Berawal dari obral-obrol di wa grup, alhamdulillah long wiken kemarin saya bisa bersilaturahim dengan 9 keluarga sahabat aktivitas di KARISMA Salman ITB di salah satu villa di kawasan Pantai Carita-Cilegon. Acara kumpul-kumpul pasca kami menjadi “alumni” ini adalah yang kedua kalinya. Kumpul-kumpul pertama adalah di Gambung, Ciwidey. Bulan Maret juga. Lima tahun lalu. Dari 9 keluarga itu, 5 diantaranya “pasangan incest” termasuk saya hehe…
Acaranya? tak ada yang terjadwal. Karena semua sibuk dengan balita-nya masing-masing. Apalagi TKPnya di pantai. Tak kenal waktu, anak-anak selalu tak bisa tertahankan untuk bermain di pantai. Beres main di pantai? langsung nyebur ke kolam renang. Begitu terus siklusnya dari sabtu siang sampai minggu siang kita berpisah.
Di sela-sela kehebohan mengurus anaknya masing-masing, minggu pagi kami sempat berkumpul “mengenang” mentoring pagi yang kami lakukan belasan tahun lalu. Belasan tahun lalu, waktu sebagian besar kami masih “belum berbobot”, waktu belum ada balita yang mengganduli kami. Meskipun hanya kurang lebih setengah jam, sesi itu berhasil mengundang gelak tawa. Si bapak-bapak, semalam setelah acara barbeque ternyata melanjutkan percakapannya sampai jam setengah 12 membocorkan sedikit apa yang mereka bahas semalam. Walau tak tahu pasti apa yang dibicarakan, saya jamin pasti seru. Pasti temanya macem-macem dari sabang sapai merauke, debatnya panas, yang ujungnya satu : gelak tawa. Persis belasan tahun lalu. Ibu-ibunya? juga masih seperti belasan tahun lalu. Kalau ketemu curcol. Cuman beda topik. curcolnya kini tentang anak.
Setelah itu, ada sedikit game untuk anak-anak. Mengamati interaksi ke-26 anak yang hadir, menjadi keseruan tersendiri buat saya. Senaaaang sekali mereka masing-masing menjalin “geng-geng” persahabatan, dengan caranya masing-masing. Melihat interaksi para bapak-bapak yang begitu hangat sama anak-anaknya, juga sangat memperkaya hati. Sementara ibu-ibunya, setelah bertransformasi menjadi emak dengan beberapa anak, ternyata kemampuan manajemennya tak berkurang sama sekali. Masih setangkas waktu mengelola mentoring atau pembinaan calon pembina belasan tahun lalu. Cuman beda aja yang dikelola. Kali ini yang dikelola adalah beragam masakan yang maknyusss waktu disantap beramai-ramai.
Dulu, sekitar tahun 2011, ketika waktu saya beraktifitas di karisma telah habis karena mau lulus, saya pernah duduk di tangga masjid Salman ITB, menatap satu demi satu tempat kami biasa berkumpul entah untuk rapat ataupun hanya ngobrol-ngobrol. Koridor, lantai kayu, halaman rumput….aduuuh…saya gak kuat nangis waktu itu (hiks…kenapa jadi berkaca-kaca gini ya…). Saya ingat waktu itu bertanya dalam hati..”bagaimana saya dan sahabat-sahabat saya 1o tahun lagi ya? semoga dipanjangkan umur…”. Kini ….10 tahun itu sudah berlalu. Saya bersyukuuur sekali masih bisa bertemu dan “menjalin persahabatan” dengan teman-teman di Karisma.
Dari sekian banyak kegiatan dan pertemanan yang saya alami, jujur saja pertemanan dengan orang-orang Karisma adalah yang paling berkesan untuk saya. Mungkin karena waktunya pas di tahap usia saya “sedang mencari jatidiri”; sehingga pengalaman yang saya hayati dari sahabat-sahabat di Karisma cukup memberi warna pada diri saya sekarang.
Uniknya, pertemanan kami justru erat karena kami yang amat berbeda. Dari jaman kita culun dulu sampai jaman sekarang kami, kami mengambil jalan yang berbeda. Mulai dari cara berpakaian, aspirasi politik, madzhab fikih, pilihan profesi…apapun…..di WA grup, diskusi kami bisa sangat panas….sepanas raker belasan tahun lalu. Tapi….mungkin teori “sibling” berlaku pada kami. Kan katanya, antar saudara itu berantemnya bisa hebat banget karena masing-masing merasa “aman” dan yakin bahwa saudaranya tak akan melakukan hal yang menyakiti dan melukai. Sepanas apapun perdebatan kami, setelah itu tak ada jejak perasaan personal apapun. Akhirnya, selalu kami mengambil jalan masing-masing dan menghargai perbedaan yang ada.
Waktu koordinasi untuk ketemuan di Gambung Ciwidey 5 tahun lalu, kami masih menggunakan media milis sebagai sarana komunikasi. Setelah milis cuman diisi jangkrik yang mengisi keheningan, akhir tahun lalu tiba-tiba saya diinvite ke grup wa. Tahun-tahun ke depan, entah apa lagi yang jadi media kami. Yang jelas, saya senaaaaang sekali ikatan antara kami tak terputus. Minimal di milestone kehidupan sahabat kami bertemu. Menikah, punya anak…mudah-mudahan teruuuus sampai nanti saatnya menikahkan putera-puterinya, dan merayakan kelahiran cucu-cucunya.
Sebenarnya, di luar romantisme persahabatan, saya dapat satu hal dari sahabat-sahabat saya ini. Role model. Kesederhanaan, keikhlasan, konsistensi, kesungguhan, dll dll yang sejak dulu kita bicarakan sebagai idealisme, mewujud dalam bentuk tiga dimensi dalam diri sahabat-sahabat saya itu. Saya punya role model sahabat yang sangat menonjol keistiqomahannya, saya punya role model sahabat yang unggul dalam kesungguhannya, dll dll…..
Semoga persahabatan kita abadi. Dengan media doa, tak hanya di dunia. Tapi juga di akhirat. Nanti kita bisa mentoring lagi disana.
Apr 01, 2014 @ 15:29:10
Mantap. Subhanallah.
Teh, saya rikues tulisan tentang “bagaimana berdamai dengan orang lain & hidup berdampingan ” dong teh. Sering sekali saya temukan kasus dimana persahabatannya terjalin erat sekali semasa mahasiswa (tidak terlepas juga di organisasi di Karisma ini), tapi setelah lulus, karena pastinya dimulai dengan iri hati atau ada hak hak muslim atas muslim lainnya yang tak tertunaikan, jadinya silaturahmi melonggar… Rasanya sedih kalau mendengar cerita begini.
Kalau boleh, rikues tulisan ttg ini klo teh fitri berkenan (atau malahan mungkin sudah ada ya ? ) 🙂
Apr 01, 2014 @ 16:07:13
Haha…kalau rikues mah harus bayar Har 😉 Pake Franc boleh, Euro lebih boleh. Dolar juga gak apa-apa deh kkkk…. Insya allah saya usahakan tapi gak janji ya…