecil dan si gadis kecil. Kebetulan sejak beberapa hari lalu si bujang kecil heboh, dia degdegan karena jadi pemimpin upacara. Dia beberapa kali nanya: “Kepada bendera Indonesia atau bendera merah putih sih bu, pas hormat grak?”. Saya dan abahnya jawab: “Waktu ibu dan abah SD, 28 tahun yang lalu sih kepada bendera merah putih mas” kkkk

Si sulung pun memberikan saran pada adiknya gimana biar gak degdegan nanti di depan teman-temannya, Gimana biar gak takut salah. Haha….padahal 2-3 tahun lalu, waktu dia jadi etugas upacara di SDnya, jadi pengibar bendera, juga gak kalah heboh kkk. Apalagi pas kebagian jadi penarik bendera merah putih. Dulu sampai maksa latihan, ibu sama si bujang kecil jadi partner. Latihan baris, latihan narik bendera….

Saya sendiri tidak keberatan karena saya tahu betul rasanya degdegan kalau jadi petugas upacara. Maklum, selama SD-SMP SMA, sering jadi petugas; pengibar bendera, pembawa acara, pembaca UUD, pembaca doa dan ajudan. Tauuu betul degdegannya.

Hiii…bahkan ada satu pengalaman upacara yang tak akan terlupakan sampai sekarang. Jadi waktu SMA kelas 3 ya, ceritanya saya jadi pembawa acara. Nah, saya liat, kertas tulisannya udah robek-robek. Maka berinisiatiflah saya bilang ke wali kelas, mau ketik ulang tulisannya. Jadi saya bawa pulang tuh…Nah, pas hari Senin…..ternyata saya telat dapat angkot…jadi saya telah 30 menitan. Upacara gak bisa dimulai…bukan karena petugas MC nya yaitu saya belum datang, tetapi karena naskah yang mau dibacakan juga gak ada karena saya bawa haha…aduh, itu ekspresi marah walikelas saya di depan gerbang, masih nempel sampe sekarang kkkkk

Ah, mungkin itu sebabnya ya…saya suka menyaksikan anak-anak upacara bendera karena sambil nostalgia kkk…Tapi serius ya, menurut saya upacara sebagai salah satu cara untuk mengenalkan kebangsaan itu penting loh. Kapan lagi anak-anak terpapar oleh pengibaran bendera bangsa, menyanyikan dengan tegap lagu kebangsaan, menyanyikan lagu-lagu perjuangan….

Dulu pernah saya bantu di sebuah SDIT. Nah, di sana gak ada upacara. Katanya diragukan bahwa upacara bisa menanamkan kecintaan terhadap bangsa. Iya sih, memang gak pernah ada evaluasi terhadap hal itu. Tapi pas saya tanya, di sekolah itu gantinya apa untuk menanamkan kecintaan terhadap Indonesia? gak ada. Yaaaah……Waktu itu, sempat berlanjut jadi diskusi sih, karena dengan polosnya saya bertanya:“Apakah menurut sekolah ini rasa cinta tanah air tidak perlu?”

Kenapa saya tanya begitu, karena saya tahu bahwa ada sekolah-sekolah swasta yang memang pendirinya tidak merasa perlu siswa-siswinya mencintani tanah air. “Yang perlu ditanamkan adalah mencintai agamanya bu” demikian pernah saya dengar. Oleh karena itu, siswa-siswi di sekolah tersebut, kalau ditanya…gak kenal apa itu artinya proklamasi, bapak proklamator siapa mereka gak tahu. Panglima Sudirman? gak kenal. Mereka hanya tahu nama-nama pahlawan agama mereka yang bertempur di sana, di tanah yang jauh dari tempat mereka lahir dan dibesarkan.

Sebenarnya saya punya pertanyaan lugu yang tidak sempat saya tanyakan pada pengelola sekolah itu. “emang gak bisa gitu Pak, cinta agama sekaligus cinta bangsa?” . “Gak bisa gitu cinta Islam sekaligus cinta Indonesia?”. “Gak bisa gitu, jadi seorang Kristiani yang baik dan cinta pada negaranya?”. Pagi tadi, di sekolah si bujang kecil dan si gadis kecil, saya melihat alur upacaranya berbeda. Ada pembacaan tasmi Qur’an. Anak yang terpilih melantunkan hafalan Qur’an. Hafalan itu yang biasanya dibahas oleh Pembina Upacara mengenai arti dan penjabarannya dalam kehidupan anak-anak. Rasanya itu adalah salah satu bukti bahwa kita bisa kok cinta tanah air sekaligus cinta agama.

Saya dan suami, termasuk orangtua yang menanamkan nilai cinta tanah air pada anak-anak. Apakah mencintai tanah tempat kita lahir, dibesarkan, tempat kita tumbuh bersama orang-orang yang kita cintai dan mencintai kita PASTI akan bertentangan dengan identitas kita sebagai muslim? Saya kok melihat dan merasa tidak ya. Bahkan menunjukkan betapa indah negara kita, betapa kaya dan uniknya budaya bangsa kita, adalah keMahaanNya, yang bisa dengan mudah kita tunjukkan pada anak-anak kita.

Apakah kalau mencintai nusantara artinya kita akan SELALU berada di luar jalan sunnah Rasul? ya, kalau yang dimaksud sunnah Rasul adalah memakai baju seperti itu, warnanya itu, ngajinya harus kesitu. Tapi kalau sunnah Rasul kita pahami sebagai  menutup aurat untuk menjaga kehormatan diri,  beribadah sesuai tuntunannya, bertenggang rasa,  menebar senyum,  berbagi…. maka kita akan merasa bisa banget mencintai agama dan negeri ini sekaligus.

I Love my religion and I love my country.

Wallahu alam.

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: