Semester ini, saya dan tim Psikologi Umum Psikopad mengajar mengenai topik “Learning” pada mahasiswa semester 2. Saya suka sekali dan sangat tersentuh dengan kata-kata David G. Myers, penulis buku Psychology in Moduls, 9th edition saat memberikan pengantar mengenai topik ini.
Learning breeds hope. What is learnable we can potentially teach—a fact that encourages
parents, educators, coaches, and animal trainers. What has been learned we
can potentially change by new learning—an assumption that underlies counseling,
psychotherapy, and rehabilitation programs. No matter how unhappy, unsuccessful,
or unloving we are, that need not be the end of our story. No topic is closer to the heart of psychology than learning, a relatively permanent behavior change due to experience.
Secara spiritual, saya menghayati bahwa kemampuan “belajar” adalah salah satu Rahmat Allah yang ia turunkan di muka bumi ini. Kita dikarunia kemampuan untuk mengubah pengetahuan, keterampilan, pikiran dan perasaan melalui proses belajar ini. Learning breeds hope. No matter how unhappy, unsuccessful,or unloving we are, that need not be the end of our story Ih, rangkaian kata itu powerfull banget. Keren. Dalam. Menyentuh. Pengetahuan akan kemampuan belajar ini, membuat kita yakin kita bisa mengubah perilaku buruk menjadi perilaku baik. Baik perilaku kita, maupun perilaku orang lain.
Ada tiga proses belajar dasar yang kami pelajari. Classical Conditioning, Operant Conditioning dan Observational Learning. Dulu ya, waktu saya masih jadi mahasiswa dan waktu jadi dosen culun, saya berpikir….ini tuh teori banget….US, CS, UR, CR, Schedule of Reinforcement, positif reinforcement, negative reinforcement, mirror neuron….oke, akan saya hafalkan, ujian, setelah itu …daaaah….Tapi semua itu berubah ketika saya menjadi tim pengajar bersama seorang kolega senior. Dalam diskusi-diskusi kami menyiapkan perkuliahan, beliau selalu bisa menjelaskan teori-teori itu melalui beragam perilaku sehari-hari. Yang lebih “ajaib” lagi, saat saya menghadapi kasus klien yang rumit dan berdiskusi dengan beliau, ya ampuuuun….beliau bisa mengurai persoalan klien, merencanakan bentuk terapinya pake teori lerning dasar ituuuh….Gak akan pernah lupa saya waktu beliau mengurai kasus trauma karena perkosaan, kasus kecanduan narkoba menggunakan teori classical conditioning yang “amat sederhana” itu !
Hehe…kepanjangan ya curhat pembuka-nya ….;)
Karena 3 proses belajar itu adalah proses belajar yang “dasar”, maka memang aplikasinya erat sekali dengan pengasuhan pada anak. Mengapa? karena tiga proses belajar itu tidak terlalu banyak melibatkan faktor kognitif, masih bertumpu pada pengarahan dari lingkungan. Nah, masalahnya adalah, sebagai orangtua, kita bisa secara SENGAJA membuat anak belajar sesuatu (dan kalau sengaja, pasti tujuannya adalah membentuk perilaku yang baik), atau tanpa sadar, kita TIDAK SENGAJA melakukan sesuatu yang membuat anak belajar sesuatu (dan kalau tidak sengaja, bisa baik…bisa juga buruk ya…). Makanya, akan lebih baik jika kita mengetahui proses-proses belajar mendasar pada anak, biar kita bisa SENGAJA mengkondisikan pembelajaran pada anak untuk membentuk perilaku yang positif. Dijamin gak rumit kok….tapi ada aturannya.
Dalam tulisan ini, saya akan mengulas mengenai salah satu teori belajar “operant conditioning”. Cita-citanya sih pengen nyontek senior saya itu, mencoba menguraikan dengan ringan. Kalau teman-teman akrab dengan istilah “reward” dan “punishment”, maka istilah itu adalah milik proses belajar operant conditioning ini. Kalau teman-teman suka liat acara-acara seperti Nanny 911, maka teman-teman akan melihat bagaimana upaya merubah perilaku buruk anak, menggunakan prinsip-prinsip reward dan punishment.
Tulisan ini didasari oleh pertanyaan beberapa teman; “bolehkah memotivasi anak untuk mau puasa nanti dengan hadiah? apa bedanya memberi hadiah dengan menyogok? apakah memberi hadiah akan berdampak negatif buat anak?”
Dalam tulisan ini, saya secara heuseus akan menguraikan: (1) “hakikat” (kkk….gara-gara terpaksa baca buku-buku pilsapat, jadi kesengsem sama kata “hakikat” ;), (2) aturan dan (3)”jebakan” dalam proses pemberian hadiah sebagai salah satu cara yang kita lakukan untuk mengarahkan perilaku anak. Plus nanti tips and tricknya kalau mau mempraktekkan teori belajar ini ….
Tapi nanti ya, sekarang mau masak dan beres-beres rumah dulu. Maklum emak-emak kkk
To be continued…
sumber gambar : http://www.kiplinger.com/article/saving/T065-C000-S001-using-money-to-reward-or-punish.html
Recent Comments