Jika kita tak dimaafkan

Meskipun secara syar’i momen  idul Fitri bukanlah momen untuk saling memaafkan, namun menurut saya, saling memohon maaf dan memaafkan saat idul Fitri adalah budaya yang baik dan sangat menguntungkan. Jika kita manfaatkan momen ini dengan kesungguhan dari lubuk hati paling dalam, maka momen tahunan ini bisa jadi momen penyelamat kita di akhirat nanti.

Mengapa? Karena kesalahan dan  dosa-dosa yang kita lakukan, berdasarkan subjeknya bisa dibagi dua: kesalahan/dosa kepada Allah dan kesalahan/dosa kepada manusia. Syarat diampuninya kesalahan/dosa adalah, apabila subjek yang kita bersalah/berdosa padanya ridha dan memaafkan.

Seorang ustadz mengatakan bahwa kesalahan/dosa pada Allah lebih “mudah” untuk kita mohonkan ampunanNya.  Dengan taubatan nasuha -taubat yang sungguh-sungguh; merasa menyesal dan berupaya keras untuk tak mengulanginya lagi- dan keyakinan bahwa Allah itu maha penerima taubat juga maha pengasih dan maha penyayang, kesalahan/dosa kita bisa diampuniNya.

Kesalahan/dosa pada manusia, selain bertaubat juga perlu mendapatkan ridho dan maaf dari orang bersangkutan yang kita bersalah/melakukan dosa padanya. Nah, di poin inilah…sebenarnya kita harus benar-benar berhati-hati. Jika kita melakukan kesalahan/dosa pada seseorang, lalu ia tidak memaafkan kita, maka urusannya akan berlanjut sampai ke akhirat. Jadi kesalahan pada manusia itu, harusnya tidak dianggap sepele loh….

Tanpa sadar memaki orang di jalan raya, misalnya sampai orang itu merasa sakit hati. Gimana coba minta maaf dan keridhoannya? Menulis status yang menyinggung perasaan orang lain sampai orang lain itu terluka ….gimana minta maafnya? menulis tulisan di blog yang menyinggung orang lain….banyak sekali potensi kita melakukan kesalahan dan dosa pada sesama manusia.

Maka, sekali lagi, sesungguhnya kita harus bersyukur difasilitasi oleh budaya untuk memiliki momen khusus mohon maaf dan memberi maaf pada orang-orang yang sering berinterkasi dengan kita, dalam acara halal bi halal. Bertahun-tahun mengikuti seremoni halal bi halal baik di keluarga maupun di tempat aktifitas, saya melihat ada yang memang menjalani acara bermaaf-maafan (musafahah) itu sebagai momen rutinitas semata. Nah, sikap kayak gini mungkin yang bikin seorang teman saya berkata “gue gak suka sama halal bi halal. Seolah-olah semua orang boleh melakukan kesalahan semau dia, dan lalu dengan entengnya tanpa kesungguhan, mohon maaf dan berasumsi kesalahan dimaafkan saat halal bi halal”.

Sebagian orang yang lain, saya lihat memanfaatkan momen halal bi halal ini dengan sungguh-sungguh. Saat menjabat tangan saya, mereka sungguh, meminta maaf. Kadang sampai basah mata mereka karena air mata. Nah, pengen banget mencontoh tipe orang-orang ini. Memanfaatkan budaya baik ini untuk sungguh-sungguh memohon maaf dan memberikan maaf. Seiring dengan tangan saling menggenggam, luka hati pun saling lebur.

Tentang hakikat memohon maaf, memberi maaf dan saling memaafkan sudah pernah saya tuliskan, salah duanya di tulisan https://fitriariyanti.com/2013/08/20/halal-bi-halal-bermaafan-atau-berekonsiliasi/ dan https://fitriariyanti.com/2014/08/04/halal-bi-halal-ber-maafan-atau-ber-rekonsiliasi-versi-2-0/

Masalahnya adalah, bagaimana kalau kita sudah sungguh-sungguh meminta maaf, namun orang yang terluka hatinya oleh kita, tak memaafkan? Nah, pastinya urusan ini akan sampai di akhirat nanti, saat kita berada di hari perhitungan.

Ada satu ilmu yang baru saya peroleh di ramadhan tahun ini. Dalam salah satu kajian tafsir Al Misbah-nya, pak Quraish Shihab menyoal hal ini dan menyampaikan bahwa dalam kondisi kita tak dimaafkan, solusi yang bisa kita lakukan adalah memohon pada Allah agar Ia Sang Maha mengambil alih persoalan ini.

Beliau menganalogikan seperti kita punya utang pada seseorang, tapi kita tak sanggup bayar. Maka yang bisa kita lakukan adalah, mendatangi orang kaya, lalu meminta orang kaya itu untuk mengambil alih utang kita. Demikian pula untuk kasus saat kesalahan kita tak dimaafkan oleh orang lain. Kita mohonkan Sang Maha untuk mengambil alih “utang” kita pada orang-orang yang tak memaafkan kita saat mereka menuntut kita di akhirat nanti.  Kita berharap, RahmatNya yang seluas langit dan bumi, akan melindungi kita dari kerugian disebabkan tuntutan orang-orang yang tak memaafkan kesalahan kita di dunia.

maaf-3Minggu depan, kita akan menghadiri banyak acara halal bi halal. Kita manfaatkan momen itu untuk sungguh-sungguh memohon maaf dan memaafkan. Sambil menyalami atau mengirim wa pada setiap orang, bayangkan kesalahan-kesalahan yang kita ingat terhadap orang itu, baik yang mereka ketahui ataupun yang tak mereka kerahui. Sesali lalu tekadkan untuk tidak mengulanginya lagi. Dan karena mungkin kita tak tahu siapa saja yang sudah memafkan kita dan siapa yang tak ridho pada kita, maka kita sungguh-sungguh berdoa juga, memohon Dia Sang MAha untuk mengambil alih urusan kita dengan orang-orang yang tak memaafkan kita di akhirat nanti.

 

Kediri, 3 Syawal 1437. The last day.

sumber gambar : https://maskakank.wordpress.com/2014/07/27/makna-dibalik-kata-maaf/