30. I Miss You All, Kids……

Ada pemandangan yang mengagetkan saya setiap kali pulang melempar jumroh. Yaitu banyaknya pengemis berkulit hitam di sepanjang jalan pulang. Biasanya mereka membawa anak-anak kecil…ada bahkan yang masih bayi merah, disimpen di kardus. Banyak juga yang cacat. Gak ada tangan, gak ada kaki, bahkan tak ada tangan dan kaki. Menurut pembimbing kami, mereka sulit diberantas karena dibacking oleh mafia yang sangat kuat. Mereka didrop dari negara-negara miskin Afrika, bahkan konon disana banyak bayi-bayi yang sengaja dipotong tangan-kakinya biar bisa lebih “laku”. Naudzubillahi min dzalik. Pembimbing kami juga mengingatkan agar kami waspada. Kalau mau berniat memberi, siapkan uang di luar. Jangan membuka dompet di luar. Memang kejadian, seorang teman kami “dipepet” beberapa orang dari pengemis itu saat mengeluarkan dompet. Ada juga bapak yang kehilangan hape dan dompet.

Beberapa anak-anak itu seusia Azka, Umar, Hana dan Azzam. Haduuuuuuh…saya langsung tak bisa menahan air mata. Saya berdoa semoga anak-anak ini, dijaga oleh Allah keselamatan dunia dan akhiratnya, juga anak-anak saya….

Parompong-20130513-00013Jadi kangen anak-anak…. Kalau mengikuti perasaan, mana tega meninggalkan mereka, terutama si bungsu Azzam yang masih menikmati ASI-selama 40 hari. Selama ini saya tak pernah tega ninggalin anak-anak nginep kecuali kalau terpaksa banget. Pernah beberapa tahun lalu, ikut conference di Jogja. Bawa anak-anak semobil. Hebohnya dua hari dua malam, padahal presentasinya dan hadir di konferensinya cuman beberapa jam.

Dengan tauhid saya yang masih di level ini, ada perasaan khawatir yang amat sangat … Kalau saya pergi, tak ada yg “menjaga” mereka. Apalagi saat denger Hana sakit, udah 2 kali ke dokter belum sembuh, aduuuuh….rasanya sakiiiiit banget, sediiiih….

Kemaren, pas Idul Adha, saat saya lempar jumroh yang pertama, pas telpon rumah baru tahu ternyata anak-anak tercerai berai. Azka dan Umar di rumah neneknya di Purwakarta. Hana karena sakit dibawa pulang ke kampungnya teh Ema pengasuhnya karena teh Ema lebaran di kampungnya, dan Azzam ditinggal di Bandung sama yang ngasuhnya haduuuuuh…cuman bisa nangis sesenggukan sambil meluk mas. Hati rasanya teriris-iris…pengen langsung terbang ke Indonesia saat itu juga.

Tapi Alhamdulillah, di saat-saat seperti itu ada teman-teman disini  yang selalu menguatkan. Mereka meyakinkan bahwa Allah gak mungkin mengundang kita kesini dan tak menjaga anak-anak kita. Dan setiap kali ada diantara kami yang berkaca-kaca ataupun terisak karena anak, kami saling menghibur, menguatkan dan mengingatkan. Memang seorang ibu, berapapun usia anak-anaknya, tak akan pernah bisa lepas ikatan emosinya. Kemarin ada seorang ibu yang sudah cukup senior, tiba-tiba terisak setelah membaca sms. Beliau cerita ke saya kalau anak-anaknya yang sudah besar bahkan sudah berkeluarga meng-sms : “mama semoga sehat ya…cepat pulang karena kami semua sudah merindukan mama”….aduuh….sambil gak kuat menahan air mata juga, saya peluk ibu itu.

Berbagi dengan teman-teman disini menjadi hiburan yang mujarab untuk mengobati kerinduan kami. Selain saling memperlihatkan dan menceritakan foto-foto anak-anak kami di hape masing-masing, berbagi cerita tentang tingkah polah anak juga sangat menghibur.

Seperti Hana, yang seminggu pertama…setiap kali pulang sekolah, katanya selalu bertanya : “ibu udah pulang belum?” Hehe…tepatlah dugaan saya bahwa meskipun berulang kali saya bilang dan menjelaskan dengan tanggal-tanggal di kalender untuk menggambarkan bahwa 40 hari itu lama, hana belum mengerti. Dia bilang : “iya, kaka tau ibu haji pergi 40 hari. Nanti ibu pulangnya jam berapa?” Teu nyambung hehe…

Seorang teman bercerita kalau anaknya berpersepsi bahwa “arab” itu tempatnya di Mapolda. Maklum, si anak mengantar si ibu pas mau berangkat ke Mapolda. Tiap ditelpon, si anak bilang : “umi, boleh gak aku ke Mapolda buat ketemu umi?” Saat si umi bilang: “umi kan di arab”… Si anak bilang : “iya, aku tau umi ada di arab. Boleh ya, aku ke Mapolda… ” Tampaknya si anak menyangka Arab itu ada di Mapolda hehe… Begitu pula saat si umi bilang : “umi kan jauh, naik pesawat”, si anak bilang: ah, umi bohong…aku liat umi naik bis bukan naik pesawat” hehe….

Ah, dalam suasana berjauhan gini, terasa banget bahwa anak-anak itu adalah karunia yg tak terkira…I miss u all, girls…boys…
Biarlah ini menjadi latihan buat kita semua…latihan untuk berusaha menumbuhkan cinta kita pada Allah, lebih besar dari cinta ibu pada kalian, dan cinta kalian pada ibu….

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: