Aku.Kamu.Kita : #Renungan 180 Purnama (Sneak Peek)

Beberapa tahun yang lalu, mas mengajak saya menghadiri undangan ulang tahun pernikahan ke-25 seorang seniornya. Ini adalah undangan ulang tahun pernikahan “orang lain” pertama yang saya hadiri. Acaranya meskipun sederhana namun meriah. Alur acara ditata apik dan dikomandoi oleh seorang MC profesional yang asik dan kocak, mengajak hadirin turut larut dalam kebahagiaan pasangan yang berulang tahun.

Dari rangkaian acara yang ada: tiup lilin, tausyiah dari ustadz, kuis-kuis dengan doorprize menarik, makanan yang enak-enak, ada satu mata acara yang sangat berkesan buat saya. Ialah ketika sang suami, menyampaikan rasa syukur atas perjalanan 25 tahun pernikahannya. Ia, didampingi oleh istri dan anak-anaknya, menceritakan kisah perjalanan 25 tahun pernikahannya, diiringi oleh tayangan foto-foto sesuai dengan ceritanya. Mata beliau dan istrinya sesekali basah, sesekali tertawa riang…dan saya pun ikut larut dalam emosi mereka. Beliau menceritakan bagaimana latar belakang keluarganya dan istrinya, bagaimana mereka bertemu, perjuangan mereka di awal menikah, kisah kelahiran anak-anak mereka, suka duka saat kuliah di luar negeri, pengorbanan istrinya, …. sampai kini beliau pribadi maupun keluarganya menjadi keluarga yang “sukses”.

Pulang dari acara itu, di mobil topik pembicaraan kami masih seputar acara itu. Kami mengandai-andai pernikahan kami sampai di usia 25 tahun. Seperti apa kira-kira “rupa” keluarga kami ya? Mas berarti sudah umur 51 tahun. Karirnya udah sampai mana ya? Mimpi-mimpinya, target-target pribadinya, sejauh mana yang sudah tercapai? Saya sudah berumur 48 tahun. Udah jadi apa ya? Udah berkarya apa saja? Si sulung 24 tahun. Udah nikah? Udah punya anak? Si bujang kecil umur 21 tahun. Sudahkah kuliah di Swiss seperti yang ia impikan? Si gadis kecil umur 18 tahun. Si ceriwis itu penampakannya kayak gimana ya? Si bungsu 15 tahun, udah kayak apa ya? Masihkan selalu riang seperti saat ini?

Pembicaraan lalu beranjak pada milestone-milestone penting yang diceritakan senior mas tadi. Lalu kami pun mengenang milestone-milestone penting pernikahan kami. Mata berkaca dan tawa menertawai kebodohan kami berdua, juga mewarnai obrolan kami. Obrolan diakhiri dengan perdebatan panjang bagaimana bentuk acara yang akan kami gelar pas ulangtahun pernikahan ke 25 nanti haha…. Perdebatan panjang seperti yang biasa terjadi di toko mebel, di toko gorden, di toko wallpaper, juga di toko bunga setiap kali kami akan membeli barang-barang  untuk menghiasi rumah kami kkkk.

Dan seperti biasanya, perdebatan panjang kami belum menemukan titik temu. Memang biasanya titik temu akan terjadi ketika perdebatan sudah masuk ronde ke lima haha…Akhirnya kalimat penutup kami “nanti lah, kita obrolin lagi, masih lama ini”. Tapi satu hal yang kami sepakati dalam perbincangan dan perdebatan panjang kami, bahwa pernikahan yang telah kami jalani, harus kami syukuri.

Tgl 15 Juni, kami tetapkan sebagai hari ulang tahun keluarga. Merencanakan apa yang akan kami lakukan di tanggal itu, sudah jadi semacam ritual. Mulai dari makan bareng, bikin-bikin sesuatu yang akan jadi “jejak” dalam keluarga kami, dan saya selalu sempatkan untuk menuliskan renungan tahun demi tahun pernikahan kami. Sungguh, saya benar-benar bersyukur memiliki pasangan yang menjadi pelengkap hidup saya. Sebagai teman, sahabat, imam, soulmate. Tapi saya kadang suka berpikir: ih, lebay gak ya? Baru aja nikah segitu tahun. Belom ada apa-apanya kaleee…

Suatu waktu, dalam perbincangan saya dengan dua senior saya yang usia pernikahannya sudah menjelang tahun ke-40, saya bertanya: apa yang membuat mereka bisa mempertahankan pernikahan se-lama ini. Dari perbincangan itu saya menyimpulkan bahwa proses adaptasi, proses mengenal pasangan, proses belajar menyelesaikan masalah,  terus terjadi tahun demi tahun pernikahan. Mengapa? Karena suami dan istri, adalah manusia yang mengalami perubahan. Maka, sesungguhnya, orang yang kita nikahi, bisa jadi menjadi berbeda dalam sebagian dirinya. Demikian juga diri kita.

Kalau kata salah satu senior saya, menikah itu kayak kuliah. Setiap semester pelajarannya berbeda, ujiannya juga beda. Kata-kata itulah yang membuat saya yakin bahwa pernikahan yang telah kami jalani, harus kami syukuri. Tahun demi tahunnya, bulan demi bulannya, minggu demi minggunya, hari demi harinya. Tak perlu menunggu tahun ke-25. Kami tak tahu pelajaran apa yang akan kami pelajari di tahun-tahun ke depan, sesulit apa ujiannya, dan apakah kami akan sanggup melewatinya. Tapi yang pasti, pelajaran di 15 tahun ini, hasil ujian yang kami lewati 15 tahun ini, adalah sebuah “prestasi” yang harus benar-benar kami syukuri.

Beberapa tahun terakhir ini, cukup banyak mahasiswa saya yang menikah. Beberapa dari mereka, mengantarkan undangannya secara personal, entah janjian di kampus atau di rumah. Dalam kesempatan tersebut, sebagian curcol mengenai hal-hal yang diresahkan, sebagian meminta “nasihat pernikahan” haha…jelas banget saya udah tua 😉. Tapi dari obrolan itu, membuat saya menyadari bahwa teryata banyak hal-hal yang saya pelajari dalam perjalanan pernikahan ini. Ya…hal-hal yang engga kepikir waktu saya dalam posisi seperti mahasiswa-mahasiwa saya, yang baru akan memasuki dunia pernikahan. Ternyata, pelajaran-pelajaran itu adalah hal yang berharga bagi yang belum menjalaninya.

Tahun-tahun terakhir ini pula, saya banyak bertemu dengan persoalan-persoalan yang terkait dengan pernikahan. Meskipun fokus utama dalam menjalani profesi saya adalah kesejahteraan anak, namun nyatanya kesejahteran anak dalam keluarga tak lepas dari kualitas pernikahan orangtuanya. Maka, membahas persoalan anak, biasanya lekat dengan bahasan mengenai kualitas pernikahan. Oleh karena itulah, akhirnya saya belajar mengenai couple therapy dan family therapy. Kerangka pikir yang saya dapat dari hasil belajar tersebut, dipadukan dengan hasil penelitian teman-teman saya yang area penelitiannya di bidang pernikahan serta pengamatan dan penghayatan saya terhadap kehidupan pernikahan, maka semakin jelas “peta potensi masalah dan kunci-kunci keberhasilan sebuah pernikahan”. Saya juga semakin menyadari bahwa hal-hal “kecil” yang terkadang luput dari perhatian dalam kehidupan pra dan pasca pernikahan, bila tak kita sadari, pada suatu saat akan menjadi bom waktu yang membuat pernikahan yang seharusnya menjadi syurga dunia, berbalik menjadi neraka dunia.

Untuk mensyukuri keberkahan yang kami rasakan selama 15 tahun kebersamaan kami, mas memprovokasi saya untuk menyusun sejumlah tulisan dengan tema-tema yang kami temui dalam perjalanan 15 tahun ini. Buku ini tidak bertutur banyak mengenai perjalanan pernikahan kami. Biarlah itu tersimpan di diary saya pribadi hehe… tapi topik-topik dalam buku ini, terinspirasi dari perjalanan pernikahan kami.

Tadinya, buku ini akan launching tepat hari ini. Seorang teman yang mengetahui rencana ini, berkomentar: “swit swiw…romantis amat launching buku pas wedding anniversary”. Iya, rencananya memang se-romantis itu. Tapi romantisme itu ternyata berbenturan dengan kenyataan. Jadwal finalisasi naskah bentrok sama deadline target disertasi. Mana yang harus lebih diprioritaskan? tentunya realitas. Sama persis situasinya sama kondisi pernikahan di usia 15 tahun ini hehe…

Insya allah, beberapa bulan yang akan datang buku ini akan launching, dalam bentuk ebook, free download. Buat yang suka dan pengen punya versi hardnya, insyaallah akan dicetak juga.

Cover cantik buku ini adalah buah karya teman saya yang coretan-coretannya, selalu membuat saya jatuh cinta. Laila Qodariah, Lai panggilan sayangnya. Karya-karya cantiknya bisa dilihat di instagram @gambaremak. Bentuk gambar, font sampai printil-printil adalah hasil vote dari si abah dan anak-anak.

Semoga tulisan-tulisan sederhana dalam buku ini bisa menemani perjuangan dalam sebuah marathon bernama pernikahan. Mohon doa juga semoga  pernikahan kami, keluarga kami, selalu dikarunia keberkahan di dunia dan keselamatan di akhirat nanti.

15 Juni 2017

1 Comment (+add yours?)

  1. Iffa_sunman
    Jun 15, 2017 @ 13:25:34

    Mudah-mudahan segera launching. Suka sekali dengan tulisan Mbak. 💝

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: