Dua minggu ini saya intensif mengantar-jemput si sulung kerja kelompok. Di kelas 8 ini, tugas-tugasnya “canggih-canggih”. Tentu dibandingkan jaman emaknya kelas 2 SMP dulu… 25 tahun yang lalu haha…Kalau jaman dulu tugas kerja kelompok saya paling bikin kliping, atau bikin prakarya apa… gitu…nah…tugas kerja kelompok si sulung saat ini adalah: Bikin iklan. Mulai dari konsep, bikin skenario, storyboard, syuting, sampai editing. Trus bikin drama lah, bikin rekaman kamar dan penjelasannya pake bahasa inggris, tongue twister, dll. Yang technology based intinya mah. Dan kalau saya ngintip hasilnya…gilee emang keren banget…. kreatif banget anak-anak umur 13 tahun itu. Pas saya tanya belajar dari mana, si sulung jawab nyari sendiri, dari yutub lah, tanya ke sutradara ternama via medsos lah… bener banget memang…si zaman ini, kolaborasi bisa terjadi antar siapa saja, tak terbatas ruang, waktu dan …umur hehe…
Yang mau saya share dalam tulisan ini adalah, perasaan saya saat “melepas” si sulung kerja kelompok, bersama teman-teman laki-lakinya. Jadi setiap saya anter si sulung, lalu melihat teman-teman laki-lakinya, jujur aja deg-degan sih. Meskipun saya udah sering liat wajah-wajah remaja tanggung itu via instagramnya si sulung, tapi tetep aja…melihat mereka “tiga dimensi”, bikin deg-degan. Secara fisik, baik si sulung dan teman-temannya maupun para teman laki-lakinya lagi “mekar-mekarnya”. Mulai keliatan pesona cantik-ganteng-jelita-gagahnya. Persis para pemeran sinetron remaja di tipi.
Saat melihat mereka, terbayang sekilas pose-pose pelukan, ciuman atau pegangan tangan para remaja tanggung yang kadang terlihat entah di sinetron atau di internet. Khawatir bahwa si sulung pun akan melakukan hal itu,jujur saja ada. Itu namanya cemas. Saya merasakan betul, ketika saya meninggalkan rumah teman si sulung setelah mengantarnya, dada saya penuh pergulatan. Pergulatan untuk mempercayai si sulung. Struggling to trust her. Saya sadar betul bahwa saya kini telah “resmi” menjadi orangtua remaja, dengan “tugas perkembangan”nya.
Kita mengenal tahap perkembangan dan tugas perkembangan PADA ANAK. Usia berapa anak harus sudah bisa berbagi, usia berapa anak harus sudah bisa “berpisah” dari orangtuanya… Nah, kadang kita lupa…atau mungkin gak tau, bahwa ada juga loh, TAHAP PERKEMBANGAN DAN TUGAS PERKEMBANGAN ORANGTUA. Dan, saya menghayati….permasalahan relasi anak-orangtua, kalau mau dilihat dari kacamata ini, biasanya terjadi saat perkembangan anak tidak diiringi perkembangan orangtua.
Dan tugas perkembangan saya sebagai orangtua remaja adalah…. belajar mempercayai si remaja. Kenapa harus percaya sama si remaja? karena kalau gak percaya, kita gak akan bisa melepasnya. Gimana kalau kita gak mau melepasnya? tahap perkembangan dia untuk menjadi pribadi dewasa menjadi terhambat. Gimana caranya biar saya bisa percaya pada si remaja? lihat dia secara objektif. Apakah sudah cukup pengetahuan, pemahaman dan keterampilannya menjaga diri? apakah ada tanda-tanda dia tak bisa menjaga diri? Caranay gimana? ah, kan katanya “a worried mother does better research than FBI” 😉 . BAnyak jalan untuk memonitor si remaja.
Waktu saya diminta sharing mengenai pengasuhan remaja di sebuah SMP, saya suka banget waktu ibu kepala sekolahnya menawarkan tagline “mendewasa bersama remaja”. Ya, remaja harus belajar secara bertahap menjadi dewasa. Menganalisa situasi. Mempertanyakan nilai. Menentukan pilihan. Kita pun sebagai orangtuanya harus melakukan proses yang sama. Bertahap.
Kali ini, kita percayai si remaja kerja kelompok bersama teman-temannya, baik-laki-laki maupun perempuan. 5 tahun lagi, kita percayai anak untuk memilih jurusan di Perguruan Tinggi yang menjadi minat dan kemampuannya. 10 tahun lagi, kita percayai dia memilih profesi yang akan membuat hidupnya bermakna. Kurang dari 10 tahun tahun lagi, kita percayai dia memilih pasangan hidupnya….selanjutnya kita percayai prinsip-prinsipnya mengelola rumah tangga, mendidik anak-anaknya….Bayangkan kalau kita tidak belajar mempercayainya secara bertahap…..
Menjadi orangtua itu, adalah perjalanan sepanjang hayat, mulai saat kita melihat dua garis merah di alat test kehamilan, sampai kita menutup mata. Allah, Sang Maha Sempurna, telah sedemikian rupa merancang tahap perkembangan anak, dengan sangat cermat…sehingga setiap tahapnya, adalah fondasi untuk menjadi tangguh di tahap berikutnya. Dan perubahan karakteristik perkembangan anak, adalah media bagi ANAK dan juga bagi ORANGTUA untuk terus berkembang menjadi lebih dewasa dan lebih bijaksana.
Kalau ada kesempatan, nanti saya share lebih sistematis tahap-tahap dan tugas perkembangan orangtua. Insya allah.
Recent Comments